Renungan panjang Ibnu Qayyim tentang kisah umat-umat terdahulu merupakan renungan juga buat kita. Di hadapan kita, gempa dan Tsunami telah membuat sejarah kematian dan keruntuhan Aceh.
Tsunami memang kejadian alam yang telah dikaji secara ilmiah oleh pakarnya. Tetapi sesungguhnya alam ini sangatlah damai dengan Islam. Karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Bukan saja rahmat untuk manusia dan jin, tetapi juga rahmat bagi alam semesta. Allah menyebut Dirinya dengan ‘Rabbul ‘Alamin’ (Tuhan sekalian alam). Di genggaman-Nya lah alam semesta ini. Dan Islam adalah agama yang diridhai Allah sebagai agama para pemangku amanah alam ini.
Untuk itulah, kerusakan alam semesta ini selalu saja berawal dari ulah tangan manusia. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. ar-Rum: 41)
Berikut adalah kajian dalil dan ungkapan para ulama salafus shalih dulu terhadap penyebab dari sisi lain akan kejadian gempa dan kematian dahsyat yang terjadi di Aceh dan tempat lainnya.
1. Kemaksiatan Merajalela
Dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik, suatu hari dia dan seorang temannya datang ke Aisyah. Dan orang yang bersama Anas itu bertanya, “Wahai ummul mukminin, ceritakan kepada kami tentang gempa.” Aisyah menjawab, “Jika mereka telah melegalkan zina, jika mereka telah mengkonsumsi minuman keras dan jika mereka telah gila dengan musik. Ini yang membuat Allah murka di langit Nya sana, maka Allah berfirman kepada bumi: gempalah. Jika mereka taubat Allah mencabut perintahnya dan jika tidak maka Allah menghancurkan mereka.”
Orang itu bertanya, “Wahai ummul mukminin, apakah ini adzab?”
“Itu adalah nasehat dan rahmat bagi orang beriman dan adzab serta murka bagi orang- orang kafir,” jawab Aisyah.
Anas berkata, “Belum pernah aku mendengarkan perkataan setelah hadits nabi yang lebih aku senangi dari perkataan ini.”
Dari pernyataan istri Rasulullah tersebut jelaslah bahwa gempa yang mengawali Tsunami bukan sekedar gempa karena pergeseran dan tubrukan lempeng bumi. Tetapi ada sisi spiritual yang perlu diperhatikan. Tiga maksiat yang disoroti secara lebih khusus: Zina, Narkoba dan Musik.
Ketiga hal tersebut, jika telah merajalela atau bahkan membudaya maka adzab Allah telah menunggu untuk menghancurkan bukan saja para pelakunya tetapi juga orang mukmin yang lain. Hanya saja bagi orang beriman yang ikut meninggal akan menjadi rahmat bagi mereka.
Dalam riwayat Imam Ahmad dari Ummu Salamah berkata telah bersabda Rasulullah, “Jika telah nampak kemaksiatan pada umatku, Allah akan meratakan adzab dari sisi-Nya.” Aku berkata, “Ya Rasulullah, tidakkah ada orang-orang shalih di antara mereka?” Rasul berkata, “Ada.” Aku bertanya, “Jadi bagaimana adzab ini terjadi juga pada mereka?” Rasul menjawab, “Mereka juga akan mengalami nasib yang sama seperti manusia yang lainnya. Tetapi kemudian mereka akan mendapatkan ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya.”
Di zaman Nabi pernah juga terjadi gempa, maka nabi meletakkan tangannya di bumi dan berkata, “Diamlah, belum saatnya engkau datang.”
Kemudian gempa pernah pula terjadi pada zaman Umar bin Khattab. Umar pun berkata, “Wahai manusia sesungguhnya gempa ini tidak akan terjadi kecuali karena sesuatu kesalahan yang telah kalian lakukan. Dan demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya jika gempa susulan terjadi aku tidak akan tinggal lagi bersama kalian untuk selama-lamanya.”

Jadi jelaslah, bahwa peran zina, narkoba, musik bukan saja telah membuat generasi ini mandul dan mati. Tetapi alam pun menjadi tidak lagi. Renungan panjang seorang kakek pasca musibah bersahabat dan benar-benar menebarkan kematian yang mengerikan.
- Penguasa Dzalim
Imam Mujahid murid rujukan ulama tafsir Ibnu Abbas menjelaskan surat ar-Rum: 41 tersebut di atas, “Jika seorang penguasa dzalim berkuasa dia akan berbuat kedzaliman dan kerusakan. Maka Allah akan mengurung negeri tersebut. Maka hancurlah tanah dan keturunan dan Allah tidak menyukai kerusakan.”
Penguasa yang semena- mena memperlakukan rakyatnya, hidup mewah di atas keringat dan air mata mereka adalah sumber kerusakan di muka bumi. Korbannya biasanya adalah masyarakat umum. Merekalah yang merasakan ketidaknyamanan negeri dan kerusakan serta bencana.
Alam menjadi sangat murka ketika bumi yang seharusnya dimakmurkan oleh orang-orang yang takut Allah, justru dipegang oleh orang-orang dzalim. Imam Ahmad telah menyebutkan dalam musnadnya, “Dijumpai dalam laci-laci Bani Umayyah sebuah biji gandum sebesar biji kurma yang diletakkan di dalam sebuah kantong kain yang bertuliskan: biji ini pernah tumbuh di zaman yang adil.”
Sungguh suatu peritiwa yang luar biasa menggugah hati. Ketika bumi sudah enggan memberikan kebaikannya kepada manusia. Sampai tumbuhan merasakan dampaknya karena ulah penguasa dzalim.



- Negeri Dikuasai oleh Orang-Orang Munafik
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar bin Khattab, “Suatu negeri akan hancur lebur padahal tadinya sangat ramai.” Ditanyakan kepadanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Umar menjawab, “Jika para pelaku dosa telah menguasai orang- orang baik dan di negeri itu yang berkuasa adalah orang-orang munafik.”
Kebaikan justru dikuasai oleh para pelaku dosa. Mereka yang diterima suaranya. Mereka yang selalu memenangkan setiap pertarungan. Mereka yang menyuarakan keadilan semu. Dan kemunculan orang munafik menguasai negeri. Ucapan dan janji sudah tidak lagi sesuai dengan kenyataan. Manis di bibir, buas di hati.
Dan memang biasanya kedua makhluk jahat tersebut akan selalu bersama dan membantu masing-masing bisa eksis. Pelaku dosa berlindung di balik kekuasan para munafik dan para munafik yang berkuasa mendapatkan dukungan termasuk dukungan materiil dari para pelaku dosa yang telah menguasai semuanya.
Jika sebuah negeri telah seperti itu keadaannya, maka negeri tersebut harus siap-siap luluh lantak, hancur lebur.
4. Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Dalam al-Qur’an, kita telah diperingatkan Allah agar berhati-hati “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang orang yang dzalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS al-Anfal: 25).
Ayat inilah yang sangat ditakutkan oleh shahabat Zubair bin Awwam.
Menafsirkan ayat ini, Ibnu Abbas berkata, “Allah memerintahkan orang-orang beriman agar tidak mengukuhkan kemungkaran yang terjadi di antara mereka. Maka Allah meratakan adzab.”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata, “Ini adalah penafsiran yang sangat bagus.”
Ketika kesalahan dibiarkan terjadi dan malah dianggap suatu yang lumrah terjadi, kemudian orang-orang berwenang tidak lagi memiliki taji untuk melarang atau sekadar menasehati, maka saatnya adzab Allah turun menimpa semuanya. Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian harus amar ma’ruf nahi mungkar atau Allah akan menimpakan hukumannya kepada kalian dari sisi-Nya. Kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR. Ahmad).
Masalahnya hari ini, masyarakat muslim terkadang menganggap dosa besar sebagai hal yang sepele. Bahkan menjadi lambang modernisasi. Inilah yang disaksikan oleh shahabat Hudzaifah ketika duduk bersama beberapa tabi’in. Dia berkata, “Seseorang di zaman Nabi mengucapkan satu kata yang langsung dihukumi sebagai munafik karenanya. Dan aku telah mendengarnya dalam satu majlis ini saja telah diucapkan sebanyak empat kali oleh salah seorang di antara kalian. Kalian harus amar ma’ruf nahi mungkar dan kembali merengkuh kebaikan atau Allah menghukum kalian semua dengan adzab atau kalian akan dipimpin oleh pemimpin yang jahat. Kemudian orang-orang baik di antara kalian berdoa dan tidak dikabulkan.” (HR. Ahmad).
Maka, duka Aceh adalah momen untuk semua rakyat muslim Indonesia. Saatnya Indonesia bertaubat.
Ghoib, Edisi No. 32 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M