Dari Pecinta Hiburan dan Wanita Menjadi Pahlawan Sejati

Pemuda gagah ini tumbuh di tengah keluarga yang terpandang. Hidupnya dipenuhi gelimang harta. Hampir segala sesuatu yang diinginkannya dapat terpenuhi. Wajahnya tampan tubuhnya bersih di samping mempunyai pikiran yang cerdas dan dinamis. Dialah Nuaim bin Mas’ud sosok pemuda kaya, gagah, dan digandrungi banyak wanita.

Namun di sisi lain, Nuaim juga senang hiburan dan berfoya-foya. Waktu dan hartanya banyak dihabiskan untuk bersenang-senang, mendengarkan musik dan nyanyian. Walau dia termasuk penduduk Najed tetapi kelihaiannya dalam mencari tempat-tempat hiburan di Yatsrib melebihi kemampuan kaum Yahudi Yatsrib sendiri. Jika dia rindu alunan suara biduan menyanyi dan alunan musik gambus dia tidak segan-segan melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan banyak biaya. Yang penting baginya keinginannya bisa terwujud.

Ketika cahaya keislaman mulai memancar dari kota Makkah dan berusaha membawa peradaban baru Nuaim justru sedang bergelimang dengan pelampiasan hawa nafsu. Kedekatannya dengan para pembesar Yahudi dan musyrikin membuatnya enggan menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad. Sampai suatu saat yahudi dan kaum musyrikin berniat menghancurkan Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya yang kala itu berada di Madinah. Nu’aim pun menyatakan diri bergabung dengan pasukan yang hendak menyerang kaum muslimin.

Perang yang akan terjadi pada saat itu dalam sejarah dikenal dengan nama Perang Ahzab (sekutu) karena yang akan menyerang kaum muslimin adalah gabungan dari kelompok Yahudi Bani Nadhir di Yatsrib yang merayu kaum Ghathafan di Nejed dan membujuk Bani Quraizhah yang berdiam di Madinah.

Awalnya Bani Quraizhah menolak ikut bergabung dengan alasan mereka terikat janji dengan kaum muslimin untuk hidup damai dan tidak saling memerangi yang masih selalu terjaga. Bani Quraizhah juga khawatir apabila ternyata pasukan Muhammad yang menang maka mereka akan menghabisi bani Quiraizhah yang dianggap melanggar perjanjian. Namun para pemimpin Bani Nadhir meyakinkan Bani Quraizhah bahwa kali ini Muhammad pasti kalah. Akhirnya Bani Quarzhah terpengaruh dan menyatakan ikut bergabung.

Sementara itu di pihak kaum muslimin berita tentang bergabungnya beberapa kaum untuk menyerang mereka cukup mengejutkan mereka Nabi Muhammad saw mengumpulkan pasukannya untuk berunding tentang strategi yang akan diterapkan. Salman Al-Farisi seorang sahabat mengusulkan pembuatan Khandaq (parit) di sekeliling kota Madinah sebagai basis pertahanan. Usul ini pun disepakati sehingga perang ini dikenal juga dengan nama perang Khandaq. Di samping itu Rasulullah sangat khusyuk dalam doanya memohon kepada Allah agar menurunkan pertolongannya.

 

Nuaim Seorang Diri, Penentu Kemenangan

Malam itu Nuaim bin Mas’ud merasa gelisah. la berjalan mondar-mandir di biliknya. la sedang memikirkan peperangan yang akan berkecamuk tidak lama lagi. Hati kecilnya senantiasa mengusik ketenangannya. Apa tujuan peperangan ini? Kenapa orang yang membawa cahaya kebenaran dan memperjuangkan keadilan malah ingin dihancurkan? Dengan cara inilah Allah menurunkan hidayah-Nya.

Dalam kegelapan malam Nuaim mengendap endap meninggalkan kemahnya menemu Rasulullah. Ketika bertemu dengan beliau, Nuaim menyatakan keinginannya untuk memeluk agama Islam. Rasulullah pun menerimanya dengan lapang dada. Selanjutnya Nuaim meminta tugas yang bisa dilakukannya untuk membantu umat Islam. Rasulullah meminta Nuaim kembali ke kaumnya dan berusaha menakut-nakuti mereka supaya mereka lemah. Rasulullah bersabda, “Perang itu adalah tipu daya.” Dengan sigap Nuaim menyanggupi tugas tersebut.

Sekembalinya Nuaim pada kaumnya, ia mulai memutar otak untuk menjalankan aksinya. Pertama ia mendatangi pemimpin Bani Quraizhah dan memberitahu bahwa sesungguhnya kaum Quraisy dan dan Ghathafan mempunyai niat mengambil harta rampasan perang lebih banyak jika menang dan membawanya ke negeri mereka, sedangkan jika kalah mereka akan meninggalkan Madinah tanpa ada beban apa-apa, sementara kalian akan menjadi bahan penindasan pasukan Muslimin yang tidak mungkin bisa hidup lagi di negeri ini. Makanya Bani Quraizhah sebaiknya mengambil jaminan beberapa pembesar dari Quraisy dan Ghathafan agar mereka tidak mempermainkan kalian.

Kata-kata Nuaim ternyata masuk dalam akal Bani Quraizhah dan berusaha menuruti pendapat Nuaim. Sementara itu Nuaim mendatangi bangsa Quraisy dan Ghathafan dan mengatakan bahwa Bani Quraizhah telah berkhianat bahkan berniat menawan pembesar-pembesar mereka, Kaum Quraisy dan Ghathafan marah besar mendengar berita itu. Akhirnya sesama pasukan sekutu sudah tidak saling percaya dan akhirnya lemah meski mereka dalam jumlah besar.

Selain itu Allah juga menurunkan pertolongannya dengan mengirim taufan yang mengerikan yang memporak-porandakan kemah- kemah mereka dan menerpa muka-muka musuh- musuh Islam hingga akhirnya kemenangan ada di tangan kaum muslimin. Inilah salah satu kontribusi Nuaim terhadap kemenangan Islam. Ternyata orang yang awalnya sangat benci terhadap Islam bisa berbalik memperjuangkan Islam dengan gigih.. Itu semua karena adanya hidayah dari Allah Yang Maha Memberi Petunjuk.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN