
BENTUK JIMAT
Jimat yang membuat pemiliknya cepat berhasil dan sukses dalam setiap usahanya ini adalah asmak. Dengan model yang sangat sederhana sekali. Berupa selembar kain yang dibubuhi dengan tulisan’tulisan rajah di atasnya.
KESAKTIAN JIMAT
Sesuai dengan namanya, jimat dalam bentuk kain ini gunanya untuk mempercepat datangnya keberhasilan pada setiap usaha yang dilakukan penggunanya.
Tidak ada ritual khusus yang digunakan sebelum memakai jimat tersebut atau pada saat meruwatnya. Cukup mudah, hanya dengan melipat kian yang sudah ditulisi rajah itu dengan rapi kemudian dibawa dalam setiap melaksanakan usaha yang dimaksud. Dengan begitu, maka keberhasilan demi keberhasilan satu persatu akan menghampiri penggunanya.
Heeebohhh…!
BONGKAR JIMAT
Setiap lini kehidupan sepertinya sudah banyak “dijubeli” dengan praktek-praktek kesyirikan yang sudah tentu akan menghantarkan setiap otang yang terlibat di dalamnya memasuki gerbang neraka. Ingin kaya, ada jimatnya, Ingin pintar, ada jimatnya, Ingin wibawa, ada jimatnya. Ingin terkenal, ada jimatnya. Ingin keberhasilan dalam setiap usaha ada jimatnya. Ingin ini, itu dan lain sebagainya ada jimat yang ‘katanya’ akan selalu menyertai penggunanya untuk mencapai maksud yang dituju.
Mulai dari jlmat yang mewah sampai yang murah, bahkan murahan sekalipun ada. Mulai dari jimat yang luar biasa hingga yang sederhana juga sudah tersedia. Namun kita jangan terkecoh dengan bentuk maupun jenis jimat-jimat itu. Tapi lebih dari itu semua adalah hakekat dari efek penggunaannya.
Apalah arti sederhana kalau ujung-ujungnya neraka. Apalah arti murahan jika malah mengundang murka Tuhan. Jadi bukan pada bentuk barangnva, melainkan lebih pada indikasi yang kembalinya juga kepada penggunanya.
Kalau ada orang yang mendambakan keberhasilan, maka itu wajar dan sah-sah saja. setiap kita tentunya juga mengharapkan hal yang serupa. Namun menjadi tidak wajar kalau kita salah dalam menempuh jalannya. Mau hebat, pakai jimat, seperti itu yang tidak wajar.
Manusia dalam menggapai mimpi dan cita-citanya itu diantara ikhtiar, doa dan ketentuan yang sudah digariskan oleh Tuhan. Wilayah kita cuma dua yang pertama saja. Ikhtiar dan doa. Adapun yang terakhir itu adalah wewenang Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kita diperintah oleh Allah untuk berusaha, semaksimal mungkin, dan mengiringinya dengan doa. Baru setelah itu kitd bertawakkal kepada Allah untuk hasil dari usaha kita. Tidak ada jalan lain untuk merubah ketentuan dan takdir Allah selain dengan Doa. Bukan dengan jimat. Dan kita tidak bisa memperbolehkan pemakaian jimat ini atas nama ikhtiar. Karena pemakaian jimat itu sudah jela-jelas dilarang dalam syari’at agama lslam.
Manusia dicipta sebagai makhluk yang tergesa-gesa. Tergesa-gesa dalam menggapai mimpioi. Tergesa-gesa dalam menuai hasil. Tidak sabar dan enggan melewati proses yang itu sebenarnya telah menjadi sunnah kehidupan.
Jadinya adalah, mereka akan menggunakan cara, sejahat apapun, seburuk apapun, demi memenuhi apa yang diharapkannya. Jalan seperti ini biasanya ditempuh oleh mereka yang miskin iman dan tidak memiliki kedalaman pemahaman tentang ma’ rifatullah
Hidup yang semakin sulit, persaingan bisnis yang semakin ketat, problematika hidup yang kian menjepit, bisa saja mendorong seseorang untuk nekat menempuh jalan perdukunan. Tujuannya hanyalah satu, bagaimana biar sukses dan berhasil melewati itu semua, kalau perlu bisa menyingkirkan pesaing-pesaing bisnisnya.
Jalur belakang biasanya sering dijadikan altematif vang menarik bagi mereka yang tipis iman. Ingin ini, pergi ke dukun. Ingin itu, minta bantuan dukun. Semua problematika kehidupan dilarikan ke dukun untuk dicarikan solusi pemecahannya.
Ada satu hal yang perlu kita ingat, bahwasaya setiap perkara yang didapat melalui jalan yang diharamkan oleh Allah, meskipun bisa diraih namun efek keberkahan dari perkara tersebut tidak akan ada. Padahal yang terpenting bagi kita bukanlah banyaksedikitnya sesuatu yang didapat, atau berhasil tidaknya sebuah usaha, melainkan diridhai Allah atau tidak usaha yang kita tempuh dan berkah atau tidaknya hasil yang kita petik.
Kalau cara berpikir kita sudah seperti itu, maka jangankan menempuh jalur kesyirikkan sekedar niat untuk ke sana saja tidak ada. Sekali lagi, sah-sah saja kita mengharapkan keberhasilan itu, namun kita juga perlu tahu bahwa tugas kita hanyalah berikhtiar dengan maksimal dan berdoa dengan tulus. Masalah berhasil dan tidaknya itu kita tawakkalkan kepada Yang Maha Kuasa. Kita tidak perlu memaksa Allah agar mengabulkan harapan keberhasilan kita dengan jimat. Toh hal itu tidak mendatangkan keridhaan Allah tapi malah mengundang kemurkaanNya.
Al-iman bil ghoib edisi : 111/5/2009