Alas tidur. Siapapun tahu akan pentingnya alas tidur. Tak perduli, dimana pun tempatnya. Saat mau tidur, seseorang akan mencari sesuatu sebagai alas. Ya, tidur di atas tanah tanpa beralaskan sesuatu pasti rasanya tidak enak. Apalagi pada zaman sekarang, saat tingkat kemajuan sudah sedemikian rupa. Urusan alas tidur tidak lagi menjadi urusan yang kesekian. Orang tidak lagi ragu membeli alas tidur (spring bed) seharga jutaan rupiah.
Untuk lebih menambah kenikmatan saat tidur tidak cukup hanya dengan spring bed yang mahal. Tapi perlu pelengkap lainnya. Bantal atau selimut misalnya. Hingga diciptakanlah bantal elektrik yang menyimpan hawa panas. Atau berselimutkan sutra. Sekali lagi, urusan alas tidur bukan lagi urusan yang kesekian.
Banyak yang bermimpi untuk bisa tidur nyenyak di atas kasur empuk dengan selimut hangat di hari yang dingin. Tetapi tentu tidak satu pun yang berharap untuk merasakan alas tidur dan selimut di neraka.
Tentang tidur di neraka, penghuni neraka tidak mungkin memiliki kesempatan untuk tidur. Apalagi menikmati mimpi yang indah. Beralaskan alas tidur yang empuk. Tidak, hal itu tidak akan terjadi. Sebab alas tidur mereka terbuat dari api. Tempatnya saja di neraka. Tentu alas tidurnya juga bagian dari siksa. Demikianlah dengan jelas Al-Quran menggambarkannya.
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang dzalim.” (QS Al-Araf: 41).
Muhammad bin Kaab al-Qurdhi, seorang ulama mengatakan bahwa kata “Mihad” bermakna alas tidur, sesuatu yang berada di bawah mereka. Sedangkan “Ghawasy” adalah jamak dari Ghasyiyah yang memiliki arti selimut, sesuatu menutupi tubuh mereka (Tafsir Ibnu Katsir, 2/228). Alas tidur maupun selimut di sini tidak seperti yang kita bayangkan. Memang, mereka tidak memiliki spring bad yang sesungguhnya. Tapi, ini hanyalah gambaran datangnya siksa api yang membara. Api yang bersumber dari atas dan bawah tubuh mereka.
Ya, penghuni neraka bagaikan daging yang dibakar. Daging yang diselimuti api dari berbagai penjuru. Atas, bawah. Samping kiri maupun kanan. Demikanlah gambaran Al-Quran. Sehingga tidak ada celah bagi mereka untuk istirahat dan tidur. “Dan sesugguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. At-Taubah: 49). Dalam ayat lain Allah menegaskan, “Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api).” (QS Az. Zumar. 16).
Sungguh, derita yang tiada terkira. Bayangkan. Bila panas membara itu berada di ruangan tertutup. Tidak ada celah masuknya udara. Tentu, hawa panas akan semakin berlipat ganda. Nafas pun terasa sesak. Akibat yang terburuk adalah tercabutnya nyawa, tetapi di neraka sudah tidak ada kematian yang akan mengakhiri segala penderitaan. Neraka itu dikelilingi oleh dinding. Ini bukan sembarang dinding, tapi dinding yang terbuat dari api yang bergejolak. Demikianlah Ibnu Abbas menafsirkan kata “Surodiquha” yang terdapat dalam firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya itu mengepung mereka.” (QS Al- Kahfi: 29). (Tafsir Ibnu Katsir, 3/86).
Secara lebih jauh Allah menegaskan dalam ayat yang sama bahwa “Itulah tempat istirahat yang paling jelek.” Meski ada alas tidur dan selimutnya.
Gambaran alas tidur dan selimut neraka ini seharusnya cukup menjadi peringatan bagi kita. Nikmatilah kasur empuk dan selimut hangat di dunia saja. Bukan di neraka, karena di neraka alas tidur dan selimut tidak akan membuat istirahat. Semuanya api. Semuanya adalah siksa.
Ghoib, Edisi No. 12 Th. 2/ 1424 H/ 2004 M