Hidayah adalah milik Allah semata, ketika Allah berkehendak untuk memberi hidayah seseorang, maka tak ada lagi yang bisa mencegah kehendak-Nya. Dan tak seorang pun yang mampu menyesatkan orang yang dibimbing-Nya. Begitu pula ketika Allah berkehendak untuk menyesat- kan seseorang, maka tak seorang pun sanggup memberikan petunjuk kepada orang tersebut.
Ibrahim, seorang diri yang mendapatkan bimbingan dari Allah, ia hidup di tengah keluarga dan masyarakat penyembah berhala, keluarga musyrik dan masyarakat musyrik yang nyata. Azar adalah ayahanda Ibrahim yang dikenal sebagai ahli pembuat patung untuk disembah.
Akan tetapi Allah dengan sifat Lathifun Lima Yas’a (Yang Maha Lembut terhadap Kehendak- Nya) memiliki rencana besar untuk melahirkan seorang nabi dari masyarakat jahiliyah itu. Allah memberikan ilham kepada Ibrahim sejak kecilnya. Membimbingnya kepada kebenaran dan pemikiran yang sehat, sehingga ia bisa memandang tingkah laku kaumnya dengan ceramat dan memberikan penilaian yang tepat. Allah mengisahkan per- juangan Ibrahim di usia mudanya ketika ia berumur 16 tahun:
“Ingatlah! Ketika ia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya: ‘Mengapa patung-patung yang kalian sembah?’ Mereka menjawab: ‘Kami mendapat bapak-bapak kami menyembahnya.’ la berkata: ‘Sungguh kalian dan bapak-bapak kalian dalam kesesatan yang nyata.’ Mereka berkata: ‘Apakah kamu datang kepada kami dengan membawa kebenaran ataukah kamu termasuk orang yang bermain-main.’ la berkata: ‘Tetapi Tuhan kalian adalah Penguasa langit dan bumi yang menciptakannya, dan aku termasuk orang yang bersaksi atas yang demikian itu.”
Inilah persaksian Ibrahim di hadapan para penyembah berhala, bahwa tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah, Pencipta langit dan bumi. Kemudian ia bersumpah dan mengancam untuk menghancurkan patung-patung yang mereka sembah, setelah mereka selesai dari acara pesta besar di hadapan patung-patung itu.
Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa masyarakatnya punya tradisi turun-temurun untukmengadakan pesta di hari besar yang dihadiri seluruh lapisan masyarakat. Ketika waktu pesta sudah dekat, ayah Ibrahim berkata: “Wahai anakku! Sekiranya kamu datang menghadiri pesta kami, niscaya kamu akan tertarik dengan agama kami.” Maka Ibrahim berangkat bersama mereka. Akan tetapi di tengah perjalanan, Ibrahim menjatuhkan dirinya ke tanah. Ia berkata: “Aku lemah.” Setiap orang yang melewatinya berkata: “Ada apa gerangan?” la menjawab: “Aku lemah.” Setelah mereka lewat semua, tinggallah orang- orang lemah. Ibrahim berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya.”
Ucapan itu didengar oleh semua orang yang ada. Kemudian Ibrahim menjadikan seluruh patung-patung itu hancur berkeping-keping dengan pukulan tangan kanannya yang memegang kampak, dan ia biarkan satu patung besar agar mereka kembali bertanya kepadanya. Ibrahim menempelkan kampak di tangan kanan patung besar itu agar mereka mengira bahwa yang besar cemburu berat, ia tidak mau ada patung-patung kecil lain yang disembah bersamanya, maka ia hancurkan yang kecil.
Kemudian ketika mereka kembali ke berhala- berhala yang mereka sembah mereka menyaksikan tuhan-tuhan mereka hancur dibinasakan dan direndahkan, yang menunjukkan bahwa berhala itu tidak memiliki sifat ketuhanan dan menunjuk- kan kebodohan akal mereka. Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami. Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang dhalim.”
Mereka berkata: “Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.”
Mereka berkata: “Kalau demikian, bawalah dia di hadapan banyak orang yang agar menyaksikan.”
Mereka berkata: “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”
Ibrahim: “Sesungguhnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakan kepada berhala-berhala itu, jika mereka dapat berbicara.”
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang dhalim.”
Kondisi semacam inilah yang dimaksudkan Ibrahim, agar mereka sadar bahwa berhala-berhala. yang mereka tinggalkan tanpa penjagaan akhirnya dihancurkan tanpa ada pembelaan. Memang mereka sadar bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi mereka masih dalam kebingungan.
Kemudian tertunduklah kepala mereka dan berkata: “Sungguh kau tahu hai Ibrahim, bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.”
Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak memberi kalian manfaat ataupun madharat. Ah, celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak berfikir?”
Ketika mereka kehabisan akal, tidak ada argumentasi lagi, dan ketika kebenaran hujjah Ibrahim di depan mata mereka dan kebathilan aqidah mereka terbongkar, mereka kembali menggunakan cara kekuasaan dan kekuatan mereka. Dan inilah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi setiap pejuang tauhid ketika menang dalam berdebat atas ahlul bathil.
Mereka berkata: “Bakarlah dia! Dan belalah tuhan-tuhan kalian jika kalian mau bertindak.”
Mereka segera memobilisasi masyarakat yang ingin membela tuhan-tuhan mereka agar mengumpulkan kayu bakar. Bahkan sampai ada seorang wanita yang sakit berat bernadzar, jika dia sembuh nanti, ia akan membawa kayu bakar untuk membakar Ibrahim. Mereka menyalakan kayu-kayu yang telah berkumpul berhari-hari itu, sehingga terjadilah kobaran api yang sangat besar, belum pernah ada di dunia, api menyala sebesar itu.
Mereka telah mengikat kaki dan tangan Ibrahim,dan meletakkannya di mulut manjaniq (alat pelontar berat) yang dipimpin seorang pendekar Arab dari Kurdi bernama Hizan yang akhirnya Allah tenggelamkan dia ke dalam bumi dan ia meronta- ronta di dalamnya sampai hari kiamat.
Rasulullah berkata: “Ketika Ibrahim dilemparkan ke api, ia berkata: Ya Allah, sesungguhnya Engkau di langit Tuhan yang satu dan aku di bumi seorang diri mengabdi kepada-Mu.”
Para ulama salaf menyebutkan bahwa Allah mengutus Jibril kepada Ibrahim. Dia tawarkan kepada Ibrahim sedangkan Jibril berada di angkasa: “Apakah kamu ada kepentingan denganku?” Ibrahim menjawab: “Denganmu, aku tidak ada kepentingan. Adapun dengan Allah, maka tentu saja.” Kemudian Ibrahim mengatakan: “Hasbi- yallahu wa ni’mal wakil (Cukuplah Allah bagiku, Dia sebaik-baik pelindung).”
Ibnu Abbas meriwayatkan: Ketika Ibrahim dilemparkan ke api, malaikat penjaga curah hujan berkata: “Kapan aku diperintahkan untuk mencurahkan hujan, pasti segera aku curahkan.” Akan tetapi urusan Allah lebih cepat daripada urusan malaikat itu. Allah langsung menjawab pernyataan Ibrahim: “Kami berfirman: ‘Wahai api, jadilah kamu dingin dan jadilah kamu pembawa keselamatan bagi Ibrahim.”
Pelemparan Ibrahim ke dalam api juga dihadiri oleh Raja Namrud untuk menyaksikan langsung peristiwa bersejarah itu. Kemudian ada kobaran api yang menjilat ibu jarinya dan terbakarlah ibu jarinya seperti bulu domba terbakar.
“Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka kami menjadikan mereka itu orang-orang yang merugi.” Ibrahim hidup tenang dan selamat dalarn kobaran api yang sejuk baginya selama lebih dari 40 hari. la berkata: “Tidak ada bagiku, malam-malam dan hari-hari yang lebih baik daripada ketika kau dibakar. Aku berharap hidup dan kehidupanku semuanya seperti hari-hari perbakaranku.”
Itulah kemenangan seorang pemuda pejuang tauhid dalam usianya yang masih sangat belia di hadapan masyarakat yang sepakat melestarikan kesesatan nenek moyang. (Tafsir QS. Al-Anbiya’: 51-71)
Ghoib, Edisi No. 20 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M