Jin adalah mahkhluk Allah yang diciptakan dari api dan keberadaanya tidak terlihat oleh mata manusia, makanya ia dinamakan jin. Asal bahasa kata jin berarti sesuatu yang tersembunyi atau tertutup. Oleh sebab itu Allah berfirman, “Sesungguhnya ia dan pengikutpengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang karnu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27). Namun Allah memberinya kemampuan sehingga ia bisa menampakkan diri dan menyerupai sesuatu yang akhirnya bisa dilihat manusia. La bisa menyerupai rupa manusia atau hewan. Hanya saia ia tidak bisa menyerupai rupa Nabi Muhammad. Rasulullah bersabda, “.. .. Syetan tidak akan bisa menyerupaiku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Al-Qur’an telah mengabadikan penampakan jin ketika perang Badar akan berkecamuk dalam surat Al-Anfal ayat 48. lbnu Abbas berkata, “lblis telah menyerupai manusia sebagai sosok Suraqah bin Malik, pemuka Bani Mudlij. la datang ke tengah barisan tentara orang-orang musyrikin. La berkata kepada orang-orang musyrikin: ‘Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kalian pada hari ini, dan sesungguhnya saya adalah pelindung kalian. Ketika manusia telah berkumpul, Rasulullah mengambil segenggam debu, lalu beliau lemparkan ke arah orang-orang musyrikin, mereka pun lari tunggang langgang. Lalu Jibril menemui lblis. Waktu itu lblis sedang memegangi tangan salah seorang musyrik. Begitu melihat kedatangan Jibril, ia langsung melepaskan tangan orang musyrik tersebut dan kabur mengambil langkahseribu. Orang musyrik itu pun langsung meneriakinya: Wahai Suraqah, kamu tadi mengklaim diri sebagai pelindung kami? Iblis menjawab: “Sesungguhnya saya melihat apa yang kalian tidak bisa melihatnya, sesungguhnya saya takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” Itulah reaksi lblis saat melihat para malaikat.” (Tafsir lbnu Katsir: 2/317).
Makanya Syaikhul lslam lbnu Taimiyyah berkata, “Dan jin bisa menyerupai rupa manusia dan hewan. Mereka menyerupai ular dan kalajengking atau yang lainnya. Dan bisa juga menyerupai onta, sapi, kambing, kuda dan keledai serta menyerupai burung dan manusia.” (Risalatul Jin: 32).
Proses Jin Menampakkan diri
Tidak semua jin bisa merubah dirinya dari bentuknya semula ke bentuk yang lain lalu menampakkan diri ke manusia. Ada proses yang harus mereka lalui dan ada aktifitas yang harus mereka lakukan. Para ulama’ berbeda pendapat dalam mengemukakan proses perubahan diri jin agar bisa menampakkan diri kepada manusia.
1 . Melalui bacaan atau ritual
Al-Qadhi Abu Ya’la berkata, “Pada hakikatnya syetan tidak punya kemampuan untuk bisa merubah diri dari bentuk aslinya dan merubah rupa, hanya saja Allah mengajari mereka suatu kalimat (bacaan) atau gerakan apabila mereka melakukan hal itu, maka jin tersebut bisa merubah dirinya dari bentuknya semula. Sehingga penampakan diri ini bisa terjadi ketika mereka mengucapkan kalimat atau melakukan aktifitas tersebut, lalu Allah merubah bentuk mereka. Karena suatu yang mustahil bila syetan merubah dirinya sendiri ke bentuk yang lain, karena ia harus melebur bentuknya semula lalu merubah diri ke bentuk yang lain. Bila itu yang terjadi, maka ia akan mati dengan sendirinya . (Akamul Marjan: l9).
- Melalui ilmu sihir
Sementara itu ada ulama lain yangmenyatakan bahwa jin bisa berubah dari bentuknya semula ke bentuk yang lain karena menggunakan ilmu sihir. Pendapat ini berdasarkan riwayat yang berasal dari lbnu Abi Syaibah, “Ada orang yang bertanya kepada umar tentang jin yang menampakkan diri, Umar berkata: Sesungguhnya seseorang tidak akan bisa merubah bentuk asli sebagaimana Allah menciptakannya ke bentuk yang lain. Kalaupun terjadi (perubahan bentuk) itu berarti sihir. Jin mempunyai tukang-tukang sihir sebagaimana kalian (manusia). Apabila kalian melihat penampakan (jin), maka kumandangkanlah adzan.” (lbnu Hajar berkata: sanad riwayat ini shahih).
Dan Syekh Wahid Abdus Salam Bali (Penulis buku Wiqoyatul lnsan minal Jinni was Syaithon) condong ke pendapat yang kedua ini, karena pendapat pertama masih membutuhkan dalil. la juga berkata bahwa ada riwayat serupa dengan yang disampaikan oleh lbnu Abi Syaibah, yaitu riwayat yang berasal dari lbnu Abid Dunya dan sanadnya hasan. (Wiqayatul lnsan minal Jinni was Syaithon: 28).
Dengan cara apapun jin menampakkan diri, melaui bacaan dan gerakan atau dengan bantuan ilmu sihir, pada hakikatnya mereka tidak bisa melakukan perubahan bentuk dan penampakan tanpa izin Allah. Bacaan dan gerakan mereka adalah merupakan upaya, dan hasilnya bergantung kepada kehendak Allah. Begitu juga ilmu sihir, ilmu itu tidak akan berpengaruh atau berhasil jika tanpa izin dari Allah. Allah telah berfirman, “… Dan mereka itu (tukang sihir) tidak memberi madharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah …” (QS. Al-Baqarah: lO2).
Yang jelas, penampakan jin itu bukanlah takhayyul atau mengada-ada, karena kebenaran kejadiannya telah tercatat dalam al-Qur’an (surat Al-Anfal: 48) dan juga tercatat dalam hadits shahih dariAisyah, ia berkata, “Ketika Rasulullah