Bapak Mansur seorang relawan PKS mendapatkan dua kisah ini dari cerita seorang penduduk asli di Meulaboh bernama Masrizal, yang rumahnya juga hancur porak poranda di terjang tsunami.
Imam Masjid Meninggal Sambil Bersujud di Atas Sajadah
Pada saat terjadinya gempa dan gelombang tsunami dengan kekuatan 8,9 skala richter di Meulaboh. Ada seorang kakek tua yang hidup seorang diri di sebuah rumah di bibir pantai, Kakek tua ini adalah seorang Imam masjid yang sangat shaleh, Di daerahnya yang tidak seberapa jauh dari bibir pantai. Ketika guncangan gempa dan air bah melumat seluruh bangunan yang menghalanginya terjadi. Penduduk setempat panik dan keluar rumah untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Imam masjid ini malah masuk dan mengunci pintu rumahnya rapat-rapat. Ternyata yang beliau lakukan sebagai seorang tokoh agama yang shaleh adalah segera menggelar sajadah kemudian melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, seraya mengangkat kedua tangannya mohon ampun kepada Allah. Karena dia tahu bahwa gempa bukan hanya kejadian alam, tetapi ada dosa yang menyebabkan Allah menggoncang alam ini.
Gelombang tsunami kemudian masuk ke dalam rumahnya dan meluluh lantakkan Meulaboh dan hanya menyisakan sedikit saja orang dan barang, termasuk barang-barang yang ada di rumahnya yang sederhana itu. Setelah gelombang air sudah surut dan dilanjutkan proses evakuasi. Warga mendapati imam masjid itu sudah meninggal dalam keadaan sujud, di atas sajadahnya yang tidak bergeser diterpa gelombang. Padahal hampir tidak ada yang tidak hanyut diterpa gelombang Tsunami.
Subhanallah. sungguh kematian yang sangat didambakan oleh insan beriman, karena akan mempercepat pertemuan dengan sang kekasih yang telah lama dirindukannya, Allah. Yang akan memberikan kenikmatan hidup di akhirat, yaitu surga, sebuah tempat yang sangat indah, yang tidak pernah dilihat dan dirasakan oleh manusia sebelumnya. Dan betapa Allah menunjukkan kekuasaan dan rahmat-Nya kepada imam shaleh tersebut. Mayatnya tidak bergeser dari sajadahnya dengan keadaan yang terdekat antara hamba dan Tuhannya yaitu sujud, dan tidak terseret oleh gelombang air bah kematian.
Tarian Bugil di Pantai Batu Putih Meulaboh
Pada saat malam Natal di penghujung tahun 2004 tiba, di Pantai Meulaboh, diadakan perayaan Natal oleh kaum Nasrani. Ada seorang Teuku ulama yang merupakan imam Masjid daerah setempat, memberikan peringatan agar tidak merayakan natal di daerah tersebut, karena wilayah tersebut mayoritas masyarakatnya adalah umat Islam. Bahkan dengan tegas Teuku ini menyatakan, “Kalau saja kalian tidak mengindahkan peringatan ini, Allah akan turunkan adzabnya kepada kalian.” Ada seseorang yang ikut dalam acara tersebut menjawab peringatan itu dengan menantang. “Kalau Tuhan mau menurunkan adzab, silakan saja turunkan adzab kepada kami.”
Mendengar jawaban menantang Allah yang mengerikan itu, membuat Teuku bersegera pulang dan mengharapkan ampunan dari Allah. Setelah malam perayaan Natal itu. tepatnya malam minggu sebelum terjadinya gempa, di Pantai Batu Putih, pantai yang terindah di Meulaboh, diadakan tarian bugil, yang mendatangkan penari bugil dari daerah lain. Masyarakat di sekitar Pantai Batu Putih mencium acara kemaksiatan yang diadakan di sana. Masyarakat setempat bersama sang Teuku mencoba memberikan peringatan kepada penyelenggara acara untuk segera menghentikan acara itu. Namun setiap kali peringatan diberikan, setiap kali itu pula dijawab dengan nada cibiran dan tantangan untuk tidak mencampuri acara di pantai. Akhirnya sang Teuku menyatakan, “Saya dapat firasat akan terjadinya musibah besar di Aceh ini.” Dengan hati kecewa ulama Meulaboh itu pulang ke rumah.
Setelah sholat Shubuh, Teuku menghimbau kepada jamaah masjid agar tidak langsung pulang ke rumah sampai sholat Dhuha, sambil terus berdzikir. Ketika sedang berdzikir, terjadi lima kali gempa yang sangat dahsyat di sana.
Setelah gempa pertama terjadi selanjutnya diikuti oleh gelombang air laut yang mematikan, sehingga melumat semua bangunan yang ada di sekitar pantai, termasuk bangunan masjid. Jamaah yang sedang berdzikir tak luput terbawa arus air. Yang selamat hanya Teuku yang diketemukan tersangkut di pohon. Ketika gempa kedua dan ketiga terjadi, Pantai Batu Putih menganga, terbelah mengeluarkan lahar hitam yang sangat panas setinggi pohon kelapa. Ketika di evakuasi banyak mayat dalam keadaan telanjang dan hitam.
Ghoib, Edisi No. 33 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M