Seorang pemuda, yang masih aktif kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. datang ke Majalah Ghoib bersama kakak perempuannya untuk diruqyah. la merasakan sering lupa bilangan rakaat shalat. Selain itu, ia juga merasa malas dan ingin segera pulang, kalau mendengarkan kajian tentang Islam. Ketika pulang, yang ia lakukan hanya tidur saja, tanpa melakukan aktivitas lain. Perasaan seperti ini, ia rasakan, setelah memiliki jimat-jimat, yang didapatkannya dari beberapa orang dukun, di berbagai tempat.
Sudah menjadi keharusan, bagi setiap orang yang akan menjalani terapi ruqyah, harus segera membuang dan memusnahkan segala bentuk persyarikatannya dengan syetan, termasuk jimat. Untuk itulah, pemuda ini menyerahkan beberapa buah jimat yang telah disimpannya sejak lama, untuk segera dimusnahkan oleh Majalah Ghoib. “Selain takut dirazia, jimat-jimat ini lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya,” tuturnya
Ketika masih duduk di bangku SMA, pemuda Ini termasuk anak yang tidak suka berkelahi apalagi ikut dalam tawuran massal, yang sekarang menjadi kegiatan “extrakulikuler” para sebagian pelajar di Ibukota. la sering menjadi korban salah sasaran, oleh anak-anak SMA lain. Tak heran kalau ia sering dikejar dan dilempari batu serta diacungi samurai ketika hendak pulang dari sekolah.
Hingga suatu hari, teman dekatnya yang sedang naik metromini dibajak oleh siswa sekolah lain. Semua barang-barang miliknya diambil, hanya celana kolor yang tersisa untuk bisa sampai ke sekolah, la melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah.
Rasa solidaritas pun muncul. Pemuda ini bersama beberapa orang temannya yang merupakan anak-anak pemberani dan kadang juga suka mabuk-mabukan, merencanakan serangan balik kepada siswa SMA yang telah membajak temannya. Namun ketika hari pertempuran yang telah direncanakan tiba, pihak sekolah mengetahui rencana mereka, yang kemudian akhirnya, bisa diredam oleh pihak sekolah. Namun, bara yang telah menyala tidak bisa dilepas begitu saja. Tinggallah dendam yang bisa meledak kapanpun.
Waktu terus berjalan. Dalam perjalanan menggapai cita-cita yang diimpikan, pemuda ini sering mendengar bahkan menyaksikan sendiri, teman-temannya yang sekarat setelah perutnya robek diterjang senjata tajam. la juga tidak bisa berbuat apa-apa saat teman-temannya kembali dikompas dan dibajak oleh siswa sekolah lain. Akhirnya ia merasa tidak berarti di hadapan teman-temanya, tidak bisa membela dan melindungi mereka. Terlebih lagi, tawuran pada saat itu sudah pada taraf saling menculik.
Mulai saat itulah, ia tertarik dengan jimat-jimat dan ilmu ghaib yang dapat menjaganya dari serangan senjata tajam. Pada suatu malam, mengamalkan wirid-wirid dari dukun yang ia temui hingga akhirnya tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya yang berturut-turut selama tiga malam, ia berputar-putar di sebuah pasar, keluar masuk toko untuk melihat cincin dan membeli sebuah golok sakti dari Ciomas. Maka di hari keempat, ia mendatangi pasar tersebut untuk membeli golok sesuai dengan apa yang ada dalam mimpinya. Anehnya, setelah seharian penuh, ia keliling pasar tersebut, tidak ada satu toko pun yang membuatnya tertarik untuk membeli sesuatu. Ketika akan beranjak pulang, ia melihat sebuah toko yang berada di pojokan pasar. Timbul keinginannya untuk menanyakan, apakah di toko tersebut, ada sebuah golok Ciomas.
Ternyata, toko tersebut baru saja membeli sebuah golok dari seseorang yang mengenakan topi petani dan mengaku datang dari daerah Banten. Dengan penuh kegembiraan, ia membeli golok tersebut yang pada akhirnya, disimpan dalam waktu yang cukup lama oleh pemuda ini. Setelah ia mengetahui bahwa jimat merupakan benda syirik tanpa ragu-ragu ia menyerahkan golok ini, sebagai tanda kesungguhannya dalam mengikuti terapi ruqyah di Majalah Ghoib.
BENTUK JIMAT
Jimat ini, berbentuk sebuah golok dengan gagang berwarna hitam. Pada sarung golok yang juga berwarna hitam ini, tertulis rajah-rajah berbahasa Arab yang tidak dapat dibaca dan dimengerti apa maksudnya. Pada bagian gagang golok yang terbuat dari besi tersebut, terdapat tujuh buah kotak kecil yang di dalamnya terdapat tulisan dan gambar yang beragam. Di antaranya: sebuah tulisan tahun 1965, gambar seekor macan yang berdiri gagah, yang diapit oleh huruf-huruh hijaiyyah. Seekor burung yang dinamakan burung Ababil juga terdapat pada golok tersebut. Sementara rajah-rajah berbahasa Arab tidak jelas apa makna dan maksudnya serta mengapa ditulis di situ.
KESAKTIAN JIMAT
Golok yang berasal dari Ciomas dan berawal dari mimpi ini, diyakini memiliki “kesaktian” yang luar biasa, seperti: merasakan keberanian dalam menghadapi orang jahat, untuk memperoleh kekebalan dari senjata tajam yang akan mengenal tubuhnya, dan bisa menjadi alat penjagaan rumah. Jimat yang dibeli dengan harga Rp. 85.000 ini oleh pemiliknya, juga sering diolesi minyak wangi, “stambul cobra“.
BONGKAR JIMAT
Satu lagi potret kehidupan masyarakat kaum muslimin, pada umumnya. Di mana budaya kemusyrikan, telah menjadi komoditi yang dianggap menjadi alternatif dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, termasuk ketika ingin memperoleh keamanan dan keberanian.
Hidup di dunia ini memang penuh tantangan, persaingan untuk memperoleh “kemapanan”. ditempuh dengan berbagai cara. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, ternyata ambivalen dengan perkembangan pemikiran kaum muslimin yang semakin percaya dengan budaya mistik yang menyesatkan.
Ibnul Qayyim telah menjelaskan jenis-jenis syahwat yang menjadi akar dari semua dosa yang dilakukan manusia. Di antaranya adalah syahwat kesetanan. Syahwat ini berarti, ada dorongan yang kuat dalam diri individu untuk menyerupai syetan dalam berbagai bentuk perilaku dasarnya. Seperti, benci, dengki, dan dendam, gemar menipu, membuat ulah dan makar, menyebarkan gosip, memfitnah, menyesatkan orang lain dan semacamnya. Syahwat ini, biasanya mempertemukan antara kecerdasan di satu sisi, dengan dorongan syetan di sisi lain. Karena itu pelakunya cenderung licik dan culas dalam pergaulan serta berwajah ganda.
Contohnya, golok biasa yang telah disulap oleh sang dukun menjadi jimat ini, diyakini bisa memberi ketenangan dan keberanian. Sungguh sebuah keyakinan yang tentunya jauh dari rahmat Allah. Karena hanya dengan banyak mengingat Allah (berdzikir di segala kondisi) sajalah, kita akan memperoleh ketenangan dan keberanian, untuk menatap masa depan dengan penuh keyakinan.
Semoga Allah memberikan rahmat-Nya, kepada pemuda yang telah menyerahkan jimat ini untuk kemudian hidup dalam cahaya iman, seperti apa yang diharapkannya sekarang dan selamanya.
Ghoib, Edisi No. 35 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M