Dibutuhkan Kerjasama Antara Dokter dengan Ahli Terapi Ruqyah

Semarang, 2 Mei 2004. matahari bangun dari peraduannya di ufuk timur. Membuka mata dan menerangi udara kota Semarang. Menggelitik warga agar tidak bermalas- malasan dan segera mengawali aktifitasnya. Meski hari itu adalah hari libur, namun munculnya sang mentari pagi itu disambut hangat oleh sekelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Memang Ahad pagi itu terlihat kesibukan yang tidak seperti biasanya terjadi di kampus FK UNDIP Semarang. Tepatnya di gedung serba guna yang berdekatan dengan masjid Asy-Syifa’. Di pagi yang cerah itu nampak sekelompok mahasiswa berseragam putih-putih asyik mempersiapkan acara seminar seputar jin. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang aktif di Remaja Masjid Asy-Syifa’.

Kesibukan panitia mulai meningkat seiring dengan matahari yang kian meninggi. Saat jam menunjukkan pukul 8 pagi terlihat satu dua orang mulai bergerak menuju meja pendaftaran. Disusul oleh peserta lainnya yang terus membanjiri gedung serbaguna. Semakin lama yang daftar pun semakin banyak, tanpa terasa persedian 400 bungkus snack untuk peserta seminar semakin menipis, hingga akhirnya benar- benar habis. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa dan masyarakat sangat antusias menyambut seminar yang mengambil tema “Ada Apa dengan Dunia Lain.”

350 kursi yang biasanya mengisi gedung serba guna pagi itu berganti dengan ratusan peserta seminar yang duduk lesehan dengan manis dan tenang. Mereka terbagi menjadi dua kelompok yang dipisahkan oleh kain pembatas berwarna putih. Satu kelompok untuk peserta laki-laki dan kelompok lainnya untuk perempuan. Sementara putaran kipas terus menderu mengusir hawa pengap dan panas yang biasa menyerang kota Semarang.

 

Pasien Sakit Jiwa ada Kemungkinan kena Gangguan Jin

Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa fakultas kedokteran ini tidaklah menyimpang dari dunia kedokteran yang mereka geluti. Meski apa yang mereka lakukan ini berkaitan erat dunia kasat mata. Sebagaimana dituturkan oleh Ahmad Zainuri, seorang panitia yang dihubungi Majalah Ghoib, “Ada beberapa alasan mengapa mereka, para mahasiswa menggelar acara seminar dan ruqyah. Yang pertama adalah kejadian yang menimpa seorang mahasiswi fakultas kedokteran yang beberapa bulan sebelumnya mengalami gangguan jin. Jin yang merasuk ke dalam mahasiswi itu adalah jin Kristen yang mencoba menghancurkan keimanannya. Mahasiswi itu setiap hari mengaku selalu mendengar bisikan ‘Yesus, Yesus’, matanya selalu melihat gambar salib dan ada bisikan yang mengatakan kebohongan Al-Qur’an.” Kasus mahasiswi ini setali tiga uang dengan kesaksian seorang mahasiswi asal Lampung yang pernah dimuat Majalah Ghoib edisi 14.

“Selain itu beberapa mahasiswa fakultas Kedokteran UNDIP yang sempat mengikuti Coast di rumah sakit jiwa Semarang mengambil kesimpulan bahwa tidak sedikit di antara pasien rumah sakit jiwa yang sebenarnya mengalami gangguan jin. Dan untuk menyembuhkan penyakitnya tidak hanya berdasarkan pada terapi medis semata” kata Ahmad Zainuri menyampaikan kesimpulan teman-temannya yang sempat Coast di RSJ Semarang. Dua hal inilah yang melatarbelakangi mengapa mahasiswa kedokteran yang tergabung dalam Remaja Masjid Asy-Syifa’ mengadakan seminar seputar gangguan jin dan penanganannya. “Istilahnya kita ingin menyelesaikan masalah itu meski tidak semuanya. Kita ingin memberikan kontribusi, kalau diibaratkan dengan fenomena gunung es, mungkin dengan adanya ruqyah bisa terkikis sedikit-sedikit,” ujar Ahmad Zainuri.

Keinginan mahasiswa yang ingin memberikan kontribusi nyata terhadap masalah sehari- hari masyarakat itu mendapat dukungan yang cukup baik dari para dosen. Bahkan dr. Nuryazid SpPA yang juga seorang dosen di FK UNDIP bersedia menjadi moderator seminar yang menghadirkan Ustadz Ahmad Irfan, Ustadz Fathurrahman dan Ustadz Fadhlan Abu Yasir.

Ustadz Fathurrahman mengupas seputar penciptaan jin, sementara Ustadz Ahmad Irfan kebagian makalah yang berkaitan dengan perdukunan dan seluk-beluknya. Sedangkan Ustadz Fadhlan membahas terapi gangguan jin. Saat itu Ustadz Fadhlan sempat mengeluarkan mantra yang biasa dibaca para dukun “Jopa-japu tombo loro untu. Yen biso mari enggalo ngguyu, yen durung bisa mari ojo nesu,” (Jopa-japu obat sakit gigi. Jika sembuh cepatlah tertawa, jika belum bisa sembuh jangan kecewa). Mantra dalam bahasa Jawa itu langsung disambut dengan tawa keras yang menggema memenuhi gedung serbaguna. Pada saat sesi tanya jawab,

Ustadz Ahmad Irfan menerima SMS dari jin yang belum lama di Islamkan dan berganti nama menjadi Ali Simatupang. Jin itu menggunakan nomer HP yang non aktif karena masa berlakunya telah habis dan dan battereinya juga habis. Dalam SMS nya jin Ali Simatupang menulis, “Tidak mungkin manusia dan jin melakukan pernikahan dan tidak mungkin akan melahirkan keturunan. Saya belum pernah melihat pernikahan jin dan manusia.” Itulah bunyi SMS yang sempat dikirim oleh jin, sebagai tanggapan atas pendapat salah seorang pembicara. Menurut Ustadz Ahmad Irfan yang sempat dihubungi via telpon, beliau cukup sering menerima SMS dari jin. Dan ketika Majalah Ghoib mencoba mencari pendapat dari ahli ruqyah lainnya ternyata mereka juga pernah menerima SMS dari jin sebagaimana dialami oleh Ustadz Ahmad Irfan.

Memang, ini adalah peristiwa unik yang bisa diingkari kebanyakan orang. Namun, penjelasan dari beberapa ahli ruqyah serta konfirmasi kepada pasien yang pernah dirasuki oleh jin yang mengirim pesan membenarkan fenomena ini.

Demikianlah seminar yang sesekali diselingi dengan tawa lepas peserta itu, akhirnya berakhir menjelang shalat dzuhur. Para peserta dipersilahkan untuk segera bergerak ke masjid Asy-Syifa’ yang terletak tidak jauh dari gedung serbaguna. Dari guratan wajah mereka nampak rona kepuasan. Nada tanya seputar dunia jin itu akhirnya sedikit terkuak melalui acara semacam ini. Walau tidak bisa dipungkiri bahwa pengetahuan yang didapat dari seminar ini juga membuka pertanyaan baru yang selama ini belum terpikir.

Selepas istirahat shalat dzuhur dan makan siang, pada jam satu acara dilanjutkan dengan ruqyah massal. Ustadz Fadhlan terlihat duduk di atas panggung yang seperti biasanya mengawali ruqyah dengan terlebih dahulu memberikan peringatan kepada jin agar keluar dari jasad muslim dan bertaubat kepada Allah, sebelum dibakar dengan ayat-ayat Al- Qur’an. Cukup banyak jin yang bereaksi dengan ancaman itu. Dan ketika ‘Hasbunallah wani’mal wakil’ diteriakkan ustadz Fadhlan, maka jeritan dan tangisan pasien yang kerasukan jin segera menyeruak ke dalam ruangan. Lengkingan suara yang membuat bulu kuduk merinding.

Bacaan-bacaan Al-Qur’an dengan tartil terus berkumandang. Dan saat sampai kepada Ayat Kursi, dari deretan peserta laki-laki nampak seseorang berdiri dengan cepat. la segera merapal jurus tenaga dalam. la berusaha keras menyerang Ustadz Fadhlan dari jarak sepuluh meter. Sungguh mencengangkan si penyerang itu akhirnya terpental dan jatuh tersungkur menimpa orang orang di belakangnya. Sementara Ustadz Fadhlan terus saja meneruskan bacaan Al-Qur’an.

Dan barisan perempuan ada seorang peserta yang menjerit- jerit histeris dari awal ruqyah sampai akhir. Ternyata setelah didekati oleh tim ruqyah ia diketahui kerasukan jin Nasrani yang kepanasan dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Tetapi dasar jin yang memang keras kepala, ia tidak mau menyerah meski sudah kepanasan dari awal.

Ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa perlindungan dibaca kurang lebih satu jam dan diarahkan ke air yang bercampur dengan daun bidara yang telah diblender dan disaring. Selesai pembacaan ruqyah, para peserta yang tadinya bereaksi dan kesurupan tampak sudah sadar kembali dan kemudian mereka antri untuk mendapatkan minuman dari ember bak yang berisi 2 galon air mineral dan jus daun bidara yang sudah dibacakan ruqyah.

 

Perlu Kerjasama Antara Dokter dan Ahli Ruqyah

Ternyata ruqyah massal ini tidak hanya diikuti masyarakat umum dan mahasiswa. Di barisan peserta nampak tiga dosen Fakultas Kedokteran yang juga bergabung. Meski sebelum dzuhur mereka tidak terlihat, mungkin karena kesibukannya yang tidak bisa. ditinggal. Ini adalah suatu keberanian yang layak diacungi jempol. Karena mereka, para dosen, itu tidak takut kalau nantinya ditemukan indikasi gangguan jin dalam dirinya. Dan mereka juga tidak takut dikatakan telah menghadiri acara yang tidak rasional. Bahkan ketika disodori kaset ruqyah dengan enteng seorang dosen bilang, “Saya malah sudah punya, mas” jawab dosen itu dengan ramah.

Kehadiran tiga dosen yang sekaligus berprofesi sebagai dokter itu menjadi bukti bahwa tidak semua dokter itu anti terhadap ruqyah. Sebagaimana diungkapkan oleh dr. Nuryazid SPPA yang sempat menjadi moderator. “Saya memandang ruqyah itu dari kaca mata iman. Kalau memang ada petunjuknya dari Rasulullah mengapa kita tidak melakukannya? Namun di sini saya perlu menekankan bahwa dari segi kesehatan, para dokter belum mengadakan penelitian tentang hal ini.”

Pada akhirnya setiap orang memang harus mengakui bahwa di atas langit masih ada langit. Masih sangat banyak rahasia alam yang belum terjangkau oleh akal manusia. Karena itu sudah sangat wajar bila metode terapi ruqyah yang pernah diterapkan Rasulullah dan shahabat itu terus dikembangkan dan sudah sewajarnya bila pada masa-masa mendatang diperlukan kerjasama antara jajaran kedokteran dan ahli ruqyah. Seperti harapan dr. Nuryazid SpPA, “Kadang-kadang kita punya pasien yang cukup sulit disembuhkan. Sementara saya dengar bahwa ruqyah itu kan tidak hanya untuk sesuatu yang bersifat abstrak tapi juga untuk yang bersifat fisik.”

Secara lebih jauh dr. Nuryazid SpPA mengungkapkan harapannya, “Penyakit fisik mana yang selama ini menjadi pengalaman tim ruqyah. Lalu kita bekerja- sama misalnya kalau kita punya pasien kok agak sulit diobati. Apakah itu cukup ditangani medis saja, atau perlu kombinasi,” lanjut dr. Nuryazid SpPA. Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang membuka cakrawala baru bagi civitas akademika kedokteran, minimal mereka yang berada dalam jangkauan UNDIP. Dan sekarang, setelah acara itu berlalu dua mingguan masih banyak anggota masyarakat yang bertanya kepada panitia seminar dan ruqyah massal ini. Di mana kiranya mereka bisa mengikuti terapi ruqyah seperti yang pernah dilakukan di FK UNDIP.

Semoga harapan yang dialamatkan kepada para ahli terapi ruqyah itu dapat dijawab dengan baik. Dan semakin menumbuh suburkan ahli ruqyah di berbagai tempat selama hal ini tidak bertentangan dengan agama. Selain itu tawaran yang disampaikan dr. Nuryazid SpPA itu sudah sewajarnya disambut hangat oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 18 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN