H. Memed (Tokoh Masyarakat, Pensiuanan Pegawai Depag) :
Saat orang ramai berdatangan ke rumah Saefudin yang telah menemukan ‘emas Soekarno dan semakin dianggap sakti itu, H. Memed yang merupakan salah satu tokoh masyarakat desa tersebut menganggapnya sebagai orang biasa saja. tidak ada yang istimewa. Berikut penuturan H. Memed di rumahnya yang berjarak hanya sekitar 100 M dari rumah Saefudin.
Walaupun dekat denganĀ rumah Saefudin, istri dan anak saya belum pernah melihat langsung emas yang menghebohkan itu. Saya sendiri sudah melihat, tetapi ketika itu saya hanya menemani Kapolsek Semplak dan Ranca Bungur yang ingin melihat langsung emasnya Saefudin.
Karena menurut saya, dia bukan orang sakti atau hebat seperti yang dianggap orang sekarang-sekarang ini. Setelah dia menemukan batangan dan perhiasan “emas” itu, semakin banyak orang datang ke dia untuk minta bantuan. Dan air sumumya pun dianggap berkah.
Bahkan menurut saya, Saefudin itu orang yang berbuat syirik. Dia itu mengaku mempunyai makhluk gaib yang membisikinya. Dia punya pengajian setiap malam jum’at Pengajiannya itu, menyulut pro kontra. Banyak tokoh masyarakat yang tidak setuju pengajiannya itu. Belum lagi, kegiatan dia dan teman-temannya mendatangi kuburan. Kan meminta bantuan makhluk gaib dan meminta kuburan itu perbuatan syirik. Karena perbuatannya itu tidak sesuai aqidah saya, maka saya tidak ikut- ikutan orang mendatanginya untuk minta bantuan.
Dan dia telah membohongi kita. Katanya emas yang ditemukan cuma sepuluh batang. Padahal saat saya ikut hadir ketika Saefudin dipanggil oleh kepolisian, saya menyaksikan sendiri bahwa emas itu lengkap ada lima belas batang. Dia bohong kalau yang ada hanya sepuluh dan yang lima ada tetapi masih gaib. Ingin membesar-besarkan masalah. Juga masalah emas atau bukan emas. Waktu dia baru menemukan, jelas sekali dia mengatakan bahwa itu emas. Sekarang, setelah pihak yang berwajib mengatakan bahwa itu hanya tembaga, dia mengingkari bahwa dulu dia pernah bilang kalau itu emas.
Dia cuma orang biasa, seperti anak-anak muda lainnya. Dulu dia tukang ojek yang suka mabuk- mabukan dengan anak-anak muda sini. Bahkan pernah dia ditangkap Koramil karena waktu mabuk, dia merusak rumah orang. Kemudian tiba-tiba dia menjadi orang suci, bagaimana itu?
Dia tidak aktif di Masjid. Padahal Masjid itu adanya di samping rumahnya. Dia mulai suka ke Masjid setelah kita membangun tangga Masjid. Dia minta pekerjaan untuk ikut membangun tangga Masjid. Kita beri dia pekerjaan itu. Setelah itu, barulah dia mau sholat di Masjid.
Pengajian yang diadakan di rumahnya, diikuti sekitar dua puluhan orang. Tetapi dia punya empat orang yang harus selalu mendampinginya agar bisa mendatangkan jinnya. Harus ada salah seorang dari empat orang itu jika mau memanggil jinnya. Jika tidak ada sama sekali, tidak bisa datang.
Dan sebenarnya yang datang minta bantuannya untuk mengobati, berasal dari luar kampung ini. Kalau orang-orang sekitar sini tidak ada yang minta bantuan dia. Biasa kan, orang biasanya terkenalnya dan hebatnya di luar. Sementara orang sini menganggapnya biasa saja.
Saya pribadi tidak bisa melarang orang ketika datang ke dia. Tetapi saya dan tokoh masyarakat lainnya hanya melindungi keluarga saja. Ketika istri dan anak saya mau datang minta air berkahnya, saya larang. Saya katakan bahwa ini syirik.
Walaupun suatu saat mungkin saja kita laporkan ini kepada MUI atau yang berwenang secara agama, jika kesalahan ini membesar. Kita juga punya pengajian bulanan dengan ust. Didin Hafidhudin, mungkin. akan kita konsultasikan masalah ini ke beliau.
Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M