“Iman Saya Sudah Melemah dan Nyaris Habis”

Saya terlahir dari keluarga  yang boleh dibilang berkecukupan dari sisi materi. Bapak saya berasal dari lingkungan pengusaha dodol (makanan khas Garut). Dan keluarga ibu pun jawara di kota Garut. Keluarga dari bapak dan ibu tidak terlalu kuat dari sisi agama. Dari sejak SD yang namanya shalat itu tidak mengerti.

Saya merasakan kurangnya pendidikan agama karena dari orangtua tidak mengajarkan agama secara serius. Pergaulan saya masih ke arah negatif. Saya bergaul dengan anak-anak yang rata-rata merokok, narkoba dan melakukan hal-hal yang bisa dikategorikan maksiat. Maka hal-hal yang berkaitan dengan shalat dan membaca al-Qur’an pun tidak terlalu saya pedulikan.

Ketika saya sakit pun masih belum bisa mendekatkan diri kepada Allah, Meski pengobatan medis dan alternatif belum ada pengaruhnya. Bahkan ibadah saya semakin kabur. Tidak jelas. Jarang shalat bahkan melakukan hal-hal yang terlarang. Hal itu terus berlanjut sampai saya kuliah.

Jikalau dalam sehari saya bisa melaksanakan shalat lima waktu, itu suatu prestasi yang besar dalam diri saya. Tapi dikala sekali saja tidak shalat, maka akibatnya bisa satu minggu, dua minggu bahkan berbulan-bulan saya tidak shalat. Saya tidak mengerti kenapa demikian. Kenapa saya tidak bisa seperti teman-teman saya yang baik, yang bisa melaksanakan shalat tiap waktu.

Saya pun bertanya kenapa orang-orang shalat juga masih melakukan maksiat. Kenapa orang-orang shalat juga masih berbuat yang tidak baik menurut agama. Sampai saya berumur 27 seperti sekarang akhirnya saya merasakan dalam diri saya sudah cukup perjalanan untuk mencari agama ini. Saya sudah tidak tahu lagi. Tidak ada jalan lagi untuk mencapai orang yang beragama.

Tapi di saat seperti itulah saya bisa merasakan belajar agama yang baik dan dimudahkan. Di saat detik-detik putus asa, saya masih mengharapkan masuk surga. Saya ingin menjadi muslim yang baik Tapi pada sisi lain, iman saya sudah melemah dan mau habis.

Dalam kondisi yang kritis itu saya dipertemukan dengan seorang teman kerja yang selalu menasehati saya bagaimana menjadi muslim yang baik. Akhirnya sedikit demi sedikit saya belajar agama kembali. Tapi itu pun tidak terlalu lama. Di kala saya sedang semangat-semangatnya belajar agama, dia pindah kerja ke tempat lain.

Saya semakin gelisah. Akhirnya setelah melewati perenungan yang panjang saya memutuskan untuk menikah. Saya ingin melaksanakan sunnah Rasulullah. Setelah menikah itulah banyak kemudahan-kemudahan yang saya dapatkan. Terutama ketika di saat saya tidak percaya lagi kepada dokter. Saya tidak percaya ke paranormal. Di situlah saya menemukan Majalah Ghoib.

Setelah saya baca ada kisah kesaksian yang membawa saya untuk ikut diruqyah. Mungkin inilah jalan satu-satunya saya bisa sembuh. Karena menurut Majalah Ghoib cara ini sesuai dengan syariat Islam. Akhirnya saya coba. Walau dengan agak putus asa mengikuti terapi ini.

Alhamdulillah sekali saya diruqyah, keinginan untuk shalat mulai saya rasakan sampai kini setelah delapan bulan berlalu, saya tidak pernah tinggalkan shalat. Bahkan seperti merongrong untuk terus shalat. Dan melakukan kebaikan.

Dari situlah saya terus mempelajari ilmu agama. Saya meninggalkan kemaksiatan. Saya dulu selalu membanggakan bahwa film-film barat lebih baik dari film-film Islam. Akhirnya saya buang. Koleksi film, VCD dan semua yang berbau dilarang oleh agama atau musik yang tidak sesuai syariat akhirnya saya bakar sambil membaca bismillah. Saya ganti semua dengan nasyid. Saya ganti dengan VCD ilmu pengetahuan. Saya membeli buku-buku Islam. Saya mulai membayar zakat.

Saya juga mulai mengajak istri saya untuk berjilbab. Alhamdulillah sekarang sudah berjilbab. Mudah-mudahan tetap istiqamah terus. Saya berusaha membimbing bapak untuk melakukan shalat. Saya bersujud sukur ketika melihat bapak sudah mulai melaksanakan shalat. Yang menjadi cita-cita saya sekarang bapak membaca al-Qur’an.
Oleh : Irwan (Karyawan)
Ghoib, Edisi No. 34 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN