Atas Nama Cinta?

Valentine Day adalah hari paling favorit bagi para remaja putra-putri, di seluruh dunia termasuk di negeri kita ini. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari, di mana banyak kita ternui simbol-simbol atau iklan-iklan tidak Islami hanya untuk mempromosikan acara Valentine Day. Berbagai tempat hiburan, dari diskotik, klab malam, hotel-hotel, organisasi-organisasi besar maupun kelompok-kelompok kecil, banyak yang berlomba-lomba menawarkan acara untuk merayakan Valentine Day. Dengan pengaruh media massa seperti surat kabar, radio maupun televisi, akhirnya sebagian besar kaum muslimin juga turut terpengaruh dengan iklan- iklan Valentine Day.

Di zaman sekarang ini orang mengenal Valentine Day melalui ‘greeting card’, pesta persaudaraan, bertukar dan memberi hadiah dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu. Dimana pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa Romawi pada waktu itu yaitu Raja Claudius II (268-270 M) Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, (1) keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai ‘upacara keagamaan’. Tetapi sejak abad 16 M, ‘upacara keagamaan’ tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi ‘perayaan bukan keagamaan’.

Akhirnya setiap tanggal 14 Februari, atas dasar kasih sayang dan atas nama cinta. Mereka merayakan hari tersebut dengan pesta fora, saling memberi hadiah dan saling memberi kartu ucapan, bahkan atas nama cinta pula, seorang gadis rela mempersembahan kehormatan dirinya untuk sang kekasih.

Dari peristiwa demi peristiwa yang kita saksikan sekarang Valentine Day hanyalah kepercayaan belaka yang berusaha merusak ‘akidah’ kaum muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan bertopengkan percintaan, perjodohan dan kasih sayang. Jadi apakah atas nama cinta, kemudian kita bisa melanggar apa yang telah Allah larang untuk kita? Kalau mereka merayakan Valentine Day, mengapa mereka tidak peduli dengan makna hijrah yang telah Rasulullah lakukan untuk membangun peradaban Islam. Sungguh Valentine day, tidak pernah ada dalam ajaran Islam dan hanya merusak makna cinta yang sesungguhnya.

 

 

Ghoib, Edisi No. 34 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN