Isa dilahirkan di Baitu Lahm atau yang sering disebut dengan Bethlehem dekat Baitul Maqdis. Al-Qur’an telah mengabadikan proses kelahiran Isa, “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal kurma, ia berkata: “Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan dan minumlah dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.” (QS. Maryam: 23-26). Isa lahir pada hari Selasa tanggal 24 bulan Kanun Awwal atau sekitar 600 tahun sebelum lahirnya Nabi Muhammad.
Ketika Isa telah lahir, Maryam membawanya kembali ke tempat tinggalnya seraya menggendong Isa yang masih bayi. Ketika masyarakat menyaksikan Maryam menggendong bayi, mereka kaget dan terperangah dan muncul prasangka buruk dalam diri mereka. “Bagaimana la bisa punya anak, padahal belum menikah?” Keganjilan itu semakin terasa karena mereka sangat mengenal Maryam dan keluarga besarnya. Ayahnya seorang tokoh agama yang dihormati dan disegani, kerabatnya ada yang jadi Nabi dan Rasul (Zakaria). Sungguh merupakan fenomena yang kontras dan sulit diterima akal mereka.
Al-Qur’an menceritakan duka Maryam saat itu, “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun! (dipanggil seperti itu karena kesalihannya seperti nabi Harun) ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat, dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya, Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Isa menjawab: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 27-32).
Saat Isa berumur 8 hari, la dibawa ibunya ke Masjid untuk dikhitan dan resmi diberi nama Isa seperti yang dipesankan oleh Jibril. Dan pada zaman itu ada penguasa dzalim yang bernama Herodas, ia mendapat berita dari para dukun bahwa telah lahir seorang bayi yang akan berkuasa dan memimpin bangsa Yahudi, sehingga ia mengeluarkan perintah untuk membunuh setiap anak laki yang terlahir di Baitu Lahm. Lalu demi menyelamatkan Isa, Ibunya bersama anak pamannya yang bernama Yusuf an-Najari membawa Isa ke Mesir. Mereka bermukim di sana sampai Herudas meninggal. (Kitab Qashashul Anbiya: 386).
Ketika Isa berumur 30 tahun ia kembali ke tempat kelahirannya menemui Yahya bin Zakaria, Yahya memandikannya. Lalu datanglah Jibril kepadanya untuk menyampaikan wahyu dari Allah kepadanya, dan sejak saat itu Isa mulai diangkat sebagai Nabi dan Rasul untuk berdakwah kepada kaumnya. Para ulama tauhid berkata “Biasanya kenabian seseorang dimulai dari umur 40 tahunan, tapi isa putera Maryam kenabiannya dimulai pada umur 30 tahun. Dan dia diangkat ke langit sebelum berumur 40 tahun Allah berfirman untuk menjelaskan kenabian Isa, “Dan (Ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) (QS as-Shaf: 6)
Sejak diangkat oleh Allah sebagai Rasul, Isa giat dan tekun berdakwah kepada kaumnya Bani Israil untuk menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya serta tidak menyekutukan Nya. Dan dalam perjalanan dakwahnya, Nabi Isa dibekali oleh Allah dengan mukjizat sebagaimana rasul-rasul sebelumnya. Termasuk mukjizatnya adalah, berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian, membentuk dari tanah yang berupa burung lalu ditiup dan berubah menjadi burung beneran, menyembuhkan orang buta dan sakit sopak, mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup. semuanya dengan izin Allah (Lihat QS al Maidah 110)
Proses hamilnya Maryam yang aneh tidak bisa kita jadikan alasan untuk menganggap Isa sebagai anak Allah. Karena sebetulnya proses kejadian Adam dan Hawa lebih aneh lagi. Penciptaan Adam tidak melalu adanya pria dan wanita, begitu juga penciptaan Hawa hanya melalui adanya seorang pria yaitu Adam. (Lihat surat an Nisa 1). Allah berfirman, “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran. 59)
Begitu juga kita tidak bisa menjadikan keanehan Isa putera Maryam yang mampu berbicara saat masih bayi sebagai alasan untuk mentuhankannya. Karena masih ada bayi-bayi lain yang dijadikan Allah bisa berbicara. Seperti bayinya Masyithah di zaman Fir’aun dan bayi wanita yang mengaku dihamili oleh seorang hamba yang shalih pada kaum Bani Israil yang bernama Jural) (HR. Bukhari). Ibnu Abbas juga berkata: “Ada empat bayi yang bisa berbicara. Bayinya Masyithah binti Fir’aun, bayi yang menjadi saksi fitnah nabi Yusuf dari Zulaikhah, bayi wanita yang mengaku dihamili Juraij dan Isa bin Maryam (HR Ahmad)
Nabi Isa berlepas diri atas sikap orang-orang yang menuhankannya, karena sewaktu sebelum diangkat ke langit la tidak pernah menyerukan kaumnya untuk menyembah selain Allah. Simaklah dialog qur’ani sebagai berikut. “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (untuk mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu: Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau angkat aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS al-Maidah 116-118)
Jadi kesyirikan yang melibatkan Isa dan Ibunya adalah rekayasa manusia dan kebohongan mereka, bukan bagian dari ajaran risalah yang diajarkan Isa putera Maryam.
Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M