Cambuk. Bukanlah benda yang asing dalam kehidupan seorang penggembala kambing, sapi atau hewan gembala’an lainnya. Cambuk menjadi senjata andalan yang selalu lekat dalam genggamannya. Dengan segera, cambuk yang lentur itu akan bergerak menyambar-nyambar bila ada satu atau dua gembala’annya mulai keluar dari jalur atau makan tanaman tetangga.
Itulah cambuk dunia yang selalu menakutkan hewan. Meski cambuk itu belum menyentuh bagian tubuhnya. Hanya bunyi lecutan yang menggema. Namun, gema lecutan itu sudah cukup membuat nyali hewan-hewan itu mengkerut.
Cambuk. Juga menjadi bagian dari siksa yang mendera tubuh penghuni neraka. Ya, demikianlah Allah menggambarkannya dalam Al-Qur’an. “Dan untuk mereka cambuk- cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21)
Cambuk neraka, bukanlah seperti cambuk yang kita saksikan dalam keseharian kita. Cambuk yang terbuat dari rotan dengan ujungnya yang lentur karena terbuat dan lintingan tali rapia atau yang sejenisnya. Cambuk neraka itu terbuat dari besi. Sungguh mengerikan
Sedemikian dahsyatnya kekuatan dan daya hancur itu, sehingga tidak ada kekuatan yang mampu menahannya. Jangankan tubuh manusia yang tersusun dari daging dan tulang belulang, gunung yang demikian kokoh juga tidak mampu menahannya. Gunung yang terdiri dari batu-batu cadas itu hancur lebur bila dihantam dengan cambuk neraka. Demikianlah Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Said al-Khudhri bahwa Rasulullah bersabda, “Seandainya sebuah gunung dipukul dengan cambuk dari besi, niscaya gunung itu akan hancur lebur. Kemudian gunung itu akan kembali (berubah)seperti semula.” (HR. Ahmad)
Bukan main dahsyatnya cambuk itu. Padahal neraka bukan lagi guning yang akan dihantamnya, tapi tubuh penghuni neraka. Bisa jadi saat itu tubuh yang terhantam itu sudah tidak berdanging dan hanya tinggal tulang belulang. Lalu dengan dahsyatnya cambuk itu menghantam hingga hancur lebur, kemudian tulang yang hancur itu kembali utuh, terbalut daging kembali dan selanjutnya mengalami siksa demi siksa: “Dan untuk mereka cambuk- cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan), “Rasakanlah siksa yang membakar ini.” (QS. Al-Hajj: 21-22)
Apakah penghuni neraka itu memang benar- benar ingin keluar dari neraka? Apakah memang ada kesempatan untuk itu? pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak kita. Tapi setidaknya pendapat Fudhail bin lyadh saat menafsirkan firman Allah di atas bisa dijadikan sebagai jawaban atas pertanyaan ini. “Demi Allah. Penghuni neraka itu tidak berangan-angan untuk keluar dari neraka. Karena kaki dan tangan mereka terikat. Akan tetapi pijaran-pijaran api neraka itu yang melambungkan penghuninya ke atas sebelum dilecut kembali dengan cambuk” (Ibnu Katsir 3/ 225)
Meski jawaban ini berasal dari Fudhail bin lyadh, tapi dalam masalah keghoiban semacam ini, tentunya Fudhail tidak hanya berdasar pada pendapatnya secara pribadi, tapi berdasar pada berita yang didapat dari Rasulullah.
Cambuk, memang menakutkan siapa saja, Cambuk dunia atau cambuk neraka keduanya sama mengerikannya. Namun, sayang tidak semua orang mau berlari dari cambuk yang telah menanti. Mumpung kesempatan itu masih terbuka, marilah berlari dan meghindar dari cambuk neraka. Tentunya hanya dengan satu jalan. Tunduk dan patuh pada perintah Ilahi.
Ghoib, Edisi No. 16 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M