Belajar Ilmu Kontak, Apa Hukumnya?

Saya mempelajari ilmu kontak, apakah baik atau tidak dan apa hukumnya?

(Surawan, Hotel Grand Hayyat Jakarta)

Bismillah wal Hamdulillah, sayang sekali Anda tidak menjelaskan tentang jenis dan macam ilmu kontak yang Anda pelajari. Menurut pengakuan beberapa orang yang datang ke Kantor Majalah Ghoib, yang bercerita tentang ilmu kontak yang pernah mereka pelajari. Mereka bercerita bahwa ilmu kontak itu banyak ragam dan jenisnya. Tapi tujuannya dan kekuatan yang dihasilkannya hampir sama. Yaitu untuk membentengi diri dan mengalahkan musuh bila mereka menyerang. Hanya dengan desahan nafas atau gerakan tangan, musuh akan jatuh tanpa disentuh. Mereka akan terpelanting tanpa dibanting. Mereka akan terjengkang tanpa ditendang. Di samping itu ilmu kontak bisa juga digunakan untuk mengobati suatu penyakit dengan ‘tenaga dalam atau bio energi’, dan ada juga ilmu kontak yang bisa membuat tubuh kebal senjata tajam. Dan masih banyak fungsi lainnya yang membuat orang kepincut dan tertarik untuk mempelajari dan menguasainya.

Kalau memang jenis ilmu seperti itu yang Anda maksud dengan ilmu kontak, maka hukum mempelajarinya tidak diperbolehkan. Karena dalam proses mempelajarinya ada banyak hal yang menyimpang dari syari’at. Seperti membaca wirid-wirid tertentu. Kalaupun bacaan wirid itu terdiri dari ayat al-Qur’an biasanya dicampur dengan bacaan atau mantra lainnya. Kalaupun bacaannya murni ayat al-Qur’an, biasanya cara pelaksanaannya menyimpang dari syari’at. Seperti, membaca ayat tersebut dengan jumlah dan bilangan tertentu, atau dibaca diwaktu-waktu tertentu dan dengan cara tersendiri. Ada juga yang didahului oleh puasa-puasa yang tidak disunnahkan Rasulullah, atau ritual menyimpang. Kalaupun unsur-unsur di atas tidak ada, berarti masih ada satu penyelewengan, yaitu salah niat dan menyalahgunakan ayat. Padahal niat yang benar dan cara yang sesuai syari’at adalah dua syarat mutlak diterimanya ibadah seorang mukmin. Kalau salah satu dari keduanya tidak ada, maka ibadah itu tertolak.

Dan satu hal lagi yang harus diwaspadai oleh orang yang mempelajari ilmu kontak, sebagaimana yang dituturkan oleh orang-orang yang sudah bertaubat. Yaitu, percaya dirinya over dosis yang bisa mengikis rasa tawakalnya kepada Allah. la lebih mengandalkan kekuatan magic yang ia miliki. Dan juga sifat sombong akan mendominasi para pemilik ilmu kontak, rata-rata mereka selalu penasaran ingin menjajal kemampuan atau mendemontrasikannya di depan khalayak. Bahkan tak jarang, mereka membuat gara-gara, atau memancing masalah. Perasaan seperti ini sulit diredam atau dikendalikan. “Mungkin itulah pengaruh negatifnya,” kata salah seorang mantan pendekar ilmu kontak.

Ada sebagian orang mempelajari ilmu tersebut dengan tujuan dakwah Islam. “Dalam menyebarkan Islam kan perlu kekuatan untuk menghadapi gesekan dari umat lain”, begitulah salah satu alasan yang sering dijadikan kambing hitam. Memang mulia kalau tujuannya seperti itu. Tapi tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara. Pada zaman Rasulullah, umat Islam sangat sedikit jumlahnya, mereka minoritas. Tapi dalam berdakwah, Rasulullah tidak pernah mengajarkan kepada para shahabatnya ilmu yang bisa mementalkan musuh tanpa disentuh, atau ilmu kebal senjata tajam. Mereka diajari strategi perang, bagaimana memanah dan bermain pedang atau menunggang kuda dan berduel mengalahkan musuh. Khalid bin Walid sendiri ketika meninggal, bagian depan tubuhnya terdapat lebih dari 80 goretan bekas tusukan dan goresan senjata tajam. Umar, Utsman dan Ali tiga khalifah Islam meninggalnya karena tikaman senjata tajam musuh. Dalam perang Yamamah, terdapat 70 sahabat yang hafal al-Qur’an yang syahid karena senjata musuh. Mereka tidak ada yang kebal senjata tajam.

Oleh sebab itu, marilah kita pelajari ilmu-ilmu yang bisa mengantarkan kita untuk mengenal syari’at Allah dan mengamalkannya. Bagaimana cara shalat yang benar, membaca dan memahami al-Qur’an serta mengamalkan isinya. Berdzikir dan berdo’a sesuai yang dicontohkan Rasulullah. Hanya dengan mengikuti petunjuk Allah dan sunnah Rasul-Nya, kita bisa bahagia dan selamat di dunia dan di akhirat. Kita tidak butuh kesaktian dan kekebalan yang beraroma klenik. Seandainya kita mati oleh senjata musuh saat meniti syari’at Allah dan memperjuangkannya, berarti kita mati syahid. Kematian seperti itulah yang kita cari, karena bisa mengantarkan kita ke surga. Cukuplah bagi kita petunjuk Allah dan Rasul-Nya. kita tidak butuh kedigjayaan dan kesaktian syetan dan antek-anteknya.

 

Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN