Kondisi Ketika Doa Mudah Dikabulkan
Rahmat Allah kepada hamba-Nya itu tidak mengenal batas. Bahkan dalam masalah doa sekalipun. Allah memberikan kemudahan kepada siapa saja, yang mau berdoa untuk memilih waktu dan keadaan tertentu yang lebih memungkinkan terkabulnya doa.
Karena itu, memanfaatkan kemudahan Allah ini merupakan salah satu solusi, agar doa tidak lagi mengambang dan cepat dikabulkan.
1. Doa Orang yang Berpuasa.
Ramadhan telah berlalu, sejak tiga bulan yang lalu. Meski kenangan di bulan itu tetap tidak terlupakan. Saat dimana kita selalu berdoa, dalam setiap kesempatan yang ada. Seakan seluruh waktunya adalah untuk berdoa. Tidak peduli siang atau malam. Saat istirahat kerja di kantor, atau sedang terpekur di masjid.
Ramadhan boleh berlalu, karena ia adalah bagian waktu yang selalu berputar. Takkan ada yang bisa menghentikannya. Tapi satu hal yang tidak boleh berlalu yaitu doa.
Ya, kehadiran nuansa Ramadhan itu, masih bisa dirasakan dalam keseharian kita. Dengan berpuasa, tentunya. Dalam beberapa hadits Rasulullah menganjurkan umatnya untuk banyak berpuasa sunah. Sehingga nuansa Ramadhan, bulan penuh rahmah itu, tetap terpelihara. Kesempatan untuk banyak berdoa juga tetap ada. Karena itu, mengapa kita jarang melaksanakan puasa sunah. Puasa Senin Kamis, misalnya. Padahal saat orang sedang berpuasa adalah saat terkabulnya doa. Sebagaimana terungkap dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Ada tiga doa yang terkabul: Doa orang yang berpuasa, doa orang yang teraniaya dan doa seorang musafir.” (HR. Uqaili dan Baihaqi).
Lebih khusus lagi saat menjelang buka puasa tiba. Saat itu adalah detik yang mahal. Untuk itulah shahabat Anas bin Malik mempunyai kebiasaan baik. Setiap menjelang buka puasa dia mengumpulkan anak dan cucunya di ruang makan. Menjelang berbuka itu Anas berdoa dan diaminkan bersama.
Karena itu, sudah seharusnya kita berusaha untuk mengikuti sunah Rasul inl. Agar apa yang kita rasakan di bulan Ramadhan itu senantiasa terjaga kapan saja.
2. Doa Orang yang dalam Keadaan Sulit.
Dalam kehidupan ini setiap orang pasti memiliki masalah. Yang hampir setiap saat datang silih berganti. Tapi di sinilah justru terletak romantika kehidupan itu. Kita sering mendengar orang bijak mengatakan bahwa hidup adalah perjuangan. Berjuang menyelesaikan sekian banyak kesulitan. Karena di balik masalah itu terletak kebahagiaan.
Demikianlah seharusnya seorang muslim bersikap. Sehingga dalam sebuah hadits Rasulullah tidak menyembunyikan rasa takjubnya terhadap kepribadian seorang mukmin. Seorang mukmin yang bersyukur bila memperoleh kebaikan dan bersabar bila menghadapi kesulitan. Keyakinan semacam ini, memang tidak bisa datang secara tiba-tiba. Tapi harus dipupuk sejak dini bahwa Allah tidak akan membebani seorang hamba-Nya melebihi kemampuannya. Artinya, semua kesulitan yang dihadapi setiap orang sebenarnya masih dalam batas kemampuannya.
Keyakinan bahwa Allah tidak membebani hamba sesuai kemampuannya akan mengantarkan kita pada keridhoan dan pengakuan atas kelemahan kita di hadapan kekuatan Allah, serta kepasrahan yang tinggi. Dalam kondisi semacam inilah, hamba sangat dekat dengan Allah. Dan doa sangat cepat dikabulkan. “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apa- bila ia berdoa kepada-Nya…” (QS. an-Naml: 62)
Bila demikian mengapa harus bermuram durja, saat mengalami kesulitan? Mengapa pula memperbanyak keluh kesah saja. Perbanyaklah doa.
3. Doa Orang yang Teraniaya
Jangan coba-coba bersikap sok kuasa dan mau menang sendiri. Saat kekuasaan masih ada di tangan. Dengan berlaku sewenang-wenang dan melupakan pengadilan Tuhan. Orang boleh saja takut. Karena saat ini, pengadilan dunia belum mampu menjamah kedzaliman anda. Tapi ingat! pengadilan Allah pasti akan tiba.
Dalam sisi lain, doa orang yang teraniaya itu lebih menakutkan. Karena Allah telah berjanji untuk mengabulkannya. Allah tidak perduli apakah yang teraniaya itu orang muslim atau kafir. Semuanya sama saja. Sebagaimana diriwayatkan imam Ahmad bahwa Rasulullah memperingatkan umatnya, “Takutlah kalian kepada doa orang yang teraniaya, meskipun dia itu orang kafir. Karena doa orang yang teraniaya itu tidak ada pembatasnya (yang menghalangi terkabulnya doa).” (HR. Ahmad).
Jika batas antara orang yang teraniaya dan Allah telah diangkat, maka doa mereka pasti terkabul. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Rasulullah, “Takutlah pada doa orang yang teraniaya, Karena doanya itu naik hingga melewati mega putih. Allah berfirman. “Demi kemuliaan dan keagungan- Ku, niscaya Aku akan menolongmu sampai kapan saja” (HR. Thabrani)
4. Berdoa ketika bertemu musuh
Peperangan antara yang hak dan batil adalah sunatullah yang akan terus berlanjut hingga akhir zaman. Saat ini saja, dunia tidak pernah sepi dari berita peperangan. Dimana saja. Tidak perlu jauh- jauh menengok ke dunia luar. Di wilayah negaral kita sendiri masih sering diwarnai berbagai macam peperangan itu.
Bila perjuangan mempertahankan yang hak itu suatu keharusan, maka kita juga tidak perlu mundur dan melarikan diri. Karena lari dari medan pertempuran itu dosa, menjadi pengecut. Seharusnya dalam kesempatan semacam ini kita manfaatkan untuk berdoa semoga Allah memenangkan yang hak dan menghancurkan yang batil.
Rasulullah bersabda, “Mintalah terkabulnya doa saat tentara saling berhadapan, saat iqamat shalat dan turunnya hujan.” (HR. Baihaqi)
Dalam suatu peperangan Rasulullah berdoa, “Ya Allah, yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an), yang mengatur arus angin, dan yang memporak-porandakan musuh, hancurkan mereka dan tolonglah kami menghadapi mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Musuh memang tidak perlu dicari, tapi bila datang tidak perlu lari. Siapa takut, mungkin ungkapan yang tepat.
5. Doa Orangtua kepada Anaknya.
Bila kita ingin sukses mewujudkan apa yang kita inginkan, jangan lupa untuk meminta restu dan doa dari kedua orangtua. Apapun keinginan kita, asalkan itu suatu hal yang positif.
Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa ridha Allah terletak di atas ridha kedua orangtua dan murka Allah juga tergantung kepada murka kedua orangtua. Secara lebih tegas Rasulullah menya-takan dalam sebuah hadits, “Ada tiga doa yang tidak diragukan lagi keterkabulannya, Doa orang teraniaya, doa seorang musafir dan doa orangtua kepada anaknya.” (HR. Ibnu Majah).
Kalau ada rencana kita yang tersandung- sandung, atau usaha kita yang tak kunjung hasil, datanglah kembali orangtua untuk meminta keridhoan dan doa beliau berdua.
Inilah bagian keempat dari adab berdoa. Semoga tulisan ini bisa menjelaskan pertanyaan yang sering menggantung mengapa doa kita seakan sulit terkabul. Semoga dari. poin-poin yang adal bisa menjadi bagian dari jawabannya.
Ghoib, Edisi No. 14 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M