Ibadah di Waktu Lengah

Bulan Sya’ban hampir meninggalkan kita. Ramadhan telah menanti di ujungnya. Ada banyak pelajaran yang diberikan oleh Sya’ban. Sebagiannya untuk bekal kita di bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah bulan yang paling banyak diisi oleh Rasulullah dengan berpuasa. Tentu setelah rekor Bulan Ramadhan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Aisyah dalam riwayat Bukhari, “Tidak pernah Nabi puasa sangat banyak kecuali di Bulan Sya’ban.”

Ada dua alasan Nabi yang melandasi banyak puasa beliau di Bulan ini. Usamah bin Zaid suatu saat bertanya alasan Nabi, “Ya Rasulullah, mengapa aku tidak pernah melihatmu banyak berpuasa pada bulan-bulan lain selain bulan Sya’ban.” Nabi menjawab, “Itu adalah bulan yang dilupakan oleh manusia antara Rajab dan Ramadhan dan bulan diangkatnya amal kepada Rabul ‘alamin, saya ingin diangkat amalku dalam keadaan saya berpuasa.” (HR. Nasa’i).

Menarik, alasan Nabi yang pertama. Ibadah diwaktu lengah, saat kebanyakan manusia tidak peduli. saat kebanyakan manusia lengah. Saat kebanyakan manusia tidak melakukan amal kebaikan. Di saat itulah, Nabi mengajarkan agar kita mengisinya dengan kebaikan. Melakukan ibadah. Dengan penyebutan alasan tersebut, menunjukkan bahwa ibadah di saat lengah manusia mempunyai nilai lebih.

Hal ini,sama dengan ungkapan Nabi tentang shalat tahajjud. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dia shahihkan, Nabi menyebutkan cara mendapat tiket surge, “Wahai manusia, sebarkan salam, sambunglah silaturahim, berilah makan dan shalatlah di malam hari saat manusia tidur. Kalian akan masuk surge dengan selamat.”

Lihatlah kata: Shalatlah di malam hari saat manusia tidur.Ya, saat manusia tidur. shalat tahajjud adalah shalat sunnah terbaik. Salah satu sebabnya adalah karena dilakukan saat kebanyakan manusia sedang lengah.Baik lengah karena sedang tertidurdan larut dalam mimpinya ataupun lengah karena sedang hanyut dalam kemaksiatan malam.

Ibadah di saat lengah menyelipkan banyak pelajaran. Di antara pelajaran besar untuk hidup adalah kemampuan memaksa jiwa. Alangkah beratnya melakukan satu aktifitas serius saat yang lain sedang beristirahat, bersantai menghabiskan waktunya untuk kelalaian.

Ramadhan misalnya, alangkah mudahnya kita berpuasa dalam rentang waktu satu bulan penuh. Tetapi hanya enam hari di bulan Syawal sangat berat rasanya. Itulah mengapa Allah menyediakan pahala yang sangat besar bagi yang menyempurnakan Ramadhan dengan enam hari di bulan Syawal.

Tidak sekali, ayat menyebutkan sifat orang-orang beriman. Di antaranya adalah mereka yang meninggalkan kesia-siaan yang berarti kelengahan pada waktu mahal kita. Seperti yang bisa kita baca dalam: al-Mu’minun: 3, al-Furqon: 72,al-Qashash: 55.

Banyak masalah hidup ini yang solusi awalnya adalah pemaksaan terhadap jiwa. Sebagaimana kebaikan juga biasanya diawali dengan pemaksaan terhadap jiwa. Artinya, orang beriman adalah orang yang sangat mudah menyelesaikan masalah hidupnya dan orang yang benar-benar baik hidupnya.

Banyak kelengahan di sekitar kita. Kelengahan dari sisi waktu. Jam 12 malam tahun baru adalah salah satu contohnya. Kelengahan dari sisi tempat, perbuatan, perkataan, perasaan bahkan perhatian.

Banyak kelengahan. Saat itulah sangat utama,kalau kita mengisinya dengan ibadah.

 

Budi Ashari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN