Diantara manusia yang memiliki ilmu hikmah adalah Luqman al-Hakim dan Ibnu Abbas radhiy allohu’ anhuma. Sungguh, gaya hidup mereka dan kondisi fisik mereka sangat jauh dari gambaran sosok yang sakti mandraguna atau mengoleksi banyak jimat. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang sangat taat kepada-Nya. Patuh melaksanakan syari’at-Nya dan teguh dalam menjauhi larangan-Nya.
- Luqman al-Hakim
Nama lengkapnya Luqman bin ‘Anqo’ bin Sadun, anaknya bernama Tsaron, Ia seorang hamba yang shalih, bukan seorang nabi. Karena keshalihannya dan untaian nasihatnya bagaikan mutiara, namanya diabadikan dalam al-Qur’an, yaitu dalam surat Luqman, surat ke-31. Ia telah mendapatkan ilmu hikmah sehingga dijuluki al-Hakim (ahli hikmah). Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan al-Hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguh-nya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman: l2).
Perhatikanlah untaian nasehat Luqman kepada anaknya, sosok yang telah mendapatkan ilmu hikmah. “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13). “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatang-kannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman: 16)
“Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah seuaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 17-19)
Sungguh, merupakan nasehat yang sarat nilai tauhid dan ajakan kuat untuk mengikuti syari’at. Tidak pamer kekuatan atau kesaktian, apalagi menjual dan menawarkannya ke orang lain. Untaian nasehatnya mengandung hikmah yang mendalam, sebagai pertanda akan kedalaman iman dan kebersihan jiwa orang yang mengucapkannya. Itulah yang layak disebut sebagai ajaran hikmah tingkat tinggi.
- Ibnu Abbas
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin ‘Abbas bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf al-Qurosyi al-Hasyimi, anak paman Rasulullah SAW. Lahir 3 tahun sebelum hijrah Rasul, dan wafat tahun 68 H di Thaif. Semasa hidupnya Rasulullah SAW. mendoakannya dua kali dengan do’a khusus. “Ya Allah, ajarilah ia ilmu hikmah.” (HR. Bukhori, 3473). Do’a lainnya, “Ya Allah, pahamkanlah ia dalam masalah agama dengan pemahaman mendalam, dan ajarilah ia takwil (tafsir).” (HR. Bukhari).
Berkat do’a Rasulullah SAW. itu, ia menjadi Pemuka ulama’ dari kalangan shahabat, dan bergelar, “Tarjumanul Qur’ an” (penerjemah al-Qur’an) dan, “Raisul Mufassirin” (bapak para ahli tafsir). Tidak hanya pakar dalam ilmu al-Qur’an dan tafsirnya, dia juga pakar dalam ilmu Fiqih, Sejarah, Bahasa dan Sastra, serta ilmu Waris (Faroidh).
Masyarakat muslim saat itu menjadikan rumah lbnu ‘Abbas sebagai madrasah dan sentral ilmu. Mereka berjubel di depan pintu lbnu ‘Abbas untuk menimba ilmu. Sekelompok orang masuk rumahnya untuk bertanya seputar al-Qur’an dan tafsirnya. Setelah mereka selesai, masuklah kelompok lain yang sudah ngantri untuk bertanya tentang halal dan haram (hukum fiqih). Setelah mereka selesai, masuklah kelompok lain yang sudah gantri untuk bertanya tentang hukum waris (faroidh). Setelah mereka undur diri, masuklah kelompok lain yang telah lama menunggu untuk bertanya tentang ilmu sastra Arab dan syair-syairnya. Dan semua kelompok itu merasa puas setelah belajar kepada si lautan ilmu, lbnu Abbas radhiyalloohu’ anhu.
Shahabat Sa’ad bin Abi Waqqos pernah berkata, “Saya belum pernah melihat seseorang yang sangat cepat pemahamannya, jenius otaknya, santun akhlaknya, melimpah ilmunya melebihi lbnu Abbas.” Shahabat Ubaidillah bin ‘Utbah berkata, “Saya belum pernah melihat orang yang paling paham akan hadits Rasulullah, paling tahu akan ilmu mahkamah yang dimiliki Abu Bakar, Umar dan Utsman melebihi lbnu Abbas. Tidaklah orang alim yang duduk di depannya, kecuali sembari menundukkan kepalanya. Tidaklah ada orang yang bertanya kepadanya, kecuali ia akan mendapatkan jawabannya darinya.”
lbnu ‘Abbas pernah ditanya, dari mana ia mendapatkan ilmu yang melimpah ruah itu? Dengan singkat ia menjawab, “Aku dapatkan iimu dengan modal lisan yang banyak bertanya dan hati yang siaga dan mencerna.” lbnu ‘Abbas mendapatkan banyak ilmu bukan hanya mengandalkan banyak puasa dan merapal ratusan ribu wirid, atau melalui tranferan ghaib. Tapi ia banyak membaca, beiajar dan belajar. Bertanya ke sana ke mari, berguru kepada Rasululiah SAW. dan para shahabatnya.
Simaklah kobaran semangat juangnya dalam mencari ilmu. Suaru saat ia menuturkan, “Ketika Rasuiullah SAW. telah wafat, aku ajak para pemuda Anshar untuk banyak belajar dari para senior shahabat Rasul. Demi Allah, jika saya mendengar ada shahabat Rasul yang lebih tahu dariku akan suatu ilmu, aku akan mendatangi rumahnya di siang hari. Kalau dia masih tidur, aku akan menggelar surbanku di depan pintunya sampai dia
terbangun, aku tak peduli angin dan debu yang menerpaku. Sampai ada diantara mereka yang kaget saat melihatku tertidur di depan pintunya. Dia berkata, “Wahai anak paman Rasulullah, apa yang membuatmu datang kemari? Kenapa tidak mengutus orang untuk menjemputku, agar aku yang datang ke rumahmu?’ Aku
menjawab, ‘Tidak, aku tidak akan melakukan hal itu, Anda lebih berhak untuk kudatangi.’ Lalu akupun bertanya kepadanya tentang satu, dua hadits kepadanya dan menimba ilmu darinya. ” (Kitab Rijalul Haular
Rasul: 570-576).
Luqman al-Hakim dan Ibnu ‘Abbas, dua orang yang beda generasi. Luqman hidup sezaman dengan Nabi Daud As, sedangkan lbnu Abbas sezaman dengan Nabi Muhammad SAW. Kedua sosok itu telah dikarunia ilmu hikmah oleh Allah SWT. Keduanya jadi pelopor dalam menyebarkan syari’at lslam, pejuang tauhid. Ajaran dan nasihat keduanya dari dahulu sampai sekarang, masih sering kita dengarkan. Keduanya pantas untuk menjadi teladan bagi siapa saja yang ingin memiliki ilmu hikmah sejati.
ghoib ruqyah syar’iyyah