Bercermin kepada Figur Pejuang Melawan Syetan

Mayoritas kaum muslimin telah mengetahui bahwa syetan adalah musuh utama mereka. Tapi hanya sedikit dari mereka yang betul-betul menjadikan syetan sebagai musuh. Allah berpesan,  “Sesungguhnya syetan adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh(mu).” (QS. Fathir: 6).

Disadari atau tidak, di antara kita masih banyak yang menjadikan syetan itu sebagai teman, bahkan ada juga yang menjadikan syetan sebagai Tuhan. Memohon bantuan kepada syetan dikala menghadapi kesulitan dan permasalahan, dengan melakukan ritual sendiri atau meminta bantuan dukun yang diyakini.  Al-Qur’an telah mensinyalir keberadaan mereka, “Bahkan mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (QS. Saba’: 41).

lronis memang. Apa jadinya bila seseorang lebih percaya pada kekuatan musuhnya (syetan) daripada kekuatan Tuhannya (Allah). Tapi begitulah fakta di lapangan. Ritual pemujaan syetan dengan berbagai macam caradan beragam nama, masih dilakukan banyak penduduk negeri ini. Praktik perdukunan tumbuh subur di seantero negeri. Alasannya melestarikan budaya, memelihara warisan nenek moyang.

Simaklah sikap tegas sosok pejuang sejati saat melihat tradisi dan budaya kemusyrikan yang telah berakar di tengah masyarakat. la tidak kenal kompromi, walaupun salah satu pelopornya adalah ayahnya sendiri. Dialah bapak kita dan panutan kita lbrahim  ‘alaihissalam. “Dan (ingatlah) di waktu lbrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. al-An’am: 74).

Nabi lbrahim memberantas kesyirikan tidak sebatas katakata. Dia telah menghancurkan simbol-simbol kesyirikan. “Maka lbrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanpa.” (QS. al-Anbiya’: 58).

Apa yang dilakukan Nabi lbrahim itu memang beresiko tinggi. Beliau melawan arus kesesatan yang besar dan telah berakar dan menialar ke mana-mana. Tidak hanya sekelompok orang, tapi seluruh negeri termasuk para penguasanya. Tapi dia yakin seyakin-yakinnya, bahwa Allah tidak akan membiarkannya sendirian.

Terakhir kali Nabi lbrahim berkata kepada bapaknya, “Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syetan. Sesungguhnya syetan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah.” Lalu bapaknya berkata, “Bencikah kamu padada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.” (QS. Maryam: 44 – 45).

Beliau telah diusir ayahnya dan dikucilkan kaumnya, bahkan penguasa juga beruasaha untuk melenyapkannya, yaitu dengan membakarnya hidup-hidup. Seakan mereka ingin memasukkan Nabi lbrahim ke neraka yang mereka miliki. “Mereka berkata, ‘Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak.’ Kami (Allah) berfirman, ‘Hai api, menjadi dinginlah, dan menjadilah keselamatan bagi Ibrahim”. (QS. Al-Anbiya’: 68 – 69).

Yang dihadapi Nabi Ibrahim bukan hanya syetan-syetan yang berbentuk manusia, tapi juga syetan-syetan jin. Sebagaimana yang ditegaskan Allah, “Dan demikianlah, Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan jin …” (QS. al-An’am: 112).

Perhatikanlah kegigihan Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam melawan gangguan syetan dari jin yang berusaha keras untuk menghalanginya dalam  menjalankan ibadah. Termasuk saat beliau hendak menunaikan perintah Allah melalui mimpi untuk menyembelih lsma’il.

Ka’ab berkata, “Ketika nabi Ibrahim telah mimpi diperintahkan menyembelih lsma’il. Syetan berkata, ‘Demi Allah, kalau saat ini saya tidak membuat fitnah (menggoda) keluarga lbrahim, maka saya tidak akan bisa menggoda seorangpun dari mereka selamanya. Maka syetan menyerupakan diri menjadi seorang laki-laki yang bisa dikenal. la lalu beraksi. Ketika Ibrahim pergi bersama lsma’il untuk menyembliihnya, maka syetan pun mendatangi isteri lbrahim. Syetan berkata kepadanya, ‘Tahukah kamu ke mana Ibrahim pergi bersama lsma’il?’ Isterinya menjawab, ‘Dia pergi untuk keperluan tertentu.’

Syetan berkata, ‘Tidak, demi Allah, dia pergi bersama Isma’il bukan hanya untuk itu.’ Isterinya bertanya, ‘Lalu untuk apa dia pergi bersama Isma’il? Syetan menjawab, ‘Dia pergi untuk menyembelih Isma’il.’ lsterinya menjawab, ‘Hal itu tidak mungkin, dia tidak akan menyembelih anaknya sendiri.’ Syetan berkata, ‘Demi Allah, dia akan melakukan hal itu. Dia meyakini bahwa Allah telah memerintahkan hal itu’. Isterinya menimpali, ‘Jika memang ltu perintah Allah, maka merupakan kebaikan bila ia mentaatinya.’

Lalu syetan keluar meninggalkan lsteri lbrahim. Kemudian menghampiri lsma’il yang berjalan di dekat lbrahim. La berkata,’Tahukah kamu, untuk apa kamu dibawa ayahmu pergi?’ lsma’il menjawab, ‘Dia mengajakku untuk suatu keperluan’. Syetan menyangkal, ‘Tidak, tidak sekadar itu. Dia mengajakmu pergi untuk menyembelihmu.’ Lsma’il berkata, ‘Tidak, dia tidak akan menyembelihku’. Syetan berkata, ‘Dia akan menyembelihmu karena mengaku bahwa Allah telah memerintahkannya.’ Isma’il menjawab, ‘Kalau itu perintah Tuhan, maka seharusnya dia mentaatinya.’ Lalu syetan meninggalkannya dan bergegas menuju Nabi lbrahim, ‘Kemana kamu pergi dengan membawa anakmu?’ tanyanya. Ibrahim menjawab, ‘Aku pergi untuk suatu keperluan’. Syetan menyanggahnya, ‘Tidak, kamu pergi bersama untuk menyembelihnya. Karena kamu yakin bahwa Allah telah memerintahmu untuk melakukan itu.’ Lbrahim menegaskan, ‘Demi Allah, bila itu perintah Allah. Pasti aku akan melaksanakannya.” Maka syetanpun meninggalkannya dengan kegagalannya. (Tafsir at-Thabari: 33/82).

Dan dalam riwayat lain diceritakan, “Ketika nabi lbrahim telah sampai di manasik (tempat ibadah), syetan menampakkan diri kepadanya di Jamratul Aqabah. Maka nabi lbrahim melemparinya dengan tujuh kerikil sampai syetan itu lenyap di bumi. Lalu syetan menampakkan diri kembali di Jamratuts Tsaniyah, maka nabi lbrahim melemparinya lagidengan tujuh kerikil sampai syetan itu lenyap di bumi. Kemudian ia menampakkan diri lagi di Jamratuts Tsalitsah, maka nabi lbrahim melemparinya dengan tujuh kerikil sampai syetan itu lenyap di bumi. lbnu Abbas berkata, “Syetan itu kalian rajam (lempari) dan seharusnya agama bapak kalian (lbrahim) kalian ikuti.” (HR. al-Hakim, no. 1713 dan dishahihkannya).

Pertarungan antara yang haq dan yang bathil akan terus berkobar, tidak hanya pada era Nabi lbrahim atau zaman Nabi Muhammad. Sampai saat ini, masih banyak praktik perdukunan dan ritual masyarakat yang menyimpang yang berbasis pada kekuatan syetan. Tidak hanya di Pulau Jawa, tapi masih merata keberadaannya di seantero nusantara. Dan naifnya, mereka masih saudara-saudari kita sendiri.

Sudahkah kita ikut berperan meneruskan dakwah Nabi lbrahim dan Nabi Muhammad? Sekaranglah saatnya kita mainkan peran sesuai dengan kemampuan. Tentunya dengan cara yang bijak tapi tegas. Termasuk dengan menyebarkannya media kita ini ke masyarakat yang lebih banyak dan lebih luas. Allahu Akbar…!!

 

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah

Sumber : Majalah Ghoib Edisi 74/4

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN