Para calon pemimpin yang diharapkan menjadi teladan bagi rakyat, tidak memberikan contoh yang mulia. Dalam perebutan kursi, sebagian mereka ternyata juga menggunakan jasa para dukun dan paranormal. Seharusnya mereka menyadari pesan-pesan moral yang lurus.
Para caleg adalah wakil rakyat. Yang akan berbicara pada tingkatan tinggi. Tingkatan orang- orang intelek yang mempunyai ilmu akademis yang tinggi atau paling tidak pengalaman hidup yang bisa dijadikan sandaran memutuskan masalah dengan baik.
Mereka kini didesak oleh waktu dan saingan ketat antar partai dan antar caleg dalam partai itu sendiri. Saat seperti itu, seharusnya para caleg tetap dituntut untuk memutuskan dengan cerdas. Tidak berlaku di luar kewajaran. Mencari ikhtiar yang sebenarnya memalukan. Malu kalau dilihat oleh rakyat pendukungnya. Buktinya mereka yang pergi ke dukun atau paranormal selalu berusaha merahasiakan namanya. Dan pesan untuk merahasiakan itu pula yang dipesankan kepada para dukun, juru kunci dan paranormal yang mereka datangi. Agar tidak diekspos sehingga menurunkan citra mereka sebagai orang berpendidikan..
Sebenarnya hal ini cukuplah menjadi tolok ukur bagi mereka. Sesungguhnya dalam pesan Rasulullah ada kesimpulan untuk hal yang memalukan itu. Kesimpulan itu bernama dosa, “Dan dosa itu apa yang kamu sembunyikan dalam hati dan kamu tidak mau diketahui oleh masyarakat ramai.” Ya, seperti itulah keadaan dosa yang sebenarnya adalah aib yang akan mencoreng muka sendiri. Sebagian caleg yang meminta bantuan para dukun dan paranormal itu sebenarnya mengetahui kesalahan yang mereka lakukan dengan parameter perasaan tidak enak. Yang dibahasakan oleh Nabi, “Mintalah fatwa (keputusan) dari hatimu.” Hati yang masih bersih atau fitrah.
Kita bisa melihat sendiri Ki Joko Bodo yang entah bagaimana caranya baru saja mendapatkan gelar profesor dari salah satu universitas di Amerika itu, merahasiakan sampai pada masalah jurnlah caleg yang datang kepadanya. Maka lebih rahasia lagi, nama- nama para caleg yang mendatanginya plus asal partainya. Itu juga yang coba dilakukan oleh seorang caleg dari partai Golkar yang akhirnya mengakui ritual yang dilakukannya. Setelah dicecar pertanyaan oleh Majalah Ghoib, dia berkata, “Dari mana tahu banyak informasinya?”
Ada pula yang mencoba mengilmiahkan permasalahan yang terasa betul dipaksakan. Seperti berendam di dalam air sedalam leher pada tengah malam di puncak yang tentunya sangat dingin itu. Setengah berkilah hal itu katanya untuk mengembalikan kesegaran fisik. Bisa jadi benar. Tetapi lebih tepat kalau hal itu dilakukannya di siang hari. Dan mengapa pula harus ada ritual membaca wirid tertentu bahkan sambil menyelam, wirid itu harus terus dibaca. Ada juga yang sekedar berkilah untuk masalah minum air tertentu, “Ya, itu diminum bersama-sama.” Yang tidak bisa dielakkan lagi adalah masalah menelan pelor besi kecil (gotri).
Tentu yang ini tidak bisa diilmiahkan seperti berendam di air. Apakah menelan besi bisa membantu seseorang untuk mencapai tujuan khusus. Tentu tidak ada hubungannya.
Berjuanglah sesuai kapasitas
“Allah merahmati orang yang mengetahui kapasitas dirinya, begitulah pesan Nabi. Kasus inilah yang pernah dialami oleh Abu Dzar Al-Ghifari ketika meminta jabatan kepada Rasulullah. Rasul dengan tegas menolak permintaan Abu Dzar yang memang kepribadiannya tidak pas untuk memangku jabatan tersebut. Beliau mengatakan, “Tidak Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu itu lemah. Jabatan itu amanah, dan dihari qiyamat nanti bisa menyebabkan kehinaan dan penyesalan, kecuali yang memperolehnya dengan cara yang benar dan menunaikan tugas-tugasnya dengan baik.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain Rasulullah menjelaskan sebab tidak pasnya Abu Dzar menjadi pejabat beliau. “Karena jika ada dua orang yang berselisih kamu tidak bisa melerainya dan harta anak yatim. tidak terjaga di tanganmu.” Masalah harta anak yatim, bukan Abu Dzar melakukan tindak korupsi, tetapi dia mempunyai fatwa bahwa seseorang tidak layak menyimpan hartanya. Apa yang didapat hari ini, harus dihabiskan hari ini. Esok hari, Allah telah menyediakan rizki yang lain. Ini ijtihadnya, dan tentur membahayakan harta anak yatim yang belum tahu apa-apa sementara mereka mempunyai simpanan harta dari orangtuanya.
Keputusan Nabi itu tidak dibantah barang satu huruf pun oleh Abu Dzar. Sungguh sebuah kisah yang perlu direnungi oleh para caleg hari ini. Kita lah yang sesungguhnya tahu persis kemampuan kita.
Pada beberapa kasus kepemimpinan dalam Al-Qur’an disebutkan betul kelayakan sosok tersebut untuk menjadi pemimpin. Seperti kisah Thalut yang diamanahi menjadi panglima perang. Dia mempunyai kehebatan dalam masalah ilmu dan fisik. Sementara Nabi Yusuf ketika hendak memangku jabatan sebagai menteri perekonomian dan keuangan beliau mempunyai kelayakan sebagai orang yang pandai menjaga harta dan mempunyai ilmu.
Masyarakat sudah lelah dibohongi. Sehingga kalau seorang caleg merasa pernah tidak jujur, mengapa harus memaksakan diri untuk menjadi wakil rakyat yang pernah dibohonginya.
Kemudian untuk itu, digunakan berbagai cara guna meraih simpati rakyat kembali. Bermunculanlah kasus dari mulai ijazah palsu hingga perdukunan. Saat masyarakat mengetahuil terbongkarnya masalah ini, tentu ini adalah rapor merah buat para caleg.
Money politic yang tidak terpuji
Money Politic adalah permainan uang untuk membeli kursi dengan uang. Salah satu bentuk tindakan membeli kursi yang tidak benar adalah sebagaimana yang dilakukan sebagian caleg. Mereka mendatangi dukun dan paranormal dengan membayar mahar atau mas kawin jutaan rupiah. Agar mereka dibantu bisa menduduki kursi itu. Ada paranormal yang menawarkan hingga Rp 8.000.000,- untuk paket para calon pejabat. Belum lagi syarat-syarat lainnya. Belum lagi ketika dia tidak puas dengan satu dukun. Belum lagi saat dia harus mengeluarkan dana untuk menggalang masa dan membeli hati mereka.
Dari situlah masalah kronis bangsa ini muncul, Korupsi. Negara dipaksa menyediakan uang untuk mengganti uang yang telah mereka keluarkan selama kampanye. Kemudian negara mencekik rakyat guna menyediakan uang itu. Mata rantai syetan yang tidak putus.
Kesalahan terbesar para caleg dan pemimpin yang mendatangi paranormal aau dukun itu adalah keyakinannya bahwa ritual-ritual syirik itu merupakan sarana meminta pertolongan kepada Allah. Tidak. Itu tidak akan sampai kepada Allah, tapi kepada syetan. Adapun potongan do’a atau ayat-ayat Al- Qur’an hanyalah kamuflase untuk menutup-nutupi kemusyrikan di baliknya.
Sangat disayangkan, ketika pemilu ini kita kembali mendapatkan pemimpin yang mengorbankan rasio sehat dan aqidah yang benar serta lupa bahwa jabatan adalah amanah berat di mata Allah.