Al-Kayyis

TIDAK BANYAK yang hidup menjadi seorang visioner. Berfikir jauh ke depan untuk rencana apapun. Rencana kebesaran dan kemakmuran dirinya, orang lain bahkan bumi ini. Dan memang hanya sedikit yang mampu melakukannya. Maka, orang seperti ini menjadi mahal di masyarakatnya.

Yang banyak adalah mereka yang hidup pragmatis. Yang penting apa yang ada di depannya. Yang penting hari ini bisa mengais sesuatu. Yang membuat kebijakan hanya untuk menyiapkan matras empuk tempat dia jatuh nanti. Yang membuat peraturan hanya untuk melepaskan diri dari masalah yang sudah dia perkirakan kelak akan melibatnya.

Mengamati hadits nabi berikut, kita akan menjumpai bahwa modal besar untuk menjadi visioner adalah iman. “Orang yang cerdas adalah mereka yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian.” (HR. Hakim, Askari dan Quda’i dari hadits Ibnu Mubarak).

Dan bandingkan dengan pilihan orang-orang berdosa ketika menenggak segelas bir atau menelan sebutir pil haram atau menyuntik dan menghisap narkoba. Serta mereka yang mengadu nasib lewat judi, “Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. al-Baqarah: 219).

Sangat berbeda. Orang dengan imannya, menjadi seseorang yang visioner. Memandang jauh tempatnya kelak di hari kehidupan yang tidak ada kematian setelahnya. Padahal hari itu masih sangat-sangat jauh untuk ukuran manusia hari ini. Hitung saja. Dia mungkin masih punya umur puluhan tahun, kemudian alam kubur yang entah ratusan, ribuan atau jutaan tahun lagi hingga kiamat, selanjutnya hari perhitungan amal yang seharinya waktu itu sama dengan lima puluh ribu tahun hari ini, sementara antrian sangat panjang dari jin dan manusia, setelah pembagian catatan amal, mizan (timbangan amal), mendatangi telaga, shirat yang harus dilalui, jembatan terakhir untuk menyelesaikan seluruh tanggungan yang belum selesai sesama mukmin di dunia. Baru setelah itu semua, sebelah kaki ini mulai menapak di surga. Sejauh itulah daya jangkau pikiran orang beriman. Sangat jauh. Ya, begitu visioner.

Sementara pendosa lebih suka menikmati manfaat sesaat judi dan narkoba, kesenangan semu daripada memperhatikan dosa yang lebih besar dari manfaatnya. Pikirannya picik. Daya jangkaunya amat pendek. Hidup tanpa visi yang jelas.

Jadi, iman lah yang mampu membentuk gaya hidup dan cara berpikir orang untuk menjadi seseorang yang visioner. Iman adalah modal besar untuk daya pandang jauh ke depan.

Seperti saat Rasul dan para shahabat sedang kelaparan dan kedinginan serta ketakutan karena dikepung 10.000 ribu pasukan musuh di perang Khandaq tahun ke-5 H. Suasana boleh tidak menguntungkan waktu itu, harapan dengan hitungan matematika manusia bisa dibilang kecil untuk bisa bangkit, tetapi Rasullah mengajarkan kepada kita tentang visi yang kenal kata pudar apalagi padam. Saat Rasulullah membelah batu dan percikan api besar tiga kali menyala, saat itu Rasullah berkata, “Diperlihatkan padaku Romawi …. Persia… Sana’a, kuncinya jatuh ke tangan kalian.” Dan tidak satu pun penaklukan tiga negara itu yang selesai di zaman Rasulullah. Visioner dengan iman.

Inilah salah satu kedahsyatan iman jika benar telah terhunjam dalam hati. Dan inilah cerminan al-Kayyis (Orang cerdas) yang disebut Rasulullah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN