‘Petir akan semakin banyak ketika kiamat sudah dekat. Tetapi ia tidak akan menyambar orang yang berdzikir.”
Secara fisika, petir pada dasarnya adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa dengan medan listrik berbeda. Biasanya petir terjadi pada awan yang tengah membesar menuju awan badai cumulonimbus.
Awan memiliki muatan berbarengan dengan pergerakan dan interaksi air dan es di dalam awan. Partikel kecil yang bermuatan positif akan naik ke bagian atas sedang partikel negatif akan turun mendekati bagian bawah awan. Begitu muatan yang terbentuk cukup besar, partikel yang muatannya berlawanan akan menarik dan melontarkan energinya sehingga terjadi lompatan bunga api raksasa. Sedemikian raksasanya, sampai-sampai ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya. Akibatnya, udara terbelah, sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan 150.000 km/ detik itu akan menimbulkan bunyi menggelegar.
Menurut Ron Holle, peneliti petir di Laboratorium Badai Topan Nasional di Norman, Oklahoma, AS, kilatan petir mengandung muatan listrik 100 juta volt. Energi sebesar itu bisa memanaskan suhu udara hingga mencapai 40.000 derajat.
Kondisi meteorologis Indonesia memang sangat ideal bagi terciptanya petir. Menurut Dr. Ir. Dipl. Ing. Reynaldo Zoro, ahli petir dan direktur PT Lapi Elpatsindo, ada tiga syarat untuk timbulnya petir. Ada udara naik, kelembaban, dan partikel bebas atau aerosol. Ketiga syarat itu terpenuhi dengan baik di Indonesia sebagai negara maritim. Udara naik ada karena sebagai negara tropis, panas menyinari tanah sehingga ada pergerakan udara ke atas; lembab. Dengan adanya kelembaban, udara yang naik menjadi basah dan bisa membuat awan; sementara sebagai negara kepulauan tidak akan kekurangan partikel bebas karena bisa disuplai dari air laut atau industri seperti pabrik semen.
Karena kondisi yang seperti itu pula maka aktivitas petir di Indonesia tergolong tinggi bahkan bisa dikategorikan tertinggi di dunia bersama sejumlah negara Afrika Tengah seperti Nigeria, Kamerun, dan Kongo serta Karibia di Amerika. Di kota Tangerang dan Bogor tercatat 336 dan 332 hari terjadi halilintar di sana. Artinya, tiga atau empat kali lipat rata-rata jumlah geledek di Eropa dan AS.
Saking banyaknya petir itu, ada beberapa hal yang dihubungkan dengan petir. Seperti sebuah desa di Banten yang diberi nama Desa Petir. Lalu, di museum dekat Masjid Demak tersimpan lawang bledhek (pintu halilintar), konon bikinan Sunan Kalijaga. Dipercaya, tokoh ini punya aji gelapngampar dan bisa mendatangkan geledek. Keyakinan miştis yang tidak berdalih dan salah,
Yang unik, petir lebih banyak meminta korban laki-laki. Menurut hitungan Prof Walter Conor jumlah pria yang jadi korban petir, enam kali jumlah wanita yang disambar halilintar. Tetapi tidak ada penjelasan ilmiahnya.
Gelegar Hardikan Malaikat
Dalam kajian keghaiban petir yang sampai kepada kita melalui wahyu, bahwa petir adalah hardikan malaikat kepada awan. Malaikat yang ditugasi mengawasi awan itu, menggiring awan dengan hardikannya ke tempat yang Allah kehendaki.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah kepada orang Yahudi yang bertanya tentang hakekat gelegar petir, “Itu adalah hardikan malaikat ketika dia menggiring awan ke tempat yang dikehendaki Allah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Nasai, dihasankan oleh Imam Tirmidzi).
Hal ini juga disebutkan dalam ayat, “Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar- benarnya.” (Ash-Shaffat: 2). Para ahli tafsir seperti Imam Qurthubi dan Imam Ibnu Katsir menukil riwayat dari sebagian ulama bahwa makna ayat tersebut. “Malaikat yang menghardik awan.”
Dalam surat Ar-Ra’d (petir): 13, “Dan petir itu bertasbih dengan memuji Allah.” Begitulah dalam suara petir itu terdapat desah tasbih pujian kepada Allah. Setiap Amir bin Abdillah mendengar gelegar petir membaca ayat ini dan kemudian berkata, “Sesungguhnya ini adalah ancaman bagi penduduk bumi.”
Petir memang ancaman, karena bisa menghanguskan siapa pun dan apa pun. Petir adalah makhluk Allah yang digunakan untuk menyiksa siapa pun yang Allah kehendaki. Petir bahkan pernah digunakan untuk mengadzab suatu kaum atau perorangan. Dalam sebuah riwayat, seorang Yahudi datang ke Rasulullah sambil melecehkan bertanya tentang Allah, “Muhammad beritahukan kepadaku, dibuat dari apakah Tuhanmu. Apakah dari mutiara atau yakut (batu mulia).” Maka tidak lama. kemudian orang itu mati disambar petir.
Frekuensi petir yang menyambar siapa saja yang Allah kehendaki semakin hari semakin banyak. Mengingat petir ini Allah kirimkan sebagai siksa. Dan di akhir zaman kemaksiatan semakin menjamur. “Petir akan semakin banyak ketika kiamat sudah dekat hingga seseorang bertanya siapa hari ini yang disambar petir? Orang-orang menjawab: Fulan, fulan dan fulan.” (HR. Ahmad).
Untuk itulah ketika petir menyambar-nyambar tidak usah khawatir. Basahilah bibir ini dengan dzikir kepada Allah. Dan bukan dengan kata-kata yang lain. Karena sesungguhnya petir tidak menyambar orang-orang yang sedang memuji Allah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Jika kalian mendengar petir maka berdzikirlah kepada Allah. Karena petir tidak akan menyambar orang yang berdzikir.”
Dzikir khusus yang diajarkan Nabi ketika mendengar petir adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلَا تُهْلِكُنا
بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ
“Ya Allah janganlah Engkau bunuh kami dengan kemarahan-Mu dan janganlah Engkau hancurkan kami dengan adzab-Mu dan maafkanlah kami sebelum ini.” (HR. Bukhari dalam kitab adab, Ahmad dan Hakim).
Begitulah keberadaan orang beriman. Mendengar petir saja, dapat mengambil banyak hikmah. Mulai dari sisi ghoib petir yang disebutkan Rasulullah, pelajaran dari petir bahwa dia pun. bertasbih, hingga terjaganya lisan dengan selalu berlindung dan memuji Allah dalam setiap kesempatan. Agar Allah selalu menjaga kita dalam setiap kesempatan kita.