7 Tips Memupuk Tawakkal dan Keutamaan Pelakunya

Tawakkal adalah separuh dari agama. Maka dari itu dalam surat al-Fatihah disebutkan, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. (QS. al-Fatihah: 5). Kita menyembah Allah semata karena kita yakin bahwa Dia akan selalu menolong hamba-hamba-Nya. Dalam ayat lain, “Maka sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.” (QS. Hud: 123). Jadi tidak mungkin kita mengaplikasikan ibadah kepada Allah tanpa bertawakkal kepada-Nya.

Rasa tawakkal akan muncul dalam diri seseorang, bila hati orang tersebut ada benih iman yang tumbuh di dalamnya. Semakin besar pohon iman tumbuh, maka semakin besar pula rasa tawakkalnya kepada- Nya. Dan tawakkal itu akan semakin kuat beriringan dengan kuatnya iman yang menghiasi hati seseorang.

Maka dari itu lakukanlah tips Islami berikut, agar tawakkal dalam diri kita tumbuh dengan subur dan berkembang biak dengan baik.

Pertama, Mengenal Allah, nama dan sifat-sifat-Nya. Perkenalan ini adalah langkah yang paling mendasar bagi orang yang ingin memiliki rasa tawakkal yang baik kepada Allah yang telah menciptakannya.

Kedua, Mengetahui sebab dan akibat. Orang yang enggan untuk melakukan sebab yang bisa mengantarkannya untuk mendapatkan apa yang diinginkan, akan sulit menumbuhkan rasa tawakkal dalam dirinya. Seperti halnya orang yang tidak tahu bagaimana cara berdo’a. Kalau ia enggan untuk berdo’a karena ketidaktahuannya, bagaimana ia bisa memohon kepada Allah atas apa yang diinginkannya? 

Ketiga, Mantabnya hati dalam bertauhid. Seseorang tidak bisa bertawakkal kepada Allah secara benar, kalau hatinya belum mantab dalam bertauhid kepada Allah. Apalagi kalau ia masih percaya bahawa ada yang lain selain Allah yang bisa mewujudkan permintaannya tersebut, atau mampu memenuhi kebutuhan yang dihadapinya, ia akan mudah berpaling dari Allah, menuju kepada yang lain-Nya.

Keempat, Bersandarnya hati sepenuhnya kepada Allah. Orang yang masih ragu akan kekuasaan dan kekuatan Allah tidak akan bisa memiliki rasa tawakkal yang sempurna. Seperti orang yang dikejar-kejar musuh, lalu ia masuk ke benteng pertahanan. Dalam benteng itu ada Allah. Tapi dia tidak yakin bahwa Allah mampu melindunginya dari ancaman musuh yang dianggap nya sangat kuat dan ganas. Keberadaannya dalam benteng tersebut, tidak akan membuatnya tenang atau nyaman.

Kelima, Berbaik sangka kepada Allah. Karena orang yang telah berbaik sangka kepada Allah tidak akan ragu untuk menyerahkan dirinya, atau masalah yang dihadapinya kepada Allah semata. Dia yakin Allah Maha Tahu akan apa yang ia butuhkan. Dan merupakan suatu yang mustahil, bila ada orang yang menyerahkan dirinya kepada orang yang tidak ia percayai bahwa orang tersebut memang baik dan mampu membantunya

Keenam, Pasrahnya hati kepada Allah Kalau kita sudah menyerahkan segalanya kepada aturan dan kehendak Allah, maka tawakkal kita akan menguat. Allah Maha Tahu, bagaimana cara menolong kita dalam kesusahan yang amat berat. Kita yakin, bahwa tidak ada yang mustahil, bila Allah menghendaki terjadinya sesuatu, walaupun secara logika kita, hal itu tidaklah masuk akal atau tidak mungkin.

Ketujuh, Menyerahkan semuanya kepada Allah. Sebagaimana menyerahnya seorang bayi kepada ibunya. la yakin bahwa ibunya akan memberinya yang terbaik, akan melindunginya dari berbagai macam bahaya yang mengancamnya, akan menjaganya dari berbagai macam bencana.

Bila ketujuh hal ini kita miliki, insya Allah tawakkal kita kepada-Nya akan tumbuh berkembang dan menguat serta menjadi kokoh.

 

KEUTAMAAN ORANG- ORANG YANG BERTAWAKKAL

Banyak sekali keutamaan yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertawakkal kepada-Nya dalam segala urusan kehidupannya, baik urusan dunia maupun akhirat.

 

Terlindung dari tipu daya syetan

Allah berfirman, “Sesungguhnya syetan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya Sesungguhnya kekuasaannya (syetan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (QS. an-Nahl 99-100).

Anas bin Malik berkata: Rasulullah bersabda, “Barangsiapa keluar dari rumahnya membaca: Bismillah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali bersama Allah maka dikatakan padanya: Kamu telah tercukupi dan terlindungi, dan syetan pun akan menjauh darinya.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani).

 

Hidupnya akan dicukupi oleh Allah

Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (kebutuhannya) (QS. at-Thalaq: 3) Rasulullah bersabda, “Jika saja kamu sekalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya Allah akan memberi rizki untukmu sekalian. Sebagaimana Allah memberi rizki kepada burung, la pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaan kenyang” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan al-Albani).

