Belajar dari Nabi Ibrahim

Kesaksian kali ini menengok sisi lain dari kehidupan ini. Episode kelabu anak manusia yang katanya bermoral dan berbudaya. Tapi ternyata lebih kejam dari binatang. Seorang wanita nyaris menjadi tumbal majikannya. Elis, nama gadis yang malang itu. la nyaris menjadi korban orang yang selama ini dianggapnya telah banyak berjasa. Tapi ternyata tak ubahnya musang berbulu domba.

Kebaikannya itu hanyalah sebuah cara untuk mengelabuhi orang-orang yang mau diincar menjadi sasaran empuknya. Karena sang korban tidak akan curiga. Mengapa kebaikannya nampak terlalu berlebihan. Bukankah selama ini kebaikan demi kebaikan telah diterimanya? Tidak ada alasan untuk berpikiran macam-macam.

Elis memang bukan orang yang pertama. Kronologis kematian orang-orang di lingkaran keluarga Bu Kirani menjadi catatan tersendiri. Dimulai dengan kematian suaminya, disusul oleh orangtuanya, lalu anak pertamanya. Di antara mereka bertiga masih disisipi orang lain. Dia masih bibi Elis sendiri yang menurut penuturan Elis sempat bekerja setahun di rumah Bu Kirani. Mungkin masih ada korban lainnya yang tidak diketahui Elis.

Kisah mencari pesugihan dengan mengorbankan keluarga terdekat bukan lagi berita aneh di negeri ini. Sudah banyak peristiwa beredar dari mulut ke mulut. Apakah itu pesugihan kera maupun babi ngepet. Yang jelas dalam setiap episode kisah mereka tidak sepi dari yang namanya tumbal. Orang yang dikorbankan sebagai barter untuk memperlancar bantuan jin kepada mereka, para pencari pesugihan.

Tidak peduli yang mau diambil itu masih sedarah atau orang lain. Bagi orang yang telah tertutup mata hatinya, yang penting tujuan mereka terpenuhi. “Cintamu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli,” begitulah Rasulullah menjelaskan kepada umatnya bahaya cinta yang tidak berlandaskan pada kemurnian tujuan. Hadits ini diriwayatkan Abu Dawud dari Abu Darda

Tuduhan Elis kepada Bu Kirani sebenarnya berlandaskan kepada bukti kuat yang tidak terbantahkan. Karena ia berasal dari pengakuan Alan yang masih adik kandung Bu Kirani. Dalam kacamata hukum Islam, pengakuan semacam ini menjadi bukti yang kuat. Karena Alan tidak akan asal bicara, la tentu mengetahui dengan baik rencana Bu Kirani yang ingin menyelamatkan anaknya yang terakhir dari keharusan menjadi tumbal. Setidaknya untuk saat itu. Perhatikanlah bagaimana Alan mengungkapkan kesaksiannya.”Lis, kamu mau dibikin tumbal?” katanya. Tidak cukup sekali Alan mengungkapkannya. la kembali mengulangi pengakuannya dengan tingkat yang lebih jelas, la bahkan menyebut aktor utama di balik semua itu. “Lis, kamu jangan sampai dzikir-dzikir. Pokoknya aku kasih tahu, yang membikin kamu begini itu adalah Bu Kirani.”

Bu Kirani hanyalah manusia biasa yang rakus pada dunia. la bukan seorang nabi. Tidak pula seorang rasul. Sehingga setiap perintahnya merupakan bagian dari wahyu. Kasusnya jelas berbeda dengan kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail.

Meski Nabi Ibrahim mendapatkan perintah tersebut melalui mimpi, tapi mimpi seorang nabi itu haq (benar) adanya. Perintah itu juga wajib dipatuhi. Seandainya saat itu Nabi Ismail tidak diganti Allah dengan kambing, dan darah pun mengucur dari lehernya karena ketajaman pedang Nabi Ibrahim, tetap saja hal itu tidak disebut sebagai tumbal Karena Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah.

Sebaliknya kepatuhan Nabi Ibrahim menjadi bukti ketinggian imannya. Menjadi bukti bahwa la memang layak menyandang gelar sebagai kholilulloh. Sebagai kekasih Allah.

Kisah Nabi Ibrahim tidak bisa dibandingkan dengan kisah Bu Kirani. Karena dia hanyalah manusia biasa. Perintahnya tidak wajib dipatuhi. Kehendaknya bukan jaminan atas kebenaran tingkah lakunya. Karena pintu kenabian sudah tertutup saat Rasulullah diangkat sebagai nabi dan rasul terakhir.

Praktis tidak ada orang lain, yang berhak mencabut nyawa orang lain tanpa alasan yang dibenarkan agama. Termasuk Bu Kirani. Persembahan Nabi Ibrahim yang berupa kambing sebagai ganti dari Nabi Ismail diterima Allah. Tercatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah.

Tapi persembahan Bu Kirani dengan mengorbankan orang-orang terdekatnya telah mengantarkannya ke gerbang neraka. karena ia telah berkorban kepada selain Allah. Tumbal itu sejatinya ditujukan kepada jin yang akan setia menggelontorkan kekayaan kepadanya -atas idzin Allah-.

Kembali menengok pada sejarah. Sesungguhnya kisah orang yang masuk neraka karena seekor lalat dan yang lainnya masuk surga karena lalat merupakan payung hukum yang jelas atas perjalanan hidup Bu Kirani bila ia tidak bertaubat sebelum meninggal. Simaklah hadits berikut ini.

Thariq bin Syihab meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Seorang laki-laki masuk neraka disebabkan seekor lalat. Sahabat bertanya, ‘Bagaimana itu terjadi ya Rasulullah?’ ‘Dua orang lelaki melewati suatu kaum yang memiliki sebuah patung. Tak seorangpun boleh melewati patung itu kecuali setelah mempersembahkan sesuatu kepadanya. Maka mereka (penduduk kaum itu) berkata kepada salah seorang dari keduanya, ‘Berkorbanlah!!’ ‘aku tidak memiliki apa-apa untuk dikorbankan’, jawab lelaki itu ‘Kurbankan walau seekor lalat’, tuntut mereka. Maka lelaki itu pun mengorbankan seekor lalat hingga penduduk kaum itu membiarkannya lewat. Lelaki itupun masuk neraka. mereka berkata kepada orang kedua, ‘Berkorbanlah!’ ‘Aku tidak akan mengorbankan apapun kepada selain Allah’ kata lelaki itu. Penduduk kampung itu kemudian membunuhnya dan ia pun masuk surga.” (HR. Imam Ahmad Bab Zuhud. Abu Naim al-Asfahani dalam Hilyatul auliya 1/203)

Hati-hatilah dengan tipuan dunia. Jangan letakkan di hatimu sehingga menguasai jiwamu. Dan kamu pun berubah menjadi musang berbulu domba..
Ghoib, Edisi No. 64 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN