Banyak orang yang memahami bahwa tawakkal Itu adalah pasrah. Tawakkal kepada Allah, berarti pasrah sepenuhnya kepada Allah. Kita serahkan nasib kita, kondisi yang sedang kita alami, atau segala masalah yang sedang kita hadapi, semuanya kita pasrahkan kepada Allah.
Ada yang memahami tawakkal secara ekstrim. Dalam berbagai masalah dan problema ia tidak mau pusing- pusing memikirkannya, ia serahkan semuanya kepada ketentuan Allah. Bila ia mengalami krisis atau kesulitan ekonomi, dia tidak berbuat apa-apa. “Rizki kita kan sudah ada yang mengatur, Dialah Allah. Kalau Allah sudah memberi jatah rizki kepada kita, ngapain kita capek-capek berusaha,” begitulah ujarnya bila ditanya seputar jalan keluar dari kondisi yang sedang dihadapinya.
Begitu pula saat ia sakit, ia enggan pergi ke dokter untuk berkonsultasi atau berobat, enggan untuk minum atau mengkonsumsi obat-obatan yang ada. la berkeyakinan bahwa segala macam penyakit yang ada, Allah-lah yang akan menyembuhkannya. “Walaupun kita pergi ke puluhan dokter spesialis, minum obat segudang, kalau Allah belum ngasih sembuh. sakit kita tidak akan sembuh. Tapi kalau Allah sudah berkehendak untuk menyembuhkan sakit kita, walau kagakminum obat, pasti sakit tersebut akan sembuh,” begitulah argumentasinya.
Di sisi lain, ada juga orang yang berpikiran sebaliknya. la berprinsip bahwa segala kebutuhan yang ia perlukan, ia sendirilah yang bisa memenuhinya. Kalau kondisi keuangannya lagi menipis, ia berusaha keras, banting tulang untuk mengisinya. Baginya, “Susah atau senang dalam hidup ini, yang menentukan adalah diri kita sendiri. Jangan pasrah pada keadaan, hanya kita sendiri yang bisa merubah nasib sendiri,” seperti itulah kira-kira prinsip hidupnya.
Begitu juga saat la sakit, la akan berusaha keras untuk mendapat kesembuhan. Mendatangi dokter satu ke dokter yang lain, masuk rumah sakit yang dianggap punya kapasitas untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Kalau usahanya itu berhasil, sakit yang dideritanya sembuh, ia sangat bangga atas keberhasilannya, ia bilang bahwa dokter yang menanganinya memang hebat, rumah sakit yang merawatnya memang profesional. Apapun penyakit yang ia rasakan di kemudian hari, ia akan merujuk pada rumah sakit dan dokter yang ia percaya.
Dan sebaliknya, kalau ia gagal, sakitnya tak kunjung tersembuhkan, ia akan kecewa berat. Kecewa pada dokter atau rumah sakit yang didatanginya. Dalam kondisi seperti itu, tak jarang ia akhirnya gelap mata. Menempuh cara pengobatan apa saja, baginya yang terpenting adalah sakit yang dideritanya bisa sembuh. la tak peduli, oleh tangan siapa, kesembuhan itu bisa la dapatkan.
Kajian utama kita kali ini, akan membahas materi tawakkal dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Karena sifat tawakkal harus dimiliki oleh seorang mukmin. Sebagaimana yang diperintahkan Allah, “(Dialah) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah semata” (QS. at- Taghabun: 13).
Apakah tawakkal berseberangan dengan usaha seseorang dalam mendapatkan apa yang diinginkannya? Benarkah berobat, termasuk melakukan terapi ruqyah bisa menodai tawakkal seseorang? Lalu bagaimana seharusnya kita bertawakkal kepada Allah? Ikuti kupasannya dalam edisi ini.