Ada seorang laki-laki datang ke Syaqiq (seorang ulama’ ahli zuhd), ia berkata. “Nasihatilah aku, Syaqiq menjawab, ‘Peliharalah tiga hal, Sembahlah Allah semata, niscaya Dia akan memberimu keteguhan. Dan perangilah musuh Allah, niscaya Dia akan menolongmu. Dan yakinlah akan janji-Nya, niscaya Dia akan memenuhinya untuk-mu” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 308).

 

Pribadinya dicintai oleh Allah

Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali ‘Imran: 159)

Fudahil bin ‘lyadh berkata, “Manusia yang paling dicintai manusia lain adalah mereka yang tidak merepotkan manusia lainnya dan tidak minta sesuatupun dari sesamanya. Dan manusia yang paling dibenci oleh sesamanya adalah manusia yang suka merepotkan sesamanya. Dan orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang selalu membutuhkan uluran-Nya dan banyak memohon kepada-Nya. Dan orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang tidak membutuhkan bantuan-Nya dan tidak memohon kepada- Nya sedikitpun.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 310).

 

Hidupnya menjadi tenang

Allah berfirman, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 159).

Imam Ghazali bercerita dalam kitabnya, bahwa Ibrahim bin Adham pernah berkata, “Saya pernah bertanya kepada beberapa ulama’, ‘Dari mana kamu makan? Di antara mereka menjawab, ‘Ilmu tentang itu bukanlah wewenangku, tapi bertanyalah kepada Allah, dari mana Dia memberiku makan, Dan yang lain lagi menjawab, “Sejak Anda rela bahwa Allah sebagai Penjamin, maka Anda akan mendapatkan perto- longan-Nya dalam setiap kebaikan.” (Kitab Mukasyofatul Qulub: 313).

Dalam Kitab Taurat telah tertulis, “Wahai anak Adam, gerakkanlah tanganmu (bekerjalah), niscaya akan Aku bentangkan untukmu rizkimu, dan taatilah Aku dengan melaksanakan apa yang Kuperintahkan, dan janganlah mengajariku akan apa yang layak untukmu.” (Kitab Tanbihul Ghofilin: 308)

 

Bukti jati diri seorang mukmin yang muttaqin

Allah berfirman, “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. al-Maidah: 23). Di ayat lain, “Dan hanya kepada Allah senata, hendaknya orang orang mukmin bertawakkal. (QS. Ibarahim: 11).

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya), dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkai.” (QS. al Anfal: 2).

Seorang ulama salaf berkata, “Sifat Wali Allah itu ada tiga: Percaya sepenuhnya kepada Allah dalam segala hal, menggantungkan diri kepada Allah dalam segala urusan, dan kembali kepada Allah dalam menghadapi setiap permasalahan (Kitab Tanbihul Ghafilin: 310)

Nabi Daud berpesan kepada anaknya, Nabi Sulaiman, “Wahai anakku, Sesungguhnya ketakwaan seseorang bisa dilihat dari tiga hal, kualitas tawakkalnya terhadap apa yang belum ia dapatkan, dan kualitas ridhanya (legawa) atas apa yang telah ia peroleh, dan kualitas kesabarannya atas sesuatu yang luput darinya.” (Kitab Tanbihul Ghafilin: 307).

 

Ada jaminan masuk Surga

Rasulullah besabda, “Dari ummatku ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa dihisab. Para sahabat bertanya Siapa saja mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah dan tidak bertathayyur dan tidak melakukan kay, tapi kepada Tuhan-lah (Allah) mereka bertawak-kal” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Tidak gampang putus asa

Orang yang bertawakkal kepada Allah dengan sebenarnya, ia tidak akan mudah putus asa saat menghadapi berbagai macam problema. Karena ia yakin bahwa Allah akan membantunya, Allah tidak akan membiarkannya.

Seandainya ia gagal dalam mewujudkan keinginannya itu, ia tidak mudah putus asa. la akan mencoba dan mencoba lagi. Mengevaluasi apa yang telah dilakukannya, lalu memperbaiki langkah-langkahnya atau usahanya. Kalau gagal lagi, ia menyadari bahwa Allah belum mengizinkannya. Lalu ia akan berusaha lagi, dan tidak putus harapan atau stress, karena ia yakin bahwa yang dilakukannya tidak sia- sia, tetap berpahala.

 

Tidak mudah sombong

Orang yang bertawakkal tidak akan sombong dan lupa diri bila usahanya berhasil. Karena ia sadar bahwa yang dilakukannya itu bukan semata-mata karena kepandaiannya atau kepiawaiannya, tapi itu karena anugerah dan pertolongan Allah kepadanya. la akan mensyukuri keberhasilannya itu, dan semakin rajin untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tuhan yang senantiasa membantunya dan mengiringi langkahnya.

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu restu untuk meraih cinta-Mu dengan amal kebaikan, dan dengan tawakkal kepada-Mu secara benar, dan dengan berbaik sangka kepada-Mu” (HR. Ibnu Abi Syaibah dari Sa’id bin Jubair).
Ghoib, Edisi No. 64 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN