25 Kiat Praktis Membentengi Rumah dari Gangguan Iblis (bagian 6)

22. Membersihkan Rumah dari Gambar Salib

Walaupun kita sebagai umat Islam, kita juga tidak asing dengan gambar salib. Salib adalah lambang umat Nashrani, yang biasanya terdapat pula sosok seseorang yang menghiasinya atau menempel padanya dalam keadaan tersalib. Dan sosok itulah yang mereka yakini sebagai sosok Isa putera Maryam.

Sekarang gambar salib tidak hanya bisa dijumpai oleh mereka yang berada di gereja. Di pasar-pasar yang menjual aksesoris, seperti kalung, gelang, anting, cincin dan sebagainya, juga menjajakan barang-barang tersebut dalam bentuk salib. Tidak hanya pengikut agama Nashrani saja yang memakai aksesoris jenis ini, banyak juga orang muslim, terutama di kalangan remajanya yang memakai salib sebagai hiasan dirinya. Tidak bisa dipastikan, apakah mereka hanya ikut-ikutan, korban mode, atau karena kebodohan, sehingga mereka ikut serta menghasung simbol agama lain dalam kehidupan sehari-hari.

Ada yang memakainya dengan bangga dan terang- terangan di tengah keramaian, ada yang disimpan di balik baju atau pakaian yang dikenakan, ada yang mengantungkannya di mobil, di meja kantor, di toko, ataupun di dalam rumah tinggal. Kebanyakan mereka tidak tahu, bahkan seakan tidak mau tahu, bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah dan melawan Sunnah.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah menyatakan, “Sesungguhnya aku diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, juga sebagai petunjuk bagi semesta alam. Allah memerintahkanku telah untuk memberantas nyanyian dan seruling. menghancurkan patung-patung dan salib-salib, serta mengikis segala hal yang beraroma jahiliyyah…” (HR. Ahmad, no. 21275).

Dalam riwayat lain, lebih tegas dan spisifik lagi, menjelaskan bahwa Rasulullah tidak menghendaki adanya simbol atau lambang salib berada di rumah kita. Aisyah berkata, “Tidaklah Rasulullah membiarkan rumah yang di dalamnya ada gambar salib atau yang sejenisnya, kecuali ia mencopotnya.” (HR. Bukhari dan Abu Daud).

Adiy bin Hatim berkata, Saya pernah datang ke Rasulullah, dan di leherku terkalung salib yang terbuat dari emas. Lalu Rasulullah bersabda, “Wahai ‘Adiy, Lepaskanlah kalung paganisme itu…” (HR. bagi syetan. Tirmidzi dan Ahmad). “Imran bin Hitthan berkata, Aisyah pernah berkata, “Bahwa Rasulullah tidak pernah membiarkan pakaian yang bergambar salib di rumah, kecuali beliau memotongnya.” (HR. Ahmad, no. 24946).

Tidak hanya Rasulullah yang semasa hidup beliau tidak menghendaki adanya salib di rumah orang-orang muslim, atau melekat pada diri mereka. Nabi Isa yang akan turun di akhir zaman juga menjadikan penghancuran simbol salib sebagai bagian dari sasaran utama penghancuran. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, sungguh putera Maryam akan turun sebagai pemimpin yang adil, ia benar-benar akan menghancurkan salib, membunuh babi…”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Oleh karena itu janganlah kita mencoba-coba untuk menghadirkan lambang lambang salib di dalam rumah kita. Kalau kita tidak ingin rumah kita dijauhi oleh para malaikat, dan didekati oleh Iblis dan syetan. Apabila kita menjumpai simbol atau lambang salib ada di rumah kita, di baju, perhiasan, aksesoris, menempel di dinding, di lemari atau di tempat-tempat lainnya, maka harus segera kita musnahkan. Kalau bisa kita copot dan kita buang, segeralah melakukan nya. Tapi kalau tidak bisa, cukuplah dengan memotongnya sehingga tidak berbentuk salib lagi. Jangan membuka peluang bagi syetan.

 

23. Menutup Rumah Bila Malam Tiba

Pada zaman dahulu, ketika kita masih kecil-kecil. Orangtua kita selalu melarang kita untuk keluar rumah bila Maghrib akan tiba. Kita yang lagi asyik bermain di luar rumah bersama-sama teman sebaya, disuruh segera masuk ke rumah atau berangkat ke mushalla atau masjid terdekat. Mereka seakan takut akan terjadi sesuatu, jika membiarkan kita tetap bermain di luar rumah saat Maghrib tiba.

Sebagian orang mengira bahwa apa yang dilakukan oleh para orangtua dahulu, menyeru anak mereka agar segera masuk rumah adalah tindakan yang tidak berdasar pada syari’at yang benar, itu hanya pengaruh mitos. Apalagi dalam kehidupan modern sekarang ini, tindakan itu dianggap primitif dan mengada-ada. Lebih-lebih bagi masyarakat kota.

Padahal yang dilakukan oleh orangtua kita itu adalah tindakan yang merujuk kepada syari’at, bukan takhayyul atau khurafat. Saat malam tiba, waktu Maghrib datang adalah saat di mana syetan-syetan berkeliaran. Mereka berkeliaran mencari mangsa dan sasaran. Para orangtua kita tidak ingin kalau sasaran tersebut adalah kita, sebagai generasi keturunan mereka. Apa yang mereka lakukan adalah satu dari sekian banyak perintah yang telah diinstruksikan oleh Rasulullah kepada kita, umatnya.

Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah bersabda, “Apabila telah datang waktu malam, atau kalian telah memasuki petang, maka tahanlah anak-anak kalian, karena waktu itu syetan berkeliaran atau bertebaran. Dan apabila telah berlalu beberapa saat, maka lepaskanlah mereka. Dan tutuplah pintu-pintu dan sebutlah nama Allah, karena syetan tidak akan bisa membuka pintu yang tertutup. Dan tutuplah tempat-tempat air kalian dan sebutlah nama Allah, dan tutuplah wadah- wadah kalian dengan menyebut nama Allah, meskipun menutupnya dengan penutup apapun yang ada…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan masih banyak riwayat- riwayat lain yang senada, bahkan susunan redaksinya pun hampir sama. Semua itu menandakan bahwa apa yang disampaikan Rasulullah itu haruslah kita perhatikan dengan seksama, jangan menyepelekannya. Karena berita berkeliarannya syetan saat Maghrib tiba, tidaklah terjadi pada zaman Rasulullah saja, tapi berlaku sampai sekarang. Di kota atau desa, di kampung atau di dusun. Di negeri kita atau negeri lainnya.

Sebagai langkah preventif, untuk menghindari gangguan Iblis. Maka tutuplah pintu- pintu rumah, jendela-jendela seraya membaca nama Allah (Bismillah). Ajaklah anak- anak, buah hati kita untuk masuk ke rumah. Ajarilah mereka berwudhu, shalat, mengaji dan ibadah lainnya. Jangan biarkan mereka bermain di luar rumah, karena kondisi tersebut rawan terhadap gangguan Iblis dan syetan.

 

24. Hindari Adanya Ruang atau Kamar Kosong

Rumah yang luas dan nyaman adalah termasuk unsur yang membahagiakan manusia di dunia ini. Rasulullah bersabda, “Empat hal yang membuat seseorang bahagia, istri yang shalihah, rumah yang lapang, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman.” (HR. Ibnu Hibban).

Kalau kita menelusuri jalan- jalan protokol, jalan-jalan besar atau jalan-jalan raya, terutama di wilayah perkotaan, wo bil khusus daerah Ibu Kota yang ada di dunia ini, maka kita akan mendapati gedung-gedung jangkung atau pencakar langit, Ada yang milik bersama atas nama suatu perusahaan, yayasan, lembaga, instansi, dan ada juga yang milik pribadi.

Dan kalau kita memasuki ruangan-ruangan yang ada di dalam gedung tersebut, lantai demi lantai, maka kita akan mendapati bahwa tidak semua ruangan terisi atau di gunakan oleh pemiliknya. Masih banyak ruangan kosong yang tidak digunakan atau dihuni.

Mungkin itulah salah satu faktor, kenapa gedung-gedung tinggi itu suka ada ‘masalah’, Karyawan atau penghuni gedung sering menemukan keganjilan dan keanehan. Komputer nyala sendiri, padahal sudah dimatikan oleh pemi liknya. Air kran tiba-tiba ngocor sendiri, tanpa ada manusia yang membukanya. Atau terlihat banyangan atau kelebatan sosok yang belum dikenal atau misterius. Serta hal-hal aneh lainnya.

Telah dimuat di beberapa media, bahwa gedung-gedung jangkung yang ada di wilayah Ibu Kota Jakarta, ternyata terdapat ganggua-gangguan ghaib di dalamnya. Dari peristiwa penampakan sampal gangguan- gangguan jahil kepada penghuni yang ada. Sehingga ada orang pinter atau dukun yang terkenal dengan spesialis gangguan gedung-gedung bertingkat, dan omsetnya jutaan rupiah. Bahkan menurut media tersebut, orang yang berasal dari wilayah Sumatera itu, jasanya tidak hanya dimanfaatkan di Indonesia saja, tapi ia juga terkenal dan digunakan oleh pemilik gedung yang ada di Asia dan Eropa. Lahan yang ‘basah’ memang.

Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah telah bersabda kepadanya. ‘Kasur (kamar) untuk laki-laki (suami), kasur untuk perempuan (istri), kasur yang ketiga untuk tamu, dan bila ada yang keempat, untuk syetan.” (HR. Muslim, Nasa’i), Dalam riwayat lain, “Pernah dibahas masalah kasur oleh Rasulullah, Beliau berkata, “Kasur (kasur) untuk laki-laki (suami), kasur untuk perempuan (istri), kasur yang ketiga untuk tamu, dan bila ada yang keempat, untuk syetan.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Imam Nawawi berkata, “Maksud dari hadits tersebut adalah apa saja yang dimiliki seseorang dan melebihi dari kebutuhan, berarti untuk bangga-banggaan dan bermegah-megahan dalam dunia. Apabila kondisinya seperti itu, berarti itu adalah perbuatan yang tercela. Dan setiap sesuatu yang tercela, pasti disan darkan kepada syetan, karena syetanlah yang telah membujuknya untuk melakukan yang tercela tersebut.

Atau hadits itu difahami apa adanya. Artinya keberadaan kasur atau ruangan yang diluar kebutuhan, maka akan ditem pati syetan untuk sarangnya atau tempat menginapnya. Adapun punya dua ruangan untuk suami dan istri (ruangan sendiri-sendiri) adalah suatu yang dibolehkan. Karena terkadang seorang suami atau istri membutuhkan ruangan tersendiri (keduanya tidak bercampur), seperti dalam keadaan sakit, atau saat ada perselisihan dan sebagainya.” (Kitab Aunul Ma’bud: 11/134).

Jadi, ketika kita membangun rumah, maka sesuaikanlah dengan kebutuhan, baik untuk jangka pendek atau untuk jangka panjang. Kalau empat ruang atau lima kamar itu sudah cukup, maka cukup lah. Hindarkanlah adanya ruang atau bilik yang tidak terpakal, lalu dibiarkan begitu saja. Jauhkanlah pemborosan dalam hidup kita. Karena orang yang boros adalah saudara syetan. (Lihat QS. al-Isra’: 27).

Tapi kalau awalnya kita punya kamar yang banyak dalam rumah kita, karena anak atau saudara yang tinggal di situ banyak. Lalu satu persatu di antara mereka pergi meninggalkan kita (mulai hidup sendiri sendiri), maka janganlah dibiarkan ruangan atau bilik yang kosong itu begitu saja. Usahakan cari penghuni lain, untuk saudara yang lain atau untuk dikostkan dan disewakan.

Kalau hal itu nggak bisa, alias belum laku juga, maka berilah penerangan dalam bilik-bilik tersebut, jangan dibiarkan gelap gulita. Bersihkanlah kotoran atau debu yang ada. Bacakanlah ayat-ayat Allah di dalamnya, atau do’a-do’a yang telah diajarkan Rasulullah. Jangan memberi peluang kepada Iblis dan syetan untuk menjadikan bilik-bilik tersebut sebagai hunian dan rumah mereka.

 

25. Menjalin Kerjasama antar Anggota Keluarga

Yang dimaksud kerjasama di sini adalah, saling bantu dan tolong-menolong antar sesama anggota keluarga. Untuk membersihkan rumah yang dihuni dan menciptakan rasa aman dan nyaman. Semua anggota keluarga harus menyadari bahwa Iblis dan syetan adalah musuh bersama. Dan rumah yang dihuni juga punya potensi untuk dijadikan syetan sebagai medan perang dan gangguan.

Betapa repotnya, kalau dalam suatu keluarga tidak ada kerja sama dalam masalah ini. Yang satu suka mengaji dan shalat di rumah, sementara yang lainnya suka memasang jimat dan rajah di dinding rumah. Yang satu sudah berusaha membersihkan rumah dari nyanyian syetan dan adanya patung dan salib-salib, sementara yang lainnya suka mengoleksi dan memampang gambar-gambar seronok di dinding-dinding rumah. Yang satu suka membaca surat al- Baqarah, sementara lainnya suka mengundang dukun dan para pemburu syetan untuk membersihkan rumah dari gangguan.

Di sinilah peran seorang suami atau ayah sebagai kepala rumah tangga sangat dominan. Betapa besar tanggung jawabnya untuk memimpin keluarga yang ada ke jalan yang benar, jalan yang telah di gariskan oleh Allah dan telah dilalui Rasulullah. Begitu juga peran seorang istri atau ibu. la bertanggung jawab untuk membina dan membimbing anak-anaknya, agar mereka mengenal Allah dan Rasul Nya. Menjadikan ajaran Islam sebagai tuntunan dalam pergaulan keluarga atau rumah tangga.

Demikianlah sajian akhir tulisan “25 kiat praktis membentengi rumah dari gangguan Iblis”. Semua kiat-kiat itu adalah saling mendukung satu sama lainnya. Tidak hanya satu yang kita lakukan, sementara yang lainnya kita tinggalkan. Itulah ajaran-ajaran Islam yang telah diperintahkan. Kalau kita mau melaksanakan, berarti kita telah melakukan ibadah yang diperintahkan, dan membentengi diri dan rumah kita dari gangguan syetan.

Al-Qur’an fungsinya tidak hanya disimpan atau tulisannya kita pajang di dinding atau di ruangan. Al-Qur’an itu bacaan, harus kita baca dan kita pahami isinya, lalu kita praktikkan. Itulah cara nyata dalam mewujudkan al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan.

Sementara selama ini, kita sudah cukup merasa aman, apabila kita telah memajang ayat kursi atau ayat lainnya di dinding rumah. Kita merasa aman dari gangguan syetan, kalau dipintu kita sudah ada tulisan basmalah atau isti’adzah. Merasa tenang kalau di sudut rumah kita sudah terpajang tulisan “Umar bin Khatthab al- Faruq”.

Padahal yang dimaksudkan tidaklah hanya sekadar simbol seperti itu, bahkan hal itu kalau salah niat, bisa dikategorikan sebagai tindakan yang menyimpang dari syari’at. Syetan tidak akan takut pada simbol ayat atau keberadaan jimat. Syetan sangat takut, apabila kita membaca ayat dan menjauhi jimat. Mereka sangat takut, jika kita taat beribadah kepada Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang Rasulullah. Mereka tidak akan datang ke rumah yang sering didatangi malaikat, karena seringnya si penghuni melakukan ibadah dan membaca ayat.

Semoga rumah kita senantiasa dilindungi oleh Allah dari segala bentuk dan ragam gangguan syetan. Semoga apa yang kita inginkan ini didengar oleh Allah dan dikabulkan..

 

 

Ghoib, Edisi No. 63 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN