Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bapak pengasuh konsultasi yang dimuliakan Allah. Saya seorang ibu dari tiga putra. Saya merasa bingung karena kedua anak saya tiba-tiba berubah kelakuannya. Tadinya rajin shalat dan sekolah, sekarang tidak mau dan selalu mengamuk serta menjadi benci kepada saya (ibunya). Bahkan juga merusak dan berkata yang tidak masuk akal. Saya sudah berusaha menyembuhkannya dengan mendatangi 20 ‘orang pintar’ (ustadz), kata mereka anak saya kena teluh/santet sudah berjalan empat tahunan, pertanyaan saya:
- Bagaimanacara menghilangkan santet atau teluh?
- Apa perlu di ruqyah dan bagaimana caranya?
- Apa yang saya lakukan agar anak mau shalat dan sekolah lagi?
- Apa yang harus saya lakukan jika ia mengamuk?
Wassalam
lbu Pristiwati,Banten
Jawaban :
Wa’alaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh
lbu Pristiwati dan seluruh pembaca Majalah Ghoib yang berbahagia. Kami ikut prihatin atas masalah yang ibu hadapi. Sebagai seorang ibu yang merekamelahirkan dan membesarkan mereka, sudah sepantasnya bila ibu bersedih atas perkembangan yang ada.
Pendidikan yang telah ibu tanamkan dengan baik, dengan mengajarkan shalat misalnya, ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan. Namun sayang, ibu tidak menjelaskan lebih jauh apa yang menyebabkan perubahan perilaku tersebut. Ibu bisa melihat kembali apa yang terjadi di lingkungan anak ibu selama ini. Baik di lingkungan keluarga di mana anak-anak dibesarkan atau di lingkungan permainannya.
Lingkungan memiliki pengaruh yang kuat atas perubahan perilaku seseorang, terlebih di usia anak-anak yang rentan goncangan. lbu bisa melihat kembali, dengan siapa anak ibu bergaul, Rasulullah bersabda, “Seseorang itu bergantung pada agama teman yang menemaninya. Maka lihatlah siapa yang menemaninya!” (HR. at-Tirmidzi). Namun, bukan berarti kemudian ibu melarang anak ibu bergaul sedemikian rupa sehingga mereka menjadi anak yang kurang pergaulan.
Pada sisi lain, perkembangan yang negatif itupun harus disikapi. Masalah ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut sehingga masalah yang ibu hadapi pun semakin tidak terkendali. Kalaupun toh kemudian diambil kesimpulan bahwa anak ibu harus diobati, maka tempuhlah cara-cara yang tidak menyimpang secara timbangan aqidah. Dengan datang ke ‘orang pintar’ misalnya. Bila hal itu sudah terjadi, maka marilah segera membersihkan diri dengan bertaubat kepada Allah.
lbu bisa membawa anak-anak ibu ke psikiater untuk mengetahui lebih lanjut faktor penyebab perubahan tingkah laku tersebut. Pada sisi yang lain, manfaatkan jiwa keibuan sebagai sarana pendekatan yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Berdoalah kepada Allah di saat malam. Mohon perlindungan kepada Allah agar anak ibu kembali menemukan ketenangan batin dan mau menjalankan shalat. Semoga dengan itu Allah mengabulkan doa ibu.
lbu Pristiwati dan seluruh pembaca Majalah Ghoib yang berbahagia. Memang tidak menutup kemungkinan perubahan yang terjadi pada anak-anak merupakan ulah syetan. Syetan bisa masuk melalui banyak cara. Seperti kekecewaan yang lama terpendam, kemudian terpikirkan terus atau sedih yang berlarut-larut. Atau mungkin mengamalkan amalan atau dzikir dengan jumlah tertentu yang tidak ada sunnahnya, puasa mutih, puasa sejumlah hari yang dibarengi dengan begadang di hari terakhirnya hingga malam dan lain-lainnya, atau ingin membentengi diri dengan datang kepada seseorang kemudian dituliskan sesuatu dibagian tubuhnya, ternyata hal itu justru menjadi penyebab gangguan.
lbu Pristiwati dan seluruh pembaca Majalah Ghoib yang berbahagia. Bila memang gangguan yang ada itu karena sihir, maka ketahuilah bahwa langkah pertama yang harus ditempuh adalah dengan membersihkan aqidah dari debu-debu syirik. Berlindung kepada Allah dengan melakukan kewajiban, meninggalkan larangan memperbanyak membaca al-Qur’an, membaca do’a-do’a penjagaan/perlindungan.
lbu Pristiwati, bila memang anak ibu masih belum bisa membaca do’a perlindungan sendiri, maka tugas ibu sebagai orangtua adalah membimbing mereka. Menuntun melafalkan do’a-do’a itu atau bila memang dipandang perlu ibu bisa menulis do’a-do’a tersebut di kertas dan meminta anak-anak untuk membacanya. Kami yakin setelah beberapa minggu anak-anak membaca do’a tersebut, pada akhirnya mereka akan menghafalnya. Begitulah seharusnya orangtua bersikap seperti dahulu dilakukan Abdullah bin Umar.
Bila memang gangguan itu masih belum berkurang, maka tidak ada salahnya bita ibu meminta bantuan kepada orang yang shalih dan terjaga kemurnian aqidahnya untuk meruqyah anak-anak ibu. Karena itu jangan berhenti untuk memohon kepada Allah, Dzat Yang Maha Menyembuhkan, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mudah-mudahan setelah diruqyah dan melakukan ruqyah mandiri mau shalat lagi, mau sekolah lagi. Jika mengamuk hadapi dengan sabar, karena kalau kita hadapi dengan marah juga justru akan menjadi-jadi, ingatkan dengan resep Rasulullah SAW. saat marah dengan;
Pertama agar selalu memohon perlindungan kepada Allah dengan membaca ta’awwu dz “Audzu billahi minasy syaithonir rojim”.
Kedua jangan berkata-kata di saat marah.
Ketiga merubah posisi berdiri menjadi duduk.
Keempat dalam keadaan duduk masih marah, maka rubahlah menjadi berbaring. Dan ingatkan dengan pahala yang sangat besar bagi orang yang bisa menahan amarahnya. Dalam sebuah hadits ketika Rasulullah SAW. ditanya oleh seorang sahabat “Ya Rasulullah tunjukkanlah kepadaku sebuah amal yang bisa menyebabkanku masuk surga Nabi menjawab, “Jangan marah, jangan marah, jangan marah (diulang tiga kali) kamu kan masuk surga.” (HR. Thabrani)
Mudah-mudahan Allah memudahkan urusan kita dan memberikan kekuatan serta kesabaran dalam menghadapi ujian ini. Dan mudah-mudahan itu menjadi bukti akan sayangnya Allah terhadap kita Nabi bersabda, “Sesungguhnya jika Allah menyayangi hamba-Nya, maka Dia akan mengujinya.” (HR. at-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan) Wallahu a’lamu bis showab.
Akhmad Sadzali, Lc
Ghoib Ruqyah syar’iyyah