Kolor ljo. Sebuah nama yang menjadi buah bibir masyarakat sejak awal Ramadhan lalu. Kolor ijo menjadi momok tersendiri bagi mereka, la bagaikan hantu gentayangan. Menakutkan setiap warga pinggiran Jakarta. Kali ini yang dicari si kolor ijo bukanlah emas permata, atau barang berharga lainnya.
Kolor ijo yang katanya selalu meminta korban perempuan dalam setiap aksinya itu tidak lagi perduli siapa korbannya. Gadis atau janda sama saja. Sehingga seorang penjual gerabah keliling yang telah berumur enam puluhan tahunpun ketakutan luar biasa, la harus buru-buru pulang ke kampungnya di Kranggan, bila tidak ingin menjadi korban berikutnya.
Isu korban kolor ijo pun terus bertambah. Menjalar dari kec Setu di Bekasi ke pinggiran Jakarta Timur, di Lubang Buaya terus bergerak ke Cimanggis, Ciputat dan berita terbaru kolor ijo telah merambah wilayah Depok.
Itulah mengapa, sejak tiga bulan lalu banyak pintu dan angin-angin rumah warga dipalangi dengan bambu kuning. Katanya, agar jin yang katanya suka memperkosa itu tidak masuk rumah. Akibatnya, tidak sedikit pohon bambu kuning yang menjadi sasaran para warga yang memang lagi ketakutan. Misalnya kebun bapak Kasan yang tinggal di kawasan Depok yang tidak lewat dari serbuan massa. Yang lebih kasihan, seorang ibu di Cilangkap yang belum lama menanam bambu kuning. Bambu itu baru berupa dua batang yang masih kecil. Eh, masyarakat tetap tidak perduli. Langsung saja bambu itu disikat habis.
Sungguh kasihan. Kalaulah benar kolor ijo merupakan jin atau manusia yang berkolaborasi dengan jin. Demi keuntungan sesaat. Atau apapun dalihnya. Apakah memang bambu kuning layak menjadi solusi tersendiri? Sulit menerimanya. Terlebih bukti di lapangan berbicara lain, seorang ibu yang memasang bambu kuning di rumahnya mengaku masih disatroni si kolor ijo.
Yang jelas, dalam pandangan Islam, pemakaian bambu kuning sebagai penangkal jin telah menyalahi aqidah. la telah masuk wilayah terlarang. “Barangsiapa menggantungkan jimat-jimat maka dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad). Dan tidak satu pun riwayat shahih yang memberitahukan bahwa bambu kuning mempunyai kekuatan menolak kehadiran jin.
Seseorang boleh saja ketakutan pada gangguan jin, karena memang sudah menjadi tabiat mereka menggoda dan mengganggu manusia. Tapi sudah selayaknya hal itu disikapi dengan benar. Penyikapan yang tidak bertentangan dengan syar’i. Bukankah hadits riwayat Abu Hurairah yang mengisahkan bagaimana ia menangkap seorang jin yang ketahuan mencuri. Kemudian si jin tersebut mengajarkan kepada Abu Hurairah bagaimana manusia menjaga diri dari gangguan jin. Hanya dengan membaca ayat Kursi. Jadi, yang jelas tidak perlu menggantungkan bambu kuning.
Jimat bambu kuning seharusnya juga tidak perlu ada di rumah setiap muslim. Karena sudah cukup baginya membaca surat Al-Baqarah setiap hari. Bacaan yang tidak hanya menangkal datangnya jin tapi jauh lebih dahsyat karena jin akan lari dari rumah itu. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya syetan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.”
Dan, jangan lupa ketika menutup pintu mengucap basmalah. “… Dan tutuplah pintu pintu dengan menyebut nama Allah, karena syetan tidak bisa membuka pintu yang tertutup.” (HR. bukhari dan Muslim).
Karena itu, bentengi aqidah dari hal-hal yang berbau katanya.
Ghoib, Edisi No. 12 Th 2/ 1424 H/2004 M