Dari judul kesaksian kita kali ini, sudah dapat dibayangkan, betapa tersiksanya Vera. Seorang mahasiswi yang dikenal sebagai gadis yang enerjik dan aktif. Meski bukan aktif di kegiatan sekolah, tapi tempat Vera biasa menambah uang saku cukup memberikan gambaran seperti apa vitalitasnya selama ini.
Sebagai seorang gadis yang bekerja port time SPG (Sales Promotion Girl), Vera dituntut untuk selalu ceria dan bertindak cepat, tanggap dan lugas dalam melayani pengunjung yang mampir ke stant yang dijaganya. Masalahnya, semua keceriaan itu mendadak berubah, tak lama setelah ia bertemu dengan salah seorang sepupunya sendiri. Gadis itu bernama Rina. Usianya tidak berbeda jauh dari Vera. Seharusnya hal ini menambah keakraban di antara mereka. Karena mereka satu darah, satu tingkat usia. Satu strata pendidikan.
Toh sekian persamaan itu tidak banyak bernilai. Pertemuan mereka di ajang pameran justru membuka luka lama. Tanpa banyak cincong. Rina langsung menunjukkan ketidak senangannya terhadap Vera yang sedari dulu belum berubah. “Ih…, udah badannya kurus, mukanya makin kelihatan lonjong aja.”
Kita pun mudah menebak, ada apa di balik itu semua. Ada nuansa kedengkian yang berasal dari kebencian dan tidak senang bila ada orang lain yang mengunggulinya. Nuansa hati itu tidak lagi bisa dipungkiri tatkala tercermin dalam tindakan nyata.
Masalahnya, bagi Vera pertemuan itu berujung pada perubahan perilaku yang dialaminya. Dimulai dari mimpi yang menyeramkan, suka bengong di tempat kerja sehingga mendapat teguran dari atasan, adanya beban yang bergelayut di punggungnya, sampai pada kesurupan.
Dari sini, metamorfosis kehidupan Vera dimulai. la tidak lagi seenerjik dulu. Sepulang kuliah langsung ngeloyor pulang ke rumah. Bukan untuk membantu kegiatan orangtuanya, tapi lebih banyak mengisinya dengan tidur dan tidur. Pakaian pun dibiarkannya menumpuk begitu saja. Masalahnya semakin rumit, tatkala ia berubah menjadi seorang pemarah Apapun kata orangtuanya, selalu ditentangnya. Sungguh kasihan.
Mengapa semua itu terjadi? Jawabannya adalah keterlibatan jin dalam diri Vera. Hal itu telah diketahui sejak Vera datang ke Ki Tirto sepulang darı membeli tiket. Masalahnya, jin yang merasuk ke dalam tubuh Vera ternyata tidak hanya satu. Ada jin lain yang terus keluar masuk. Katanya, disuruh masuk kembali oleh orang yang mengirimnya setelah dikeluarkan pada terapi ruqyah.
Vera memang tidak berani menuduh saudara sepupunya. Tapi perang dingin di antara mereka menjadi sinyal yang kuat. Terlebih bila gangguan demi gangguan dialaminya tak lama setelah Rina datang ke rumahnya.
Dalam bedah kali ini, kita menyoroti satu hal. Kalau memang benar Rina yang melakukannya, maka semua itu bermula dari sifat dengki yang menghinggapinya. Hal ini tidaklah mengherankan. Karena kedengkian merupakan satu dari delapan pintu utama masuknya syetan ke dalam hati.
Dalam kitab Tazkiyatun Nufus, Said Hawa mengatakan yang dimaksud dengan kedengkian adalah mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki. Hal ini dalam beberapa keadaannya merupakan salah satu dosa besar.
Kedengkian merupakan penyakit yang memba hayakan kehidupan bermasyarakat. Bahkan bisa menghancurkan sebuah kaum bila penyakit ini tersebar luas di tengah masyarakat. Karena kehidupan tidak dapat ditegakkan di atas kedengkian. Seperti yang telah menimpa Kaum Madyan.
Karena itu dalam beberapa hadits, Rasulullah memperingatkan umatnya agar membuang jauh jauh sifat dengki sedini mungkin. Jangan biarkan dia menguasai kerajaan hati hingga menghancurkannya.
“Telah menyebar di kalangan kalian penyakit umat-umat sebelum kalian. Kedengkian dan kebencian, la adalah pencukur, saya tidak mengatakan pencukur rambut tetapi pencukur yang mencukur agama. Demi yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai, maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang hal yang dapat menetapkan hal itu bagi kalian; sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Tirmidzi).
Sebarkanlah salam. Hilangkan perasaan benci dan dengki kepada orang yang mendapat limpahan kenikmatan dari Allah . Karena dengan itulah seseorang bisa merasakan manisnya surga. Seperti yang disampaikan Rasulullah kepada para sahabat “Dari lorong ini sekarang muncul kepada kalian seorang dari penghuni surga”. Tak lama kemudian muncul seorang dari kalangan Anshar. la menyeka air wudhu dan jenggotnya dan menjinjing sandalnya. Tiga hari Rasulullah mengucapkan kalimat yang sama. Dan lagi-lagi orang Anshar itu yang lewat.
Abdullah bin Amr bin Ash penasaran. la pun ngin mengetahui apa rahasia yang mengantarkannya ke surga, la pun minta izin untuk bermalam di rumahnya. Tiga hari Abdullah bin Amr bin Ash mengamati ibadah orang Anshar tersebut. Tidak ada, yang istimewa. la tidak bangun untuk shalat malam. Baru setelah Abdullah bin Amr pamit pulang dan mengatakan alasannya bermalam di sana, orang Anshar itu menjawab, “Tidak ada apa-apa kecuali yang kamu lihat, hanya saja aku tidak punya rasa benci dan dengki kepada salah seorang kaum muslimin yang dikaruniai Allah kebaikan.
“Itulah yang membuatmu mencapai tingkatan itu dan itulah yang tidak mampu kami Lakukan,” kata Abdullah bin Amr bin Ash. Ketiadaan rasa benci dan dengki dalam hati itulah yang menyelamatkannya dari api neraka.
Sebaliknya. Iblis menjadi makhluk yang paling terkutuk di jagad ini justru karena dengki yang merasuk ke dalam hatinya. Hal ini terungkap dalam dialog antara Iblis dan Nabi Nuh seperti dikisahkan Ibnu Umar dan disebutkan dalam kitab Talbis Bilis karya Ibnul jauzi serta Imam al-Ghazali dalam kitabnya yang terkenal Ihya Ulumuddin: 2:43
“Ketika nabi Nuh naik ke dalam perahu, ia melihat seorang lelaki tua yang belum dikenalnya di dalam perahu. Nuh berkata, Mengapa kamu naik? Saya masuk karena ingin menggoda hati sahabat-sahabatmu, sehingga hati mereka bersamaku sedang badan mereka bersamamu. Kemudian Nabi Nuh berkata, Keluarlah wahai musuh Allah. Iblis menjawab, Ada lima hal yang dengannya aku akan menggelincirkan manusia. Aku akan menyebutkan tiga di antaranya dan dua yang lainnya tidak.”
Allah kemudian memberikan wahyu kepada nabi Nuh, bahwa Nabi Nuh tidak membutuhkan yang tiga hal itu. Mintalah dia menyampaikan sisanya yang dua.” Iblis menjawab. ‘Dengan dua hal itu aku akan menggelincirkan manusia. Dengki dan tamak. Dengan kedengkian aku dilaknat dan dijadikan sebagai syetan yang terkutuk. Dan dengan ketamakan, Nabi Adam diperkenankan menikmati seluruh isi surga maka saya ingin merebutnya karena itu aku dikeluarkan dari surga”.