Seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun, datang ke kantor Majalah Ghoib pada hari Senin (7/5/2005), untuk mengikuti terapi diruqyah. Sesaat sebelum diterapi, ibu ini menyerahkan sebuah jimat yang didapatkannya, pada saat usaha travelnya baru berjalan satu tahun. Ketika itu ia mendapat masalah dalam usahanya menambah modal perusahaan. Dalam keadaan bingung, ia diajak sahabatnya untuk menemui seseorang yang sering dipanggil Ki Tejo (bukan nama sebenarnya) di bilangan Jakarta Barat, yang katanya bisa membantu mengatasi masalahnya tersebut.
Ki Tejo kelihatan seperti orang Arab, dengan perawakannya yang tinggi besar. Dinding rumahnya penuh dengan pajangan foto, saat ia bersama beberapa penyanyi dangdut terkenal jaman dahulu. Pada saat itu, ibu ini berpikir untuk meminjam uang di bank, namun urusannya susah dan berbelit-belit. Di sana ia diinterogasi oleh Ki Tejo, termasuk menanyakan biodata keluarganya. Tulisan Ki Tejo menggunakan huruf Arab, tapi bacaannya bahasa Indonesia. Cara memegang pensil juga aneh, yaitu dengan memegang buntut pensil sambil menulis.
Di rumahnya, ada ruangan khusus yang di dalamnya terdapat kemenyan berwarna hitam. Ki Tejo bercerita, kalau di pagi hari, Ki Tejo sering mengantuk, sebab setiap malam ia harus berwirid dari jam 24.00 sampai jam 03.00 dini hari. Ibu ini kemudian menceritakan kesulitannya. la disuruh mandi kembang di kamar mandi. Setelah itu, ia kembali keruangan Ki Tejo. Untuk mahar dupa dan kembang yang telah ia pakai, ia harus membayar 240.000. la juga dibekali kembang untuk mandi di rumah. Ritual tersebut tidak boleh ketahuan oleh siapapun, termasuk suaminya.
Selang seminggu kemudian, ia balik lagi ke rumah Ki Tejo. Kali ini, mahar yang harus ia bayarkan semakin mahal. Naik emnajdi Rp. 360.000 hanya untuk membayar kembang yang ia terima. Pada saat itu, ia bertanya, kenapa ia tidak diberikan bacaan-bacaan doa untuk dibaca Ki Tejo hanya berkata, “Biar bapak yang wiritin semua itu.” Semenjak itu, memang uang pinjaman dari teman-temannya terus mengalir dengan mudahnya. Malah ada yang menawarkan untuk meminjamkan uang tanpa jaminan. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, ia mulai sadar, kalau ternyata, sahabat yang mengantarnya kepada Ki Tejo dan yang selama ini meminjamkan uang kepadanya, ternyata adalah seorang calo dari rentenir. Dari setiap pinjaman yang ia dapatkan, selalu dipotong 20%. Karena ia sedang perlu uang, ya diikuti saja. Kalau ia pinjam uang sebesar Rp. 10 juta, maka dipotong 2 juta. Sedangkan ia harus tetap membayar Rp 10 juta, ditambah bunga perbulan 10%. Lama kelamaan hutang semakin banyak, dan keadaan semakin ruwet, sehingga sampai sekarang hutangnya mencapai ratusan juta. Karena yang baru terbayar hanya bunganya saja, sementara hutang pokoknya belum terbayar. Suatu saat, ketika ia mendapat pinjaman terakhir sebesar Rp. 10 juta, ia mendatangi lagi Ki Tejo. la disuruh menyerahkan uang sebanyak satu juta untuk potong kambing dan ayam hitam yang dagingnya akan disedekahkan ke anak yatim. Tapi anehnya, ia tidak boleh menyaksikan secara langsung prosesi potong kambing tersebut. Lalu ia diberikan sebuah jimat. mirip al-Qur’an kecil yang di dalamnya terdapat tulisan potongan ayat suci.
Mulai saat itu, ia semakin tidak percaya dengan Ki Tejo, dan ia mulai menjauhinya. Tapi Ki Tejo terus menghubungi telepon genggamnya. untuk terus minta uang lagi. Tapi karena bosan, akhirnya Ki Tejo tidak menghubunginya lagi. Sejak itu ibu ini banyak melaksanakan sholat tahajud dan membaca al-Qur’an, untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian, di sebuah perpustakan masjid, ia membaca Majalah Ghoib dan membaca sebuah kisah yang mirip dengan pengalamannya. Akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi Majalah Ghoib, dan meyerahkan jimat ini untuk dimusnahkan.

Bentuk Jimat
Jimat ini dibungkus dengan kain berwarna putih yang dijahit rapi. Kain tersebut membungkus sebuah kotak kecil berwarna emas, dengan ukuran 2×3 cm, yang diluarnya terdapat gambar dua buah pedang dan sebuah tulisan Arab yang artinya azimat mubrakah. Di dalam kotak tersebut terdapat sebuah kertas berukuran 60 cm yang dilipat kecil-kecil, seperti file nomor telepon yang biasa dijual Rp 1000, di kereta. Di dalam 35 lipatan-lipatan kecil tersebut terdapat tulisan beberapa ayat suci al-Quran, diselingi beberapa kalender berhuruf Arab dan penggalan huruf Hijaiyyah yang tidak jelas mengapa harus ditulis di situ.
Kesaktian jimat
Jimat ini, diyakini bisa memajukan usaha, siapa pun yang memilikinya. Lebih dari itu, rekanan bisnis juga akan selalu datang untuk bertransaksi dengan pemilik jimat ini.
Bongkar Jimat
Mencari nafkah adalah kewajiban semua manusia untuk melestarikan kehidupannya dan mencapai kebahagian dalam berumah tangga. Namun, perjalanan mencari nafkah, tidak selamanya berjalan mulus, alias penuh onak dan duri. Hambatan demi hambatan yang kita hadapi setiap hari menjadi ujian perjuangan untuk mempertahankan kehidupan. Persaingan untuk menjadi yang terbaik, terkadang ditempuh dengan menghalalkan segala cara. Aksi tipu-menipu, koneksi, suap menyuap sudah menjadi aktivitas yang lumrah.
Pada kenyataannya, strata pendidikan seseorang belum tentu bisa membantunya berpikir lebih “rasional”, dengan mendatangi “dukun sakti”, yang katanya bisa membantu orang lain dalam menghadapi masalah keuangan. Padahal para “dukun sakti” tersebut, malah mencari uang dari hasil penerawangan yang tidak jelas dan menjual jimat-jimat dengan harga yang sangat mencekik leher, yang nyata-nyata tidak memiliki kekuatan apa pun. Bahkan, merupakan benda yang syarat dengan nuansa kemusyrikan.
Jimat yang telah di sulap menjadi benda yang dianggap sakti tersebut justru membuat keadaan semakin tidak karuan. Harapan agar usaha kita menjadi lebih maju ternyata membuat hutang semakin berseliweran di mana-mana. Tanpa jelas kapan akan terbayar. Ini merupakam gambaran perjuangan untuk mempertahankan hidup, yang tentunya melanggar aturan hukum Islam.
Alhamdulillah, Ibu ini, cepat tersadar dari segala bentuk bujuk rayu syetan, yang datangnya dari setiap sudut penjuru mata angin. Kesadarannya untuk memusnahkan jimat merupakan bentuk pengingkarannya kepada syetan, sang penggoda. Semoga kehidupan Ibu ini, lebih tenang dengan terus berdoa kepas Allah Yang Maha Pemberi Rezeki.
“Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Pemberi Rezeki, Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 58).
Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M