Jimat Kecantika yang Menyengsarakan

Entah berapa banyak korban yang telah termakan oleh iklan dan bualan dukun. Dan kita yakin jumlah jimat yang telah diproduksi dukun yang berkolaborasi dengan syetan lebih banyak dan beragam. Satu orang saja terkadang memiliki dua, tiga jimat bahkan lebih. Pernah ada salah seorang pasien ruqyah menyerahkan jimat yang dikoleksinya sebanyak satu tas penuh. Bentuknya bermacam-macam, katanya khasiatnya juga beragam, yang dia dapatkan dari berbagai lapisan dukun yang tersebar di negeri ini. Salah satunya adalah Hafsari, dia telah terjerat jimat-jimat hasil produksi seorang dukun, jimat kewibawaan, kecantikan dan pengasihan, yang kebetulan dukun itu termasuk kerabat dekatnya. Dia telah menyerahkan empat macam jimat ke kami untuk dimusnahkan sebelum diruqyah. Dan alhamdulillah kamipun telah memusnahkannya.

Sudah sekian lama dia menjadi budak jimat. Dia harus ekstra hati-hati ngrumat jimat itu. Dia harus menjaga formulasi susunan jimatnya agar tidak berubah. Tidak lupa memasang jimat itu setiap hari dengan seksama agar terus bisa nempel di kulitnya dan tidak terkena air. Dan dia merasa berkewajiban untuk memandikan jimat andalannya setiap malam Jum’at Kliwon, atau memperbaharui kekuatannya setiap bulan. Semua ritual itu ditaatinya seratus persen agar ‘kesaktian’ jimatnya tidak luntur. Dia betul-betul telah menjadi budak syetan. Ketergantungannya kepada jimat membuatnya tersiksa dan menderita. Dan itulah bukti kebenaran sabda Rasulullah, “Barangsiapa yang memakai sesuatu (jimat), maka (perkaranya) akan diserahkan kepadanya”. (HR. Ahmad). Hafsari telah mengalaminya, saat dia kelupaan membawa jimatnya. Dia tidak percaya diri, hatinya ketar- ketir, bayangan kegagalan menyelimuti pikirannya, yang akhirnya kekhawatirannya betul-betul terbukti, nego bisnisnya gagal total.

Begitulah, ketergantungan terhadap sesuatu membuat seseorang menjadi hambanya. Allah dengan murka-Nya berlepas diri dari orang tersebut. Itulah arti dari hadits riwayat Ahmad di atas. Ketika Allah berlepas diri, maka kegagalan pemegang jimat tidak dapat dielakkan lagi. Kelemahannya muncul saat kepercayaan dirinya hilang. Padahal percaya diri adalah modal utama bagi seorang yang bekerja sebagai pelobi klien.

Kecantikan dan penampilan sering menentukan apakah lobi itu berhasil atau tidak. Bahkan hari ini, lobi-lobi dan tender-tender bisnis banyak digolkan di lapangan golf. Tentu dengan “bumbu” di lapangan itu. Dan siapa yang bumbunya paling sedap dialah yang akan memenangkan tender.

Untuk menambah kepercayaan diri plus menarik perhatian serta memenangkan tender sering kali seseorang memakai jimat kewibawaan dan kecantikan. Seperti kisah saudari kita Hafsari. Dia telah membuktikannya jimat kecantikan yang dia miliki. Bisnis besar dengan mudah gol dan para big bos terpukau dengan pesona yang memancar dari jimatnya.

Ini juga menunjukkan betapa jin telah merasuk ke berbagai sisi kehidupan orang yang lupa akan akhiratnya. Para big bos yang jauh dari Allah itu dengan mudah dipengaruhi oleh pemilik jimat. Karena mereka juga para pemakai jimat dalam bisnis-bisnis mereka. Mereka yang tergantung kepada syetan dengan mudah juga dikuasai oleh syetan yang ada di jimat kecantikan dan kewibawaan.

Tinggal siapa yang lebih kuat jinnya. Pertarungan terbuka antar jin telah terjadi. Karena Allah telah berlepas diri dari mereka semua. Siapa yang lebih kuat jin dan sesajennya, dialah yang memenangkan pertarungan. Dan dalam kaidah kerjasama dengan dunia jin, mereka yang semakin jauh dari Islam lah yang akan menang.

Tragedi bisnis yang dimulai dengan jin maka berakhir pula dengan jin. Berawal dengan kerugian berujung pula dengan kerugian. Kalau pun dia merasa untung dalam bisnisnya di dunia, tetapi kerugian di akhirat jelas telah menunggu.

Seperti halnya jimat yang lain, jimat kecantikan dalam bisnis juga akan berakhir sama dengan jimat yang lain. Ketidaktenangan di atas kedamaian semu, kegelisahan di atas kebahagiaan semu dan hidup yang selalu memunculkan lingkaran problem.

Jimat adalah benda mati yang tidak bisa mendengar jeritan kita, juga tidak bisa melindungi kita dari bencana atau membantu kita meraih kesuksesan. Kalau ternyata kita merasa jimat yang kita miliki bisa menolong dan melindungi, berarti mulai saat itulah kita berada dalam arus lingkaran syetan, kita dalam kungkungannya. Dan sejak detik itu pula kita menjadi budak syetan dan pemujanya, seperti yang pernah dialami saudari Hafsari. Maka berhati-hatilah, bisa saja orang yang selama ini dekat dengan kita, sangat perhatian dengan problematika yang kita hadapi, lalu memberikan solusi. Tapi ternyata solusinya menyimpang dan justru menjerumuskan kita, bukan menyelesaikan masalah, tapi malah memperburuk masalah. Sudah saatnya kita selektif atas informasi yang ada di sekitar kita dan tidak mudah percaya pada setiap sumber berita, walaupun dia bulek kita sendiri. Kalau memang tidak sesuai syari’at, kita harus berani menolaknya. 

Perjuangan meraih hidayah seperti yang dicontohkan Hafsari adalah teladan yang baik. Segala kemewahan dan keberhasilan hidup bukan patokan untuk kita melanjutkan jalan jika salah. Kita harus segera kembali ke tempat awal agar memulai hidup yang benar. Kita doakan semoga Hafsari tetap istiqomah dalam menapaki Syari’at Islam. Keyakinan kita adalah: Hanya Allah tempat kita bergantung.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 17 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN