BENTUK JIMAT
Jimat yang katanya bisa mengikat uang ini jenisnya adalah wafak. Dalam selembar kertas kecil itu ditulis angka-angka dalam kotak dan dikelilingi sebagian Asma Allah. Sedang di bagian luar kotak bertuliskan doa-doa yang sebagian lafadhnya tidak bisa dipahami namun berbahasa Arab.
Dari keterangan yang didapat, tulisan rajah itu diserat/tulis setelah si empunya menjalankan tirakat, dengan melakukan puasa selama tujuh hari. Adapun tinta yang digunakan buat menulis juga bukan tinta sembarangan, melainkan tinta yang sudah dicampur dengan minyak pewangi seperti jenis Misk dan Za’faron.
KESAKTIAN JIMAT
Jimat ini kecil, sederhana, tapi katanya memiliki keampuhan dan kegunaan yang luar biasa sekali. lVafak yang ditulis dengan tinta bercampur minyak Misk dan Za’faron ini diyakini mampu bisa membantu penggunanya agar tidak kehabisan uang selama hidupnya. Woow !
Bukan hanya bagi orang yang bergelimpangan duit saja, tapi bagi mereka yang lagi bokek pun juga bisa memakainya. Caranya mudah saja, jimat yang sudah ditirakati dengan puasa selama tujuh hari ini cukup disimpan di tempat uang saja. Bisa di dompet, di celengan, ataupun di tempat lain di mana pemakainya biasa meletakkan uangnya.
Bayangkan saja, penggunanya tidak akan kehabisan uang seumur hidupnyal! Benarkan begitu?
BONGKAR JIMAT
Duit… Semua orang butuh duit. Duit adalah salah satu simbol kekayaan seseorang. Artinya, semakin banyak duit yang ada di genggaman itu artinya seseorang itu semakin kaya. Dan tidak bisa dlpungkiri lagi, bahwa setiap manusia ingin agar dirinya menjadi kaya dalam hidupnya.
Diantara cara yang ditempuh oleh sebagian manusia untuk meraih kekayaan adalah dengan memakai bantuan syetan lewat media perdukunan. Dan cara yang disuguhkan oleh dukun pun juga beraneki ragam. Mulai dengan memuja makhluk halus tertentu, atau memeliharanya, atau bisa dengan cara sederhana seperti memakai wafak seperti yang kali ini sedang kita bicarakan.
Meskipun sederhana, tapi tetap saja itu adalah tindak kemusyrikan yang sangat potensial merusak akidah ummat Islam. Dan tidak jarang kita jumpai, bahwa pemakainya bukan hanya orang yang tak beragama atau mereka yang beragama selain lslam, tapi juga orang Islam yang lemah imannya kepada Allah. Tidak mungkin hal senista ini dilakukan oleh para ahli iman (orang mukmin). Iman mereka tipis, pemahaman mereka akan Islam juga dangkal, didukung lagi dengan tidak adanya kemauan diri untuk mendalami ajaran lslam. Jadinya ya begini, meskipun mengaku beragama Islam, tapi larangan-larangan yang keras sekalipun masih kerap diterjang tanpa mempedulikan rambu-rambu rpcupun akibatnya kelak di akhirat.
Padahal semua kita sudah sangat-sangat tahu, bahkan anak-anak yang masih duduk di bangku SD sekalipun juga mengerti, kalau kita ingin kaya itu dengan bekerja keras. Kalau ingin sukses itu dengan berusaha (berikhtiar) dan berdoa. Namun masih ada yang berkilah dengan menyatakan bahwa tindakannya pergi ke dukun, memakai jimat dan hal-hal lain yang berbau kesyirikan itu juga mereka sebut dengan sebuah langkah ikhtiar. Kalau pun itu juga dinamakan ikhtiar, maka artinya adalah ikhtiar (usaha) menuju neraka dan bukan ikhtiar (usaha) untuk mendapatkan keridhaan dari Allah Swt.
Hal selanjutnya yang perlu kita pahami dan perhatikan adalah hakekat dari kekayaan itu sendiri. Kaya jika kita telan bulat-bulat begitu saja akan menjadikan seseorang gila harta. Kaya jika kita pahami dengan pengertian salah maka akan mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan dan rambu-rambu agama.
Manusia akan diperbudak harta jika mendefinisikan kaya dengan banyaknya uang di genggaman. Seseorang akan tertutup mata hatinya jika menjadikan duit sebagai simbol kekayaan. Kalau sudah gila harta, kemudian tertutup mata hatinya, maka sudah barang tentu ia akan menghalalkan segala cara guna memenuhi keinginan hatinya.
Sebenarnya makna kaya itu lebih dekat dengan sikap hati yang menerima segala pemberian yang telah digariskan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Kalau seseorang itu belum memiliki hati yang menerima, maka pada hakekatnya dirinya bukanlah orang kaya, sekalipun hartanya melimpah.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta benda, tapi kaya itu adalah kaya hati. (Kitab Syarhul Bukhori, oleh Ibnul Bathtol)
Dalam riwayat Abu Hurairah ra lainnya, Rasulullah menawarkan lima kalimat kepada siapa yang mau mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Lalu Abu Hurairah menyanggupinya. Dan salah satu dari lima kalimat itu adalah: “Dan ridhalah dengan apa-apa yang telah dibagikan Allah untukmu, maka kamu akap menjadi manusia yang paling kaya. (Kitab Tuhfatul Ahwadzi, bab Zuhud).
Kaitannya dengan jimat di atas, ada hal lainnya yang perlu kita perhatikan, yaitu sarana di luar ikhtiar yang dipakai untuk mencari uang. Sebagai orang yang beriman, tentu kita mendahulukan ajaran Rasulullah Saw daripada wejangan para dukun yang mendapat bisikan dari syetan. Rasulullah Saw mengajarkan doa sedangkan dukun mengajarkan mantra.
Sudah sangat gamblang sekali mana diantara keduanya (doa dan mantra) yang paling manjur dan benar. Tentulah doa dari Rasulullah, lantaran beliau memang manusia yang memiliki hubungan khusus dengan Allah.
Sedangkan mantra yang diajarkan dan diberikan dukun dalam bentuk jimat-jimat itu tak lain hanyalah akal-akalan syetan belaka. Dan Allah sudah menjelaskan bahwa syetan itu musuh yang nyata bagi manusia, namun kenapa masih ada yang menjadikannya sebagai teman.
Akhirnya, ada kaedah sederhana yang itu sudah sangat jelas namun sering kita lupakan. Kaedah itu adalah, kalau kita ingin kaya maka kita harus bekerja keras. Kalau kita ingin uang yang kita miliki awet, maka kita harus berhemat dan rajin menabungnya, selain juga memperhatikan cara kita mendapatkannya mesti halal. Lantaran harta yang didapat dengan jalan haram itu tidak berkah. Dan itu semua harus tetap kita iringi dengan doa, yang dengannya akan menciptakan shilah (hubungan) kita dengan Allah Yang Maha Pemberi rizki.
Satu hal lagi yang perlu kita tegaskan, bahwa pergi ke dukun dan memakai jimat itu bukan bentuk ikhtiar. Kalau toh itu disebut ikhtiar, maka itu artinya kita berusaha mendekatkan diri dengan neraka, naudzubillah. Wallahu Alam.
Al-iman bil ghoib edisi: 108/4/;2008