Islam Substansial

Kata ini bisa mempunyai dua sisi. Salah satu sisinya sangat berbahaya. Mereka yang tidak lagi shalat pun berdalih bahwa yang penting substansi shalatnya. Jika sudah didapat tidak perlu lagi shalat. Efek buruk kalimat ini juga ada pada pemikiran liberal sekuler yang sebenarnya sudah jelas menyuarakan suara siapa dan kepentingan apa. Jelas ini bukan dari Islam.

Yang dimaksud dengan kata itu di sini adalah inspirasi yang kita dapat dari sinetron Para Pencari Tuhan dan buku La Tahzan. Keduanya menyampaikan Islam tanpa banyak ayat dan hadits disampaikan secara verbal atau dituliskan. Tetapi rangkaian kalimatnya bersumber dari ayat dan hadits.

Bukan hanya inspirasi al-Qur’an dan hadits. Tetapi bahkan kata-katanya adalah kata-kata milik al-Qur’an dan hadits. Tetapi tidak dibacakan bahasa aslinya, sehingga orang merasa bahwa kalimat-kalimat baik itu murni kalimat dari penulisnya.

lni adalah seni. Seni menyampaikan yang tidak dikuasai oleh semua orang. Tetapi akan selalu ada orang yang mampu melakukannya.

Maka sebenamya perlu sebuah proyek besar pembahasaan yang lebih mudah dan lebih sesuai dengan bidang yang dibahas. Pembahasan Islam hingga lebih terasa dekat dengat masyararakat yang memang telah merasa jauh dari kitab sucinya.

Pesan-pesan moral perlu disampaikan dalam berbagai model, sarana dan pembahasaan. Dengan teknologi canggih hari ini, maka bahasa Islam pun harus bisa dibahasakan denganitu.

Ini adalah cara mendekatkan Islam kepada masyarakat. Masyarakat kita masih sulit bahkan untuk sekadar diajak shalat lima waktu di masjid. Apalagi duduk berlama-lama untuk membahas umat di masjid.

Jika dipaksakan kepada mereka langsung untuk ke masjid, apalagi jika dibatasi bahwa nilai-nilai kebaikan hanya ada di masjid, maka umat ini selamanya tidak akan kenal dengan agamanya. Maka nilai baik itu perlu dibawa keluar dari masjid ke tempat apapun. Seperti itu pula dalam pembahasaannya.

Umat ini juga tidak terbiasa mendengar al-Qur’an dan sabda Nabi. Mereka lebih percaya jika yang menyampaikan adalah seorang ilmuwan di bidang rertentu. Maka disinilah Islam harus bisa dibahasakan dan dihadirkan. Mereka akan tergiring pada nilai. Agar mendekat ke Islam terlebih dahulu.

Mendekat ke nilai yang ada dalam masjid dahulu. Selanjutnya, mereka akan sadar, mencari dan mendapati bahwa itu semua bersumber dari masjid, al-Qur’an dan hadits Nabi.

Seperti bahasa yang dipakai dalam La Tahzan, DR. Aidh memang seorang ahli hadits tetapi sekaligus juga seorang sastrawan. Maka ayat dan hadits yang dibalut dengan bahasa sastranya membuat orang tidak sadar bahwa dia sebenarnya sedang mendengarkan ajaran Islam.

Dalam satu paragraf, terkadang tidak terlihat bahasa asli ayat dan hadits. Tetapi sesungguhnya terdapat makna beberapa ayat dan hadits. Selain memang sisi tema yang menyentuh permasalahan besar masyarakat yaitu kesedihan.

Begitulah, perlu banyak orang hebat dalam Islam ini untuk menyampaikan Islam dengan indah. Hingga masyarakat bisa menerima dengan ridha dan tanpa terpaksa terhadap semua ajaran Islam, bahkan pada ajaran yang selama ini ditentangnya.

 

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah

Sumber : Majalah Ghoib Edisi 102/2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN