Anjing

Adakah orang yang mau menikah dengan  anjing? Jangan terburu nafsu menyangkal pertanyaan yang terkesan aneh ini. Aneh, memang aneh, tapi demikianlah kenyataannya.

Penduduk Kuluptang di Jharkhand, India menyelenggarakan upacara “Kukur Vivaha” atau “perkawinan anjing” dengan anak-anak setempat sebagai persembahan untuk mengusir dewa-dewa jahat.

Upacara Kukur Vivaha diselenggarakan oleh orang tua yang mempunyai anak dengan pertumbuhan gigi pertama di rahang atas. Karena pertumbuhan semacam ini dianggap membawa sial.

Dalam kasus seperti ini, perkawinan anjing dengan anak-anak tersebut dianggap sebagai salah satu cara untuk membatalkan kutukan dewa dewa jahat. Ada-ada saja.

Memang, anjing berbeda dengan hewan lain. la memiliki banyak sisi negatif yang harus diwaspadai. Anjing tidak hanya haram dimakan, air liurnya najis, tapi salah satu jenisnya juga dianggap sebagai binatang syetan. Namun di balik itu semua, anjing memiliki mata batin yang tajam. la dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh manusia.

Seperti halnya dengan keledai, anjing memiliki kemampuan melihat syetan. Seperti halnya manusia yang terpekik dan terkejut bila melihat penampakan jin, maka anjing juga memiliki perasaan yang sama. Anjing akan menjerit tapi dengan bahasa yang berbeda. la akan menggonggong dan menyalak dengan keras.

Jangan takut dan kemudian lari tunggang langgang, karena tidak akan menyelesaikan masalah. Atau bahkan syetan itu memiliki kesempatan untuk mengganggu kita. Karena syetan akan mudah merasuk dan menguasai seseorang ketika orang tersebut dalam ketakutan.

“Bila kalian mendengar gonggongan anjing atau ringkikan keledai maka berlindunglah kepada Allah karena sesungguhnya binatang-binatang itu melihat apa yang tidak kalian lihat …” (HR. Ahmad).

Yang tidak kita lihat di sini adalah Iblis dan balatentaranya yang menjadi musuh manusia sepanjang masa, sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (al-A’raf: 27).

Hal ini semakin dipertegas dalam Rasulullah dalam hadits, “Barangsiapa mendengar gonggongan anjing atau ringkikan keledai maka berlindunglah kalian kepada Allah dari syetan karena binatang-binatang itu melihat apa yang tidak kamu lihat.”

Karena itu, jangan biarkan diri menjadi sasaran empuk syetan, persenjatai diri dengan dzikir-dzikir yang bersumber dari Rasulullah untuk membentengi diri dari serbuan syetan. Di antaranya adalah dengan membaca ta’awudz.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Keledai

Keledai termasuk hewan yang hidup di daerah gurun, seperti halnya unta. la banyak ditemukan di dataran Timur Tengah. Meski dengan tanggapan yang berbeda. Bila unta menjadi hewan impian dan dambaan setiap orang, maka perasan semacam ini tidak akan terjadi pada keledai.

Dia bukanlah hewan kesayangan, bahkan nasibnya sangat jauh mengerikan. Keledai menjadi binatang yang paling dibenci. Di dalam Al-Qur’an sendiri disebutkan bahwa ringkikan keledai menjadi juara dalam perebutan tropi suara terburuk di dunia. “Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai…” (QS Luqman: 19).

Lalu, seperti apakah ringkikan keledai itu sehingga dianggap sebagai suara terburuk? Suara keledai keluar dari hidung dan tersendat-sendat seperti orang menangis tersedu-sedu, tapi dengan interfal yang panjang diringi dengan pekikan suara yang memekakkan gendang telinga. Sangat menjijikkan. Orang yang baru mendengar ringkikan keledai, akan terbayang firman Allah di atas.

Lebih jauh lagi disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim bahwa suara keledai merupakan pertanda datangnya syetan. Karenanya kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari godaan syetan.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar kokok ayam, maka mintalah keutamaan kepada Allah, karena ayam itu melihat malaikat. Dan bila kalian mendengar ringkik keledai, maka segeralah berlindung kepada Allah dari gangguan syetan karena keledai itu melihat syetan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat Nafi’ disebutkan bahwa keledai tidak akan meringkik bila tidak melihat syetan, atau syetan menyerupai sesuatu benda yang terlihat dengan mata telanjang. Bila demikian halnya maka sebutlah nama Allah dan bacalah shalawat. lyadh mengatakan bahwa perintah untuk membaca taawudz dilandasi oleh kekhawatiran timbulnya gangguan dan bisikan- bisikan syetan. (Tuhfatul Ahwadzi 9/300).

Secara lebih jauh Sofyan ats-Tsauri mengatakan bahwa bila ada hewan yang berbicara dengan bahasa masing-masing, maka suara itu merupakan bentuk tasbih (pujian) hewan tersebut kepada Allah. Namun hal ini tidak terjadi pada keledai. Ringkikannya bukanlah tasbih. (Tafsir Qurtubi 14/72)

Tidaklah mengherankan bila di antara shahabat ada yang tidak mau menunggang keledai. Bukan saja karena suaranya yang menjijikkan, tapi secara lebih jauh dikatakan bahwa ringkikan keledai merupakan pertanda kehadiran orang-orang jahat dan orang yang suka berbuat maksiat. Karena itu berlindung kepada Allah dari keburukan mereka adalah menjadi solusi terbaik. Dengan membaca audzu billahi minasy syaithonirrojim atau lafadz ta’awudz lainnya.
GHoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Ayam

Tema ini tidak ada hubungannya dengan tahun  2005 yang diyakini sebagai tahun ayam kayu. Dengan berbagai analisa dan persepsi yang mereka lakukan. Tulisan ini hanya mengungkapkan pandangan Islam tentang ayam yang pada kenyataannya banyak ditafsirkan negatif. Yang katanya ini dan itu, namun kesemuanya itu tidak berdasarkan kepada dalil yang terjamin kebenarannya.

Padahal dalam pandangan Islam, ayam termasuk binatang yang dimuliakan. Bukan saja lantaran ayam memberikan manfaat yang tidak terhingga dalam menyediakan vitamin dan kalori yang dibutuhkan tubuh, tapi dalam pandangan Islam manfaat ayam jauh melebihi manfaat yang nampak pada lahiriahnya.

la adalah binatang yang mulla, sehingga Rasulullah secara tegas melarang sahabat untuk menghela ayam dan mengusirnya dengan kasar. “Janganlah kalian menghardik ayam karena ayam membangunkan kalian untuk melakukan shalat.” (HR. Abu Dawud).

Ayam berkokok di tengah malam sebenarnya ingin membangunkan kaum muslimin agar segera terbangun dari tidur panjangnya. Kini, telah tiba waktu untuk shalat dan jangan enak-enakkan tidur. Bangun. Segeralah bangun. Aisyah, salah seorang istri Rasulullah mengatakan bahwa kokok ayam menjelang shubuh merupakan pertanda bagi Rasulullah untuk segera melaksanakan shalat witir.

Janganlah menyia-nyiakan kesempatan baik ini, kokok ayam di tengah malam atau di siang hari pada hakekatnya sama. Kesemuanya merupakan pertanda datangnya rahmat. Karena pada saat itu sang ayam yang berkokok melihat datangnya malaikat yang turun ke bumi.

“Jika kalian mendengar kokok ayam, maka mintalah keutamaan kepada Allah, karena ayam itu melihat malaikat.” (HR. Muslim). Perintah ini tidak main-main. Karena Rasulullah sendiri senantiasa mengingatkan sahabatnya yang berada di sekelilingnya agar segera berdzikir dan mengingat Allah. Rasulullah tidak ingin membiarkan kesempatan yang berharga ini lalu begitu saja, tanpa ada manfaat yang bisa direngkuh seorang muslim untuk masa depannya yang telah pasti.

Lalu mengapa harus menunggu kokok ayam bila mau berdoa atau beristighfar? Bukankah pada dasarnya Allah mendengar permintaan hamba- Nya setiap saat? Memang benar bahwa Allah Maha Mendengar permintaan hamba-Nya setiap saat. Namun, ada detik-detik tertentu, ada saat-saat tertentu doa atau permintaan seorang hamba akan lebih mudah untuk dikabulkan.

Di antaranya adalah ketika terdengar kokok ayam. Hal ini tak lain merupakan bentuk pengharapan seseorang semoga malaikat yang pada saat itu turun ke bumi mengaminkan doanya. Begitulah Qadhi memahami konteks beberapa hadits yang berkaitan dengan kokok ayam. (Syarh nawawi 17/47)

Siapakah orangnya yang tidak ingin doanya diaminkan oleh malaikat? Kalau toh ada berarti dia adalah orang yang merugi. Ya, orang-orang yang menghardik ayam dan menganggapnya sebagai pembawa sial. Padahal dalam pandangan Islam ayam adalah binatang mulia. Karenanya, jangan hiraukan celotehan para peramal tentang tahun ayam. Karena tahun lalu, sekarang, atau tahun depan pada hakekatnya sama.

Kerugian hanya menjadi hak orang-orang yang tidak mau memanfaatkan waktu yang tersedia untuk menumpuk pundi-pundi amal kebaikannya.
Ghoib, Edisi No. 35 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M
HUBUNGI ADMIN