Sebagian orang menganggap ringan masalah menguap ini. Padahal sejatinya dalam kaca mata Islam tidaklah demikian. Masalah menguap tidak bisa dianggap ringan. Karena ini merupakan simbol penguasaan syetan atas diri seseorang. Lantaran itu Islam memberikan panduan bagaimana seseorang bersikap tatkala keinginan untuk menguap itu muncul. Agar dia tidak menjadi bahan tertawaan syetan. Jelas tidak menyenangkan bila manusia sebagai makhluk yang mulia ditertawakan oleh syetan yang telah memproklamirkan dirinya sebagai musuhnya. Berikut adab menguap agar terhindar dari ejekan syetan.
- Tahanlah sebisa mungkin
Bila ditanya apakah pernah menguap, jelas setiap orang akan menjawab pernah. Karena kita bukanlah seorang nabi yang terbebas dari gangguan menguap ini. Dikatakan gangguan karena sebenarnya asal kata menguap yang dalam bahasa Arab disebut dengan tatsaub memiliki makna seekor binatang yang membuka mulutnya dengan lebar. Perilaku itu sebaga isyarat bahwa ia telah kekenyangan dan diserang rasa malas. Secara lebih jauh dikatakan dalam beberapa hadits bahwa menguap itu berasal dari syetan.
Karena itu seorang nabi tidak pernah menguap sepanjang hidupnya. Kelebihan ini jelas tidak dimiliki orang biasa, karena itu adalah bagian dari tanda kenabiannya. Ibnu Abi Syaibah dan Bukhari dalam kitab Tarikh meriwayatkan atsar dari Yazid, yang mengatakan bahwa, Nabi tidak pernah menguap sama sekali. Riwayat ini diperkuat Al-Khatthabi dari Maslamah bin Abdul Malik bin Marwan. Maslamah pernah bertemu dengan beberapa sahabat dan tergolong perawi shaduq. (Fathul Bari, Ibnu Hajar 10/613 dan Jamius shaghir lissuyuthi 1/ 357).
Bagi kita, sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari gangguan menguap ini maka yang harus kita lakukan adalah sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menguap. “Bila salah seorang dari kalian mau menguap hendaklah ia menahannya sebisa mungkin.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad dari Abu Hurairah)
- Tutuplah mulut saat menguap
Bila keinginan untuk menguap itu tidak lagi terkendalikan, maka langkah berikutnya yang layak kita ikuti adalah menutup mulut. Boleh dengan menggunakan sapu tangan, kain atau cukup dengan telapak tangan saja. Semuanya tergantung situasi dan kondisi.
Gerakan tutup mulut ini, bukannya tanpa alasan. Sebaliknya ia merupakan bagian dari pertahanan kita melawan serbuan syetan yang ingin masuk ke dalam tubuh. Memang, jin memiliki kemampuan masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Tapi bagi orang- orang yang senantiasa berdzikir dalam setiap aktifitasnya, maka jin tidak dapat masuk. Karena itu mereka mencari celah dimana seseorang sedang menguap. Saat itulah kesempatannya untuk masuk bila mulut tidak ditutup.
Abu Said meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Bila salah seorang dari kalian menguap hendaklah ia meletakkan tangan di mulutnya. Karena sesungguhnya syetan masuk ke dalam mulut.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad hal 277)
- Jangan melolong seperti srigala
Lebih buruk lagi bila kebiasaan seseorang ketika menguap itu mengeluarkan suara haaaaa. Tak ubahnya seekor srigala yang meraung-raung. Bila demikian, maka ketahuilah saat itu kita sedang menjadi bahan tertawaan Syetan. Nah lho.
Memang demikianlah berita yang disampaikan Rasulullah. Bahwa syetan akan mentertawakan orang yang menguap sambil mengeluarkan suara.
“Menguap itu datangnya dari syetan. Bila salah seorang dari kalian menguap maka tahanlah sebisa mungkin. Karena bila salah seorang mengatakan ha ha maka syetan pun tertawa. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
Ibnu Bathal mengatakan, bahwa penyandaran menguap kepada syetan lebih karena syetan senang melihat keadaan orang yang menguap. Dan sekaligus ia menemukan celah dimana ada kesempatan untuk masuk dan menguasainya. Imam Nawawi menambahkan bahwa menguap itu mengajak kepada pemuasan syahwat. Karena itulah disandarkan kepada syetan. (Fathul Bari, Ibnu Hajar 10/611-612)
4. Berhenti membaca al-Qur’an atau bacaan shalat ketika menguap
Keinginan untuk menguap bisa terjadi kapan dan di mana saja. Bila kemudian keinginan itu muncul ketika seseorang sedang membaca al- Qur’an, maka tahanlah sebisa mungkin. Bila tidak kuasa lagi, silahkan menguap, tapi berhentilah sejenak dalam membaca al-Qur’an.
Jangan coba-coba terus membaca al- Qur’an meski sedang menguap. Karena ketika seseorang membaca al-Qur’an berarti dia sedang bermunajat dan berbicara langsung dengan Allah, sementara menguap itu datangnya dari syetan. Mujahid berkata, jika Anda menguap dan Anda sedang membaca al-Qur’an, maka berhentilah sebentar hingga Anda selesai menguap sebagai bentuk pengagungan kepada al-Qur’an. (Tafsir Qurtubi 1/27)
Demikian pula ketika shalat. Berhenti sejenak dan teruskan bacaan selepas kita menguap. Karena dikhawatirkan lidah akan keseleo dan salah melafalkan bacaan. Namun tidak ada salahnya bila kita mengikuti tips yang diajarkan Ibrahim an-Nakha’i, la berdehem bila keingian untuk menguap itu muncul.