Aku ingin selalu bersamamu’, ungkapan manis yang sering terlontar dari sepasang remaja yang sedang memadu kasih. Dua sejoli yang sedang dirundung asmara. Dalam angan- angan mereka, rintangan apapun akan diterjang, bila menghambat cita-cita mereka. Inilah gambaran sebagian remaja di sekitar kita atau anak-anak sebaya mereka di seluruh dunia. Walau sebenarnya apa yang mereka lakukan ini bertentangan dengan agama selama mereka belum diikat dalam sebuah ikatan pernikahan resmi.
Bagi anda, sepasang suami istri, yang ingin selalu bersama sepanjang masa tidak perlu resah. Keinginan anda akan terpenuhi bila segala persyaratan yang dibutuhkan untuk mewujudkan keinginan anda terpenuhi. Ya, minimal persyaratan pertama sudah bisa terlewati setelah anda resmi mengikat diri dalam jalinan pernikahan yang sesuai syariat.
Selanjutnya anda berdua harus menjadi bagian dari sekian orang yang masuk surga. Karena di sinilah anda dapat mewujudkan keinginan ini. Ya, ketika seorang mukmin masuk surga dan istrinya adalah wanita shalihah maka keduanya akan dipersatukan kembali oleh Allah. Inilah janji-Nya. dalam Al-Qur’an. “Masuklah kamu ke dalam surga. Kamu dan istri-istri kamu digembirakan.” (QS. Az-Zukhruf: 70)
Di akhiratlah sepasang suami istri bisa mewujudkan keinginan mereka untuk selalu hidup bersama. Kebahagiaan yang telah mereka rintis selama di dunia dengan susah payah itu berbuah manis di akhirat. Saat di akhirat tidak ada lagi hambatan yang akan menghalangi kebersamaan mereka. Dan inilah buahnya, “Mereka dan istri. Istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.” (QS. Yaa Siin 56)
Itu bagi seorang wanita yang selama hidupnya hanya menikah sekali. Lalu bagaimanakah dengan wanita yang pernah menikah dua kali atau lebih? Dengan siapakah wanita shalihah itu akan berbagi bahagia?
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa seorang wanita shalihah yang menikah lebih dari sekali, maka dia akan hidup bersama dengan suaminya yang terakhir bila kesemua suaminya masuk surga. Itulah mengapa, dahulu Ummu Darda’ menolak pinangan Muawiyah bin Abu Sofyan. Dia lebih suka hidup menjanda selama di dunia, daripada nantinya berpisah dengan belahan jiwanya yang telah berbagi suka dan duka selama ini, Pahit getirnya kehidupan telah mereka lewati bersama Dan ia ingin meneruskan kebersamaan itu hingga di akhirat. Inilah komentarnya ketika menolak pinangan Muawiyah. “Aku mendengar Abu Darda berkata, “Rasulullah bersabda, “Perempuan berada pada suaminya yang terakhir,” atau bersabda, “Perempuan milik suaminya yang terakhir.”
Seorang suami juga bisa berpesan kepada istrinya seperti yang disampaikan Hudzaifah kepada istrinya, “Jika engkau mau menjadi istriku di surga, janganlah kawin sepeninggalku karena perempuan di surga milik suaminya yang terakhir di surga.” (HR. Baihaqi) Hadits ini dishahihkan Albani dalam silsilah hadits-hadis shahih.
Oleh sebab itu Allah mengharamkan istri-istri Rasulullah untuk menikah dengan orang lain sepeninggal Rasulullah. Karena mereka adalah istri-istri Rasulullah di akhirat.
Bila demikian halnya, maka mari ikat diri kalian dengan tali pernikahan yang kokoh, yan mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Agar kebahagiaan dan kebersamaan berlanjut hingga di surga..
Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/1425 H/ 2004 M