Bagaimana cara jin beribadah? Apakah sama dengan ibadah manusia?
(H. Junaidi, Cikopo, Banten)
Bismillah wal hamdulillah, ya… cara ibadah mereka sama dengan manusia, karena cara ibadah itu tauqifi atau telah ditentukan Allah dan disampaikan ke kita melalui Rasul-Nya. Kalau ingin ibadah kita diterima Allah, maka caranya harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah dan ikhlas dalam melakukannya. Nabi Muhammad Saw. diutus oleh Allah kepada manusia juga kepada komunitas jin, Allah berfirman, “Dan ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu (Muhammad) untuk mendengarkan al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya), lalu mereka berkata: diamlah kalian (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberikan peringatan.” (QS. al-Ahqaf: 29). Karena Rasul jin sama dengan Rasul manusia yaitu Rasulullah Muhammad, maka cara ibadah mereka- pun otomatis sama, kalau ada yang berlainan berarti ia telah menyimpang dari Syari’at Islam.
SURAT AL-JIN MELINDUNGI DARI JIN
Apakah membaca surat Al-Jin dapat melindungi diri dari gangguan jin?
(Hamba Allah, Tanggerang)
Bismillah wal hamdulillah, sesungguhnya semua ayat dan surat al-Qur’an kalau kita baca bisa melindungi diri kita dari gangguan jin, karena membaca al-Qur’an adalah dzikir. Termasuk membaca surat al-Jin. Tapi kita tidak boleh membacanya dengan cara dan ritual khusus, seperti puasa beberapa hari terlebih dahulu, mandi kembang, bacanya pada jam-jam khusus dengan jumlah bilangan tertentu. Atau hanya mengkhususkan diri baca surat al-Jin dan meninggalkan surat-surat yang lain. Bacalah seperti membaca surat-surat yang lain dan dengan adab yang wajar, seperti berwudhu telebih dahulu, menutup aurat, membacanya dengan tartil dan berusaha merenungi serta memahami makna bacaan lalu mengamalkan isinya.
SETIAP RUMAH ADA JINNYA
Apa benar, bahwa setiap rumah ada jinnya. Kalau penghuninya kafir, maka jinnya kafir. Kalau penghuninya muslim maka jinnya muslim?
(Hamba Allah, Tanjung Priok, Jakarta Utara)
Bismillah wal hamdulillah, memang setiap rumah ada jin yang tinggal di dalamnya. Ibnu Abid Dunya telah memberitahukan kepada kita hal tersebut dalam riwayat yang disampaikannya dari Yazid bin Yazid bin Jabir, dia berkata: “Di setiap rumah kaum muslimin ada jin yang tinggal di atapnya, bila makanan siang dihidangkan mereka turun dan bersantap siang dengan penghuni. Apabila makan malam dihidangkan, mereka juga turun dan bersantap malam dengan penghuni”. (Fathul bari: 6/345). Untuk mengusir keberadaan mereka bacalah dzikir dan do’a saat masuk rumah. Dan untuk menghindari keikutsertaan mereka dalam santapan makan, maka bacalah basmalah ketika hendak makan. Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang masuk rumahnya, lalu. menyebut nama Allah pada saat masuk dan pada saat makan, maka syetan berkata (kepada kawan- kawannya): tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam buat kalian…” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah). Adapun agama jin yang berada di rumah-rumah, tidak selalu sama dengan agama manusia yang menghuni rumah tersebut. Mungkin saja jin yang berada di rumah orang yang kafir itu agamanya muslim, atau sebaliknya jin yang tinggal dirumah orang muslim itu agamanya bukan Islam. walaupun ada juga jin yang muslim lebih suka tinggal di rumah orang muslim juga.
JIN DI RUMAH BISA DIUSIR?
Apakah jin yang ada di rumah itu bisa diusir?
(Hamba Allah, Pamulang)
Bismillah wal hamdulillah, jin pengganggu atau syetan yang ada di rumah bisa diusir, yaitu dengan membaca surat al-Baqarah dari awal sampai akhir. Sesuai sabda Rasulullah, “Sesungguhnya syetan akan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah). Atau dengan memperbanyak baca al-Qur’an di rumah serta mengerjakan shalat- shalat sunah di dalam rumah. Dan penting juga diketahui serta diamalkan saat masuk rumah, yaitu membaca doa saat memasuki rumah serta membaca bismillah ketika menutup pintu dan jendela rumah.
DZIKIR BERTEMU NABI MUHAMMAD
Ada majlis dzikir, yang tujuannya bertemu Nabi Muhammad, bolehkah dzikir semacam itu Ustadz?
(Nur Amatullah, Palembang)
Bismillah wal hamdulillah, dzikir adalah amalan yang punya banyak keutamaan, selama dzikir itu Sesuai dengan ketentuan syari’at. Tapi kalau ada dzikir yang tujuannya bertemu dengan Rasulullah, itu adalah tujuan yang menyimpang yang tidak pernah dilakukan oleh para tabi’in atau para shahabat, maka dari itu tidak boleh dilaksanakan. Dan aktifitas seperti itu sangat rawan untuk mengundang campur tangan syetan, yang bisa saja mengaku-ngaku sebagai roh Rasulullah, kemudian memberikan wejangan atau amalan-amalan yang mengandung bid’ah. Sementara orang yang dzikir tadi tidak merasa kalau dirinya telah dipermainkan dan disesatkan oleh syetan. Karena Rasulullah sendiri tidak akan muncul kembali untuk memberikan bimbingan atau ajaran-ajaran baru yang tidak tercantum dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Kalau kita ingin diakui sebagai umat Rasulullah yang sejati, maka ikutilah apa yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits, termasuk dalam berdzikir. Sebaiknya anda membaca juga rubrik kesaksian Majalah Ghoib edisi 12.
ADAB MENEMPATI RUMAH KOSONG
Ustadz, apakah ada adab Islam untuk memasuki/ menempati rumah kosong?
(Titin agustin, PT. Mattel Indonesia, Cibitung)
Bismillah wal hamdulillah, benar memang hal itu ada adabnya. Jangankan masuk rumah baru atau masuk rumah lama dan tempat-tempat tinggal lainnya, masuk WC saja dalam agama Islam ada adabnya. Adapun adab masuk rumah baru adalah membaca basmalah, serta berdoa: Allahumma inni as-aluka khairal maulaji wa khairal makhraji, bismillahi walajna wa bismillahi kharajna wa ‘alallahi rabbina tawakkalna. Artinya: Ya Allah sesungguhnya saya mohon kepada-Mu kebaikan waktu masuk dan waktu keluar, dengan nama Allah kami masuk, dan dengan nama Allah kami keluar dan kepada Allah kami bertawakkal (HR. Abu Daud). Dan jangan lupa memperbanyak doa: A’udzu bi kalimatillahit tammati min syarri ma khalaq, yang artinya: Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna (Al-Qur’an) dari kejahatan yang telah Dia ciptakan (HR. Muslim). Kalau rumah yang dimaksud kosongnya sudah lama, maka lebih baiknya dibacakan surat al-Baqarah. Wallahu a’lam.
Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M