“Sesungguhnya Allah itu indah dan suka keindahan.” Begitulah potongan sabda Rasulullah yang diriwayatkan Muslim dalam kitab shahihnya. Rasulullah mengungkapkannya sebagai tanggapan atas pernyataan salah seorang sahabat yang bingung dalam mensíkapí apakah mengenakan pakaian yang bagus itu termasuk bagian dari kesombongan atau tidak. Cara berpakaian menunjukkan jati diri seseorang. Apakah dia tergolong orang yang sopan ditinjau dari sisi agama maupun etika sosial. Tulisan berikut mengupas adab berpakaian dalam tinjauan Islam.
1. KENAKAN PAKAIAN YANG MENUTUP AURAT
Pakaian bagi seorang muslim tidak sekadar melindungi kulit dari sengatan sinar matahari atau dinginnya udara. Tapi jauh lebih dari itu. Pakalan merupakan bagian dari sarana seorang muslim untuk melindungi kehormatannya. Melindungi harga dirinya dari pelecehan orang-orang yang tidak bermoral.
Perhatikanlah, bila seorang wanita berpakaian tidak senonoh di jalan, dengan mengenakan pakaian super ketat dan super pendek misalnya, maka la akan menjadi santapan mata hidung belang. Betapa banyak orang yang dengan sengaja melirik dan menatapnya dengan tajam.
Anehnya, pakaian mini sudah menjadi trend dewasa ini. Pakaian mini dianggap sebagai bagian dari kemajuan yang harus diikuti. Sungguh naif memang. Apa yang dipertontonkan siswi SMA dewasa ini sungguh mengerikan. Betapa banyak di antara mereka yang dengan senang hati mengenakan seragam yang ketat dan pendek. Kalau dulu, seragam sekolah itu harus dimasukkan, sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa dimasukkan karena memang sudah pendek.
Bila pakaian seragam sekolah saja sudah demikian ketat dan pendeknya, tentu dapat diterka pakaian yang mereka kenakan di luar keperluan sekolah. Tidakkah mereka, para wanita yang mengenakan pakaian super ketat dan sejenisnya, takut dengan nubuwwat (ramalan) Rasulullah? Yang dengan tegas dinyatakan dalam hadits bahwa mereka tidak akan mencium aroma surga. Jangan lagi berbicara mau masuk surga, untuk mencium baunya saja, kesempatan itu sudah tertutup.
“Dua golongan dari penghuni neraka yang belum pernah aku melihatnya. Kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi yang mereka memukul orang-orang dengannya, dan wanita yang berpakaian tetapi telanjang, mempengaruhi orang lain dan menyeleweng, kepala mereka. seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan mencium baunya, sedangkan baunya bisa tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).
Aneh, di negara yang mayoritas beragama Islam ini, pakaian yang islami mulai tergeser dari kehidupan pemeluknya. Banyak yang enggan mengenakan pakaian yang menutup aurat, dan menyembunyikan bentuk tubuhnya dari pandangan orang-orang yang tidak berhak memandangnya.
Bila seorang wanita ingin masuk surga, kenakanlah pakaian yang menutup aurat. Pakaiannya itu longgar dan tidak ketat sehingga tidak bisa menggambarkan bagaimana lekak- lekuk tubuhnya. Bukan pakaian tipis yang tembus pandang. Pakaian yang tidak bisa menyem- bunyikan tubuhnya dari tatapan orang lain.
Dengan demikian, Anda tidak hanya melindungi badan dari sengatan matahari, tapi yang lebih penting, melindungi diri dari balutan api neraka. Yang terbayangkan panasnya.
2. MENGENAKAN PAKAIAN DENGAN TANGAN KANAN DAN MELEPASNYA DENGAN KIRI
Selain melaksanakan kewajiban dengan mengenakan pakaian yang menutup aurat, seorang muslim juga bisa terus menambah pundi- pundi amalnya saat memakai pakaian.
Seyogyanya seorang muslim tidak sekadar mengenakannya. Yang penting sudah menutup aurat lalu berhenti di sini. Tapi ia harus memanfaatkan peluang yang terbuka ini. Caranya tidak sulit. Dan tidak membutuhkan biaya. Hanya dengan mengetahui bagaimana cara Rasulullah berpakaian, seorang muslim pun dapat menirunya.
“Rasulullah sangat mengagumi posisi kanan pada semua urusannya, pada bersuci, menyisir rambut, dan memasang alas kaki.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan, “Sesungguhnya Rasulullah menjadikan tangan kanannya untuk makanannya, minumannya, dan pakaiannya. la jadikan tangan kirinya untuk yang selain dari itu.” (HR. Abu Dawud) Begitulah Rasulullah memulai mengenakan pakaian. Didahului dengan yang kanan baru yang kiri. Segala hal yang baik. didahului dengan yang kanan.
Sebaliknya Rasulullah memulai dari yang kiri saat melepas pakaian. Seyogyanya seorang muslim memanfaatkan kesempatan untuk menambah pundi-pundi amalnya. Jangan biarkan terbuang percuma.