MEMILIH WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB
Inilah karunia Allah yang harus disyukuri. Ketika Allah telah menentukan waktu-waktu tertentu sebagai bagian dari terkabulnya doa. Yang harus kita lakukan adalah memanfaatkannya dan tidak membiarkannya lewat begitu saja. Karena setiap kita ingin setiap detak doanya didengar dan dikabulkan.
Namun, bukan berarti berdoa pada selain dari waktu mustajab ini tidak akan terkabul. Karena semuanya itu masih dalam hak Allah. Semuanya masih dalam doa yang pasti akan memperoleh perhatian tersendiri. Tetapi keistimewaan waktu- waktu tertentu ini adalah mempercepat dikabulkannya doa. Berikut waktu-waktu mustajab itu:
1. Doa antara Adzan dan Iqamat
Saat suara adzan bergema adalah saatnya berdiam diri. Mendengarkan dengan seksama dan menjawab suara adzan itu. Bukan seperti yang sering kita saksikan atau mungkin kita sendiri yang melakukannya. Saat adzan terdengar kita masih saja asyik bercanda atau meneruskan pembicaraan yang terlanjur menarik. Seakan menjawab adzan itu adalah urusan kecil. Dan tidak perlu diperdulikan. Syetan saja lari bila mendengar suara adzan, tapi mengapa kita sendiri kemudian yang menjadi syetan yang tidak takut pada suara adzan. Bahkan mentertawakannya.
Jangan berharap bisa memanfaatkan waktu antara adzan dan iqamat untuk berdoa. Bila saat adzan kita tidak menghiraukannya, ini berarti hilangnya kesempatan kebaikan yang banyak. Dan berlalulah kesempatan itu. Mungkin yang perlu kita lakukan adalah memahami bahwa setiap perkataan ada tempatnya. Dengarkan dan jawab adzan dengan baik. Kemudian lanjutkan dengan berdoa sesuai kebutuhan. Ingat bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Doa antara adzan dan iqamat itu mustajab. Karena itu berdoalah.” (HR Abu Ya’la dan Hakim)
2. Doa di Sepertiga Malam Terakhir
Hening. Tenang. Damai. Akan terasa kuat saat malam tinggal menyisakan sepertiganya. Ketika orang-orang banyak terlelap dalam bualan tidur. Kecuali segelintir orang yang tahu akan kekuatan sepertiga malam ini. Itulah generasi didikan Rasulullah, generasi sahabat. Mereka mengetahui rahasia kekuatan sepertiga malam terakhir ini. Sehingga mereka memanfaatkannya dengan baik. Bermunajat di hadapan Allah. Setelah seharian bergelimang dengan dosa. Mereka sadar bahwa inilah saat untuk bertemu dan berkeluh kesah menyampaikan berbagai macam permasalahan langsung kepada Allah.
Lalu, mengapa kita, generasi yang jelas lebih banyak dosanya dari mereka. Justru jarang memanfaatkan waktu ini. Justru banyak mendengkur dalam selimut. Atau mengapa juga banyak di antara kita yang memanfaatkannya untuk bermaksiat. Asyik berjoget ria di keremangan lampu diskotik atau yang sejenisnya.
Padahal di sepertiga malam terakhir itu, Allah turun ke langit dunia. Allah “menantang” siapa saja. Adakah yang mau berdoa? Adakah yang meminta? Adakah yang memohon ampunan? Allah sudah memanggil dan membuka kesempatan untuk kita, tapi mengapa kita masih enggan menjawab tawaran-Nya.
Rasulullah bersabda, “Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika malam tinggal sepertiganya. Kemudian Allah berkata, “Barangsiapa berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya? siapa yang memohon ampunan-Ku, Aku akan mengampuninya.” (HR Bukhari dan Muslim)
3. Doa pada Hari Arafah
Bulan Dzulhijjah yang ditunggu umat Islam sedunia telah tiba. Menghadirkan nuansa reliji yang demikian tinggi, terutama bagi mereka yang memperoleh panggilan Allah untuk menunaikan ibadah haji. Sementara bagi yang belum mampu, tidak perlu berkecil hati. Terus saja berdoa semoga Allah memudahkannya kelak kemudian hari. Tapi setidaknya kita bisa memanfaatkan satu hari di bulan Arafah untuk banyak berdoa. Karena itu adalah hari terbaik untuk berdoa. Hari Arafah. Biarlah mereka berdoa di Arafah, sedang kita, silakan berdoa dimana saja pada hari mustajab itu. Asal tidak membiarkannya berlalu tanpa doa hingga harus menunggu satu tahun berikutnya.
Amr bin Syuaib meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah berkata, “Sebaik-baik doa adalah berdoa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik doa saya dan para nabi lainnya adalah tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan segala puji. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi).
4. Doa pada Hari Jumat
Ulama sepakat bahwa hari Jumat adalah hari terbaik di antara enam hari lainnya. Namun, tidak berarti hal ini memberikan pengertian bahwa enam hari lainnya itu ada yang buruk. Karena pada hakekatnya semua hari itu baik. Hanya saja Allah memberikan kelebihan tersendiri pada hari Jumat. Tentu,ini berdasarkan hadits riwayat imam Ahmad.
Abu Lubabah bin Abdul Mundzir meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya hari Jumat adalah pemimpin hari-hari lainnya. Dan paling mulia dibanding hari lainnya di sisi Allah. Bahkan hari Jumat itu lebih mulia dari hari raya idul fitri dan idul adha. Hari Jumat memiliki lima keistimewaan. (pertama) Allah menciptakan nabi Adam pada hari Jumat. (kedua) Allah menurunkan nabi Adam (dari syurga) ke bumi. (ketiga) pada hari Jumat pula Allah mencabut nyawa nabi Adam. (keempat) pada hari Jumat ada satu waktu yang tidak seorang hamba pun yang meminta sesuatu kepada Allah, kecuali Allah akan mengabulkannya selama permintaan itu bukan yang haram. (kelima) dan hari kiamat akan terjadi pada hari Jumat. Dan tidak seorang malaikat muqarrabin pun, tidak pula langit, bumi, angin, gunung, dan laut melainkan mereka merindukan hari Jumat serta berharap datangnya kiamat pada hari Jumat.” (HR. Ahmad).
Tidak seorang ulama pun yang meragukan kemuliaan hari Jumat. Mereka hanya berbeda dalam hal penentuan rentang waktu mana yang mustajab itu. Yang jelas dua puluh empat jam itu tidak semuanya waktu mustajab. Ada yang berpendapat waktu mustajab itu adalah saat imam duduk untuk shalat hingga selesai shalat. Ada juga yang berpendapat setelah shalat ashar dan sebelum maghrib. Hal ini berdasarkan hadits, “Carilah wak tu yang mustajab pada hari Jumat, yaitu sesudah ashar hingga terbenamnya matahari.” (HR. Ahmad)
Sekali lagi. Pandai-pandailah memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan keinginan. Jangan hanya bisa menyalahkan diri bila doa itu tidak terkabul, apalagi berburuk sangka kepada Allah. Barangkali kesalahannya itu ada pada diri kita, karena kurang memahami adab berdoa dengan baik.
Ghoib, Edisi No. 12 Th. 2/ 1424 H/ 2004 M