Hidangan Penghuni Surga

Suatu ketika Rasulullah berkumpul bersama sahabat. Dalam kesempatan itu Rasulullah menyampaikan kabar dari langit. Sebuah informasi yang bila didengar oleh orang- orang yang hanya mengandalkan kepada bukti empiris, niscaya akan mengundang tawa dan celaan semata.

Pasalnya, pada saat itu Rasulullah mengatakan bahwa bumi yang kita injak-injak ini dirubah menjadi seonggok roti. “Pada hari kiamat, bumi menjadi sebuah roti yang dibolak-balikkan oleh al-Jabbar (Allah) dengan tangan-Nya, sebagai hidangan bagi penghuni surga, sebagaimana salah seorang dari kalian membolak-balikkan rotinya (untuk bekal) dalam perjalanan,” begitulah Rasulullah mengawali sabdanya, seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-Khudri.

Bumi yang bulat ini dibolak-balikkan Allah sedemikian rupa. Hingga ia bisa dinikmati. Kita tidak perlu bertanya bagaimana Allah membolak-balikkannya, karena sesungguhnya tidak ada yang sulit bagi Allah. Apapun bisa dilakukan-Nya. Merubah bumi menjadi sepotong roti tidak lebih sulit dari membalikkan telapak tangan.

Seorang Yahudi muncul di tengah keasyikan sahabat mendengarkan sabda Rasulullah. la yang datang belakangan, tidak tahu apa yang telah disampaikan Rasulullah kepada sahabat. Tiba- tiba saja, ia ingin menyampaikan sebuah berita keghaiban yang diketahuinya.

“Semoga ar-Rahman memberkatimu wahai Abul Qasim (panggilan untuk Rasulullah). Maukah saya tunjukkan hidangan penghuni surga di hari kiamat? tanyanya kepada Rasulullah.

‘Tentu saja,’ jawab Rasulullah. Rasulullah mempersilahkannya mengatakan apa yang mau disampaikan. Ternyata orang Yahudi itu menyampaikan berita persis seperti yang gol dikatakan Rasulullah. “Bumi akan menjadi sepotong roti ….”

Rasulullah pun tersenyum. la menoleh  kepada sahabat hingga terlihat gigi gerahamnya. Kemudian orang Yahudi itu melanjutkan, “Lauk pauknya adalah balam dan nun. Sahabat bertanya, “Apakah (balam) itu?” “(balam) adalah sapi jantan dan nun (ikan paus). Akan makan dari zaidatul kabid dari keduanya tujuh puluh ribu orang.”

Zaidatul kabid adalah makanan paling lezat yang terdapat di dalam hati kedua sapi dan ikan paus. Sedemikian nikmatnya sehingga tidak semua orang bisa menikmatinya. Di akhir hadits di atas disebutkan bahwa zaidatul kabid itu hanya dinikmati oleh tujuh puluh ribu orang.

Pertanyaannya, siapakah mereka dan apakah hanya terbatas pada mereka semata? Imam Nawawi dalam kitab syarhu shahih muslim mengemukakan dua pendapat. Pendapat pertama yang mengatakan bahwa yang menikmati zaidatul kabid memang hanya tujuh puluh ribu orang. Merekalah orang-orang yang masuk ke dalam surga tanpa dihisab. Bagi penghuni surga lainnya mereka masih memiliki kesempatan untuk menikmati roti, serta lauk pauknya yang terbuat dari sapi jantan dan ikan paus, tapi bukan dari bagian terlezat yaitu zaidatul kabid.

Selain itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa penyebutan angka tujuh puluh ribu hanya untuk menunjukkan betapa banyak penghuni surga yang kelak menikmati kelezatan zaidatul kabid tersebut. Dengan kata lain, di luar tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa dihisab masih banyak ribuan atau bahkan jutaan orang lainnya yang juga memiliki kesempatan serupa Menikmati zaidatul kabid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN