Orang makan api, Itu hanyalah isapan jempol belaka. Permainan sulap yang sering ditemukan di berbagai tempat dengan menggelar atraksi yang katanya makan api, hakekatnya hanyalah permainan belaka.
Bola api menyala di sumbu kayu itu memang didekatkan perlahan ke mulut. Dan “bruuuss’ api membesar tersembur cairan minyak tanah dari dalam mulut.
Api menerobos ruang kosong. Setelah pesulap menjauhkan bola api dari wajahnya. Giginya menyeringai menunjukkan kegagahan dan keberaniannya bermain api. Padahal itu hanyalah permainan belaka. Tidak ada yang makan api. Atau bahkan menelan api.
Karena api itu menakutkan. Padahal itu baru api dunia yang tidak ada apa-apanya. Masih jauh dibawah kadar panas api neraka. Api dunia hanya sepertujuh puluh panas api neraka.
Sungguh mengerikan bila api yang sedemikian panas pada akhirnya benar-benar dimakan. Melewati kerongkongan dan mencabik-cabik isi perut. Mengocok dan mencairkan semua isinya.
Ini bukan permainan sulap. Tapi demikianlah balasan yang Allah berikan kepada sebagian penghuni neraka karena suatu dosa. Seperti orang-orang yang mendapat amanah untuk mengelola harta anak yatim. Tapi dengan semena-mena ia menikmati harta anak yatim tanpa alasan yang bisa dibenarkan.
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan cara dzalim, sebenarnya mereka itu memakan api sepenuh perutnya. Dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. an- Nisaa: 10)
Itulah balasan bagi orang yang tidak tidak bisa memegang amanah. Harta yang seharusnya diselamatkan, justru dimakannya. Hal yang serupa juga dialami oleh orang-orang Yahudi yang hidup di zaman Rasulullah. Ketika mereka dengan sengaja menyembunyikan bukti kenabian Rasulullah dalam kitab Taurat.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api.” (QS. al- Baqarah: 174)
Api yang panas itu terus menyebar jala. Mencari mangsa-mangsa baru yang tidak lagi peduli dengan aturan agama. Sesuatu yang jelas dilarang bahkan dianggap sebagai sebuah kebanggaan.
Lihatlah piring, gelas, mangkok yang terbuat dari emas dan perak di kalangan orang-orang kaya. Tidak sedikit di antara mereka yang menjadikannya sebagai alat minum. Padahal semua itu jelas terlarang. Tidak ada alasan bagi umat Islam untuk berbangga-bangga dengan sesuatu yang terlarang. Bila tidak ingin perutnya diobrak-abrik api. Dalam kitab shahihnya imam Muslim meriwayatkan “(orang) Yang makan dan minum dengan bejana emas dan perak, sesungguhnya ia memasukkan ke dalam perutnya api jahannam.” (HR Muslim)
Waspadalah! Bila nantinya bejana yang terbuat dari emas dan perak pada akhirnya menghadirkan petaka. Bukan makanan yang enak, tapi api neraka yang membara.
Karena itu kuatkan kaki untuk terus berlari dan berlari dengan amal shalih. Agar selamat dari cabikan api neraka.