Apakah meminta bantuan pada seorang kyai untuk menenangkan hati, lalu diberi segelas air putih yang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an itu adalah cara yang sesuai dengan syari’at?
Hamba Allah, Tanggerang Banten
Bismillah wal Hamdulillah, air putih itu hanya merupakan media. Rasulullah pernah menjadikan air putih sebagai media dalam meruqyah. Tapi, banyak juga dukun yang menggunakan air sebagai sarana praktik perdukunannya? Tentu, antara perbuatan dukun dengan yang dilakukan Rasulullah sangat jauh berbeda. Cara perdukunan melibatkan kekuatan syetan, sedangkan cara Rasulullah melibatkan kekuatan Allah. Bacaan dukun bermuatan mantra dan jampi-jampi kesyirikan, bacaan Rasulullah terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an. Walaupun airnya sama-sama putih, tapi substansinya jauh berbeda.
Dalam suatu hadits shahih, Ali bin Abi Thalib bercerita, “Ketika Rasulullah sedang shalat, ada seekor kalajengking yang menyengatnya. Sehabis shalat beliau berkata, “Laknat Allah untuk kalajengking, orang yang sedang shalat pun disengatnya. Lalu beliau mengambil air yang dicampur dengan garam. Kemudian diusapkan ke bagian yang sakit sambil membaca surat al-Kafirun, surat al-Falaq dan surat an-Nas.” (HR. Ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syekh Al-Albani hadits no. 548).
Bacaan yang dibacakan pada air putih itulah yang menjadi pokok permasalahan dalam masalah ini. Bukan keberadaan air putih itu sendiri, karena ia hanyalah sebagai media. Kalau orang yang kita anggap sebagai kyai tersebut membaca bacaan yang tidak jelas lafadznya, atau hanya komat-komit, maka sepatutnyalah kita menaruh curiga kepadanya. Jangan-jangan itu bacaan mantra yang bertujuan memanggil kekuatan jin atau syetan. Bahkan kalau yang dibaca itu ayat al-Qur’an tapi bila dicampur dengan mantra, kita tidak diperbolehkan untuk meminum air putih tersebut dengan niat apa pun. Karena ia telah mencampuradukkan antara yang haq dengan yang bathil, dan itu merupakan perbuatan yang sangat disukai syetan.
Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.
Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M