Gangguan Jin Bukan Hanya Kesurupan

Jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Jin yang kafir dan tidak mengikuti petunjuk Allah disebut syaitan. Sedangkan kepala syaitan adalah Iblis (lihat surat Al-Kahfi: 50). Jin kafir yang juga disebut syetan berusaha memalingkan manusia dari jalan Allah. Salah satu bentuk gangguan jin syetan adalah kesurupan.

Jin syetan masuk ke dalam fisik orang yang dirasukinya, lantas mencoba menguasainya. Jin syetan bisa menyerang keseimbangan saraf otak, dan mempengaruhi seluruh informasi saraf badan. Maka, ketika manusia kerasukan iin, ia bisa kehilangan kemampuan kontrol akalnya. Orang yang sedang dimasuki jin tidak bisa mengendalikan gerak langkah, olah pikir serta bicaranya dengan benar. Termasuk dalam pengertian ini adalah jin syetan yang digunakan para tukang sihir untuk merasuki orang-orang yang menjadi korbannya. Kondisi ini dalam isitlah Al-Qur’an disebut almassu minasyaithan, atau kerasukan syetan.

Namun, gangguan jin tidak hanya berbentuk seperti itu. Jin syetan juga akan mengganggu manusia dalam bentuk menjerumuskan mereka ke dalam kubangan dosa dan maksiat. Cara menggodanya bermacam-macam, antara lain bisa dideteksi melalui kondisi berikut:

  1. Banyak Melamun dan Berangan-angan Kosong

Terlalu berlebihan memiliki angan-angan, banyak melamun, mengkhayal, Panjang angan-angan merupakan bentuk gangguan jin syetan. Lihatlah firman Allah SWT: “Maka syetan mengatakan, ‘Dan aku benar-benar akan menyesatkan dan melalaikan mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka. Dan akan menyuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, lalu mereka benar-benar memotong. Dan aku menyuruh mereka merubah ciptaan Allah, dan mereka benar-benar melakukannya.” (QS. An-Nisa: 119)

Apakah berarti kita tak boleh punya cita-cita, keinginan, target hidup? Tidak juga. Itu semua sangat manusiawi dan boleh-boleh saja. Tapi ingat, jangan sampai terjebak pada apa yang dinamakan angan-angan kosong atau berkhayal. Cara membedakan antara cita-cita dan angan-angan gampang.

Pertama cita-cita harus diiringi dengan usaha dan kerja keras untuk mencapainya. Sementara angan-angan hanya ada dalam pikiran tanpa usaha yang memadai untuk memperolehnya.

Kedua, cita-cita disusun dengan target dan tahapan yang jelas dan masuk akal. Sementara angan-angan cenderung berlebihan dan tidak masuk akal.

lngin memperoleh harta berlimpah, sementara kemampuan dari berbagai sisi jauh panggang dari api. lngin jadi orang kaya dalam waktu cepat. Tergoda dan terpana oleh kecantikan atau kebagusan seseorang sehingga tergila-gila. Lalu berangan-angan, berkhayal seandainya ini dan seandainya itu.

Hawa nafsu yang tak terkendali seperti itu akhirnya sering menjerumuskan manusia dalam lubang dosa dan kemusyrikan. Lantas? Hawa nafsu itu membuatnya lupa dan terlena dengan kesenangan semu yang telah diberikan jin dan syetan kepadanya.

Padahal, yang harus diingat dan digarisbawahi, setiap orang harus siap mental bila cita-citanya tidak kesampaian. Cita-cita bisa gagal, itu biasa. Keinginan tidak tercapai, biasa juga. Target hidup tidak kesampaian, biasa iuga. Apa perlunya harus pusing apalagi mengkhayal, melamun nggak karuan lalu stres? Ambillah sisi positif semua keadaan. Berusaha untuk lebih baik dan serahkan segala sesuatunya pada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui baik dan buruk untuk hamba-Nya.

  1. Lalai dan malas beribadah

lni bisa jadi merupakan tahapan kedua, yang melanjutkan kondisi orang yang kerap berangan-angan. Orang yang berangan-angan kosong akan cenderung lalai dalam mengingat Allah atau melakukan hal-hal yang dilarang Allah sama saja dengan menyodorkan diri untuk dikuasai jin dari jenis setan.

Dengarlah nasehat ulama dulu yang sangat terkenal lbnu Qoyyim, “Hendaklah manusia gemar berdzikir. Sebab ia tidak akan bisa menjaga dirinya dari musuhnya (syetan) kecuali dengan dzikir. Sementara musuhnya tidak akan masuk kepadanya kecuali kalau ia lengah. Musuh itu selalu mengintainya. Bila hamba lengah, maka ia melompat dan memangsanya. Tapi kalau ia berdzikir, musuh akan sembunyi, merasa kecil dan terhina seperti burung atau lalat.” (AI-WabiI ash-Shayyib)

Orang yang lalai dan malas beribadah hatinya akan gelap, dan penuh keraguan. Enggan untuk membaca Al-Qur’an, sulit bangun malam, meninggalkan sholat jama’ah dan bahkan sholat wajib pun ditinggalkan.

Bahkan, orang yang baik pun dimusuhi terus oleh syetan. Seperti seorang sahabat Rasulullah, Utsman bin Abil Ash ra. la mengisahkan, “Ketika Rasulullah SAW. menugaskan aku ke Thaif, aku mengalami gangguan sesuatu dalam shalatku. Sehingga aku tidak tahu shalat apa yang aku lakukan. Lalu aku pergi ke Rasulullah. Beliau bersabda, ‘ltu adalah syetan (yang telah menguasai dirimu). Mendekatlah.’ Kemudian aku mendekat dan duduk di atas kedua kakiku. Kemudian Rasulullah memukul dadaku dengan tangannya dan meludah di mulutku seraya bersabda, ‘Keluarlah wahai musuh Allah.” (HR. lbnu Majah)

Hal yang sama juga terjadi pada Utsman bin Affan. Sahabat Rasulullah yang sangat terkenal itu pun tak luput dimusuhi syetan. Utsman pernah datang kepada Rasulullah dan mengadu tentang adanya sesuatu yang  menghalanginya sholat. Rasulullah bersabda, “ltu adalah syetan yang bernama Khanzab, jika engkau merasakannya maka mintalah perlindungan kepada Allah SWT. (a’udzubillahi minasy syaithonirrajim) dan meniuplah ke arah kirimu tiga kali.” Utsman pun mengamalkannya dan Allah pun menghilangkan gangguan itu darinya. (HR. Muslim)

Karena itulah Rasulullah SAW. selalu memerintahkan kita untuk selalu berdzikir kapan pun dimanapun dan dalam kondisi apapun. Dari Zaid bin Arqom Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya semak-semak (yang dijadikan buang hajat) ada penghuninya. Jadi kalau salah seorang diantara kalian ke tempat buah hajat, maka bacalah, “Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan syetan laki dan syetan betina.” (HR. Bukhari Muslim)

  1. Sering buruk sangka dan was-was

Buruk sangka (su’udzon) dan was-was (alwaswasah), merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa. Penyakit buruk sangka dan was-was ini seringkali dilatarbelakangi oleh adanya kesusahan, kesedihan, kegundahan dan kehimpitan jiwa yang mendalam pada seseorang. Akibatnya, ia selalu mencurigai segala sesuatu yang berada didekatnya. Selalu berpikir negatif, bersikap apatis, berjiwa labil, dan selalu meragukan seluruh apa yang dilihat dan didengarnya. Perasaan was-was inilah yang menjadikan seseorang merasa ketakutan atau marah yang luar biasa. Sehingga ia sering melamun, stres dan bahkan melantur.

Namun, ada juga rasa was-was yang memang ditimbulkan oleh godaan jin. la timbul karena bisikan syetan yang tersembunyi. Itulah yang dimaksud dalam firman Allah SWT, “Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syetan yang tersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.” (QS. an-Naas: 1-6).

Sebab itulah, Rasulullah apabila memulai sholat selalu berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syetan (jin) yang terkutuk, dari hamazihi (penyakit gila yang ditimbulkannya), dari nafakhihi (tiupan) dan dari nafatsihi (syairnya).” Dalam lafadz yang lain Nabi menjelaskan, Hamazihi adalah kesurupan, nafatsihi ialah syair dan nafakhihi ialah kesombongan. (HR. AI-Hakim, Nasai, Abu Daud dan Turmudzi)

Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was syaitan mereka mengingat Allah. Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. AI-A’raf: 201)

  1. Menyekutukan Alah SWT

Sudah kerap mengkhayal, lalai ibadah, pikiran kotor (negative thingking), bisa jadi ujung-ujungnya musyrik juga. ltulah yang banyak kita temukan menjadi fenomena saat ini. Betapa banyak orang yang datang ke dukun yang menggunakan jin. Mereka meminta kepada para dukun itu untuk mewujudkan segala macam keinginannya. Mulai ingin kaya, ingin tampil menarik, ingin mendapat jabatan, bahkan ingin mengejar pasangan.

Dalam kondisi seperti itu, orang benar-benar telah berada dalam jerat-jerat jin syetan. Hal itu telah menjadi sumpah para jin syetan, yang dikepalai oleh Iblis. Seperti dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, “lblis berkata,  ‘YaTuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi. Dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua.” (QS. AI-Hijr: 39).

Lebih jauh, tidak jarang orang-orang yang sudah terkena jerat jin syetan, akhirnya menjadi sekutu jin syetan itu. Mereka rela dijadikan pelayan bagi jin syetan itu untuk menyesatkan manusia lain hanya demi kesenangan nafsu diri dan kesenangan harta dan syahwatnya. Hal ini akan terungkap kelak di akhirat. Allah telah berfirman, “Dan ingatlah diwaktu Allah menghimpun mereka semuanya (lalu Allah berfirman) “Wahai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia.” Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia. “Wahai Tuhan, sesunguhnya sebagian dari kami telah mendapatkan  kesenangan dari sebagian yang lain. Dan kami telah sampai kepada waktu yang telah engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman, “Neraka itulah tempat diam kamu, dan kamu kekal didalamnya, kecuali Allah menghendaki (yang lain).” (QS. Al-An’am: 128).

Para ulama menjelaskan, yang dimaksud “Sebagian dari kami mendapatkan kesenangan dari sebagian yang lain” adalah, bahwa syetan telah berhasil memperdaya manusia, sampai manusia mengikuti perintah dan petunjuknya. Dan, manusia pun telah mendapat hasil kelezatan duniawi, karena mengikuti bujukan syetan itu. Jadi, jelaslah. Bahwa gangguan jin syetan itu tidak hanya dalam bentuk kesurupan. Bisa jadi awalnya dari kondisi jiwa yang kosong dari cahaya iman, lalu jin syetan pun memperdayainya. Wallahu A’lam

 

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah

Sumber : Majalah Ghoib Edisi 1/1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN