Adakah Waktu Tertentu untuk Meruqyah?

Assalam ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebelumnya saya mohon maaf, mengganggu kesibukan bapak ustadz dalam menjalankan tugas sehari-hari. Begini pak ustadz, saya mempunyai beberapa pertanyaan yang masih mengganjal di hati, yaitu:

  1. Saudara saya setahun belakangan ini terlihat suka diam, ngelamun dan menyendiri, bahkan sebulan terakhir suka ngomong sendiri. Apakah ini bagaian dari gangguan, bagaimana mengatasinya, bisakah dia sembuh total?
  1. Bagaimana kalau kita di masyarakat dianggap bisa meruqyah, dan ketika ada yang sedang kesurupan, kita yang diminta untuk meruqyahnya, padahal kita sedang bekerja melakukan aktifitas harian kita?
  1. Apakah kita boleh mempercayai perkataan jin yang bisa diajak dialog, terutama karena sebagian pasien dan keluarga ada keinginan untuk mengetahui siapa yang melakukannya?
  1. Apakah melakukan ruqyah itu pada waktu- waktu tertentu, atau boleh kapan saja. Dan kapan saja waktu-waktu yang mustajab untuk memanjatkan do’a?

Assalam ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Abdillah, Jakarta

 

Wa’alaikum salam warahmatullah wabarakatuh 

Saudara Abdillah dan seluruh pembaca, semoga selalu dalam lindungan Allah. Syekh Wahid Abdus Salam Bali menyebutkan bahwa salah satu sebab masuknya jin terhadap manusia adalah karena lalai, tidak berdzikir kepada Allah. Allah berfirman:” Barang siapa yang berpaling dari dzikir kepada Allah, maka Kami akan jadikan baginya syetan (yang menyesatkan). Dan syetan itulah yang akan menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS.az Zukhruf: 36).

Orang yang berdiam diri, melamun itu biasanya lalai tidak berdzikir kepada Allah dan itu menjadi santapan empuk syetan, dan memberi peluang untuk merasukinya. Jika kondisi itu berlangsung terus menerus dan menjadi kebiasaan, maka dia akan dikuasai syetan dan akan semakin parah kondisinya. Dari yang tadinya jarang melamun, menjadi sering. Lalu ia merasa mendapatkan bisikan, seperti ada yang mengajak berbicara, akhirnya ia ngomong sendiri kemudian senyum-senyum sendiri.

Dalam kondisi seperti itu, dibutuhkan kesabaran dan kesungguhan dari orang dekatnya; ayah, ibu saudara atau teman dekatnya. Mereka bisa membantu untuk diajak komunikasi sehingga mau diobati. Jangan sebaliknya, malah dijauhi atau dikucilkan. Mengajaknya untuk shalat, mengaji atau menyibukkannya dengan aktifitas yang bermanfaat. 

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan obat itu tidak datang begitu saja, kita harus berusaha mencarinya. Berkonsultasi ke psikiater, psikolog atau dokter jiwa yang bisa diminta solusinya. Termasuk dengan melakukan terapi ruqyah syar’iyyah, memohon kepada Allah agar kondisinya segera dipulihkan kembali. Nabi bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari).

Saudara Abdillah dan seluruh pembaca, semoga selalu dalam lindungan Allah. Bagi saudaraku yang sedang melakukan terapi ruqyah sebaiknya tidak terjebak pada kemauan pasien atau keluarganya, yang ingin tahu siapa pelakunya melalui ocehan jin itu. Bahkan luruskanlah pemahaman yang salah itu. Katakanlah bahwa yang penting si pasien sembuh dan bebas dari gangguan. Jangan sampai menjadi korban fitnah jin yang merasuki si pasien. Jin itu biasanya berdusta. Dan jika ada orang yang berbuat zhalim, serahkan kepada Allah. Dia yang akan membalasnya. Dan hukuman Allah itu lebih pedih dari pada hukuman kita.

Saudara Abdillah dan seluruh pembaca, semoga selalu dalam lindungan Allah. Sudah semestinya setiap kita kaum muslimin mampu menghadapi gangguan, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Masalah besar yang dihadapi ummat islam sekarang ini adalah masalah kebodohan, tidak mau belajar meningkatkan keilmuannya, termasuk dalam hal menghadapi gangguan jin. Kalau saja mereka mau belajar, tentu akan bisa. Sehingga hidup kita tidak bergantung kepada orang lain.

Dan jika kita bisa dan ada kesempatan, maka sebaiknya kita membantunya dengan ilmu yang kita miliki. Nabi bersabda: “Barang siapa yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya (dengan ruqyah, pen.) hendaklah ia melakukannya.” (HR. Muslim). Dan jika di antara kita banyak yang mampu untuk melakukan terapi ruqyah, maka pekerjaan tetap Anda tidak akan terganggu. Karena yang lainnya juga sudah siap membantu. Makanya belajarlah tentang ruqyah, insya Allah akan bermanfaat untuk pribadi atau orang lain.

Adapun waktu untuk melakukan ruqyah itu tidak ada waktu tertentu, kapan saja bisa dilakukannya. Kecuali ruqyah mandiri untuk penjagaan, ada do’a-do’a yang bacaannya di waktu tertentu, seperti do’a di pagi dan sore hari.

Dan doa’ mempunyai kedudukan yang sangat tinggi disisi Allah, do’a seorang muslim akan dikabulkan jika terdapat sebab- sebab terkabulnya do’a, dan tidak ada penghalangnya. Nabi bersabda: “Tidaklah seorang muslim berdoa sedang ia tidak melakukan dosa dan tidak memutus tali persaudaraan, kecuali Allah berikan padanya satu dari tiga hal; disegerakan apa yang dimintanya, atau ditabung untuknya di akhirat. Atau Allah palingkan darinya keburukan yang akan menimpanya yang sekelas dengan yang diminta. Mereka berkata: “Bagaimana kalau kita perbanyak do’a, Nabi menjawab: Allah lebih banyak pemberiannya.” (HR. Ahamad dan Tirmidzi).

Di antara waktu-waktu yang mustajab: sepertiga akhir malam, antara adzan dan iqamah, setelah berwudhu, waktu sujud, setiap selesai shalat. Dan ada dua hal yang harus diperhatikan ketika kita memanjatkan doa kepada Allah. Pertama, berdo’alah kepada Allah dan kamu yakin Allah pasti mengabulkan doa kita. Kedua Tidak tergesa- gesa untuk segera dikabulkan. Jika kamu berdo’a kepada Allah dan Allah belum mengabulkannya, kemudian kamu putus asa, tidak berdoa lagi, itu namanya kamu tergesa- gesa.” Wallahu a’lam bis shawab..
Oleh : Ustadz Akhmad Sadzali, Lc

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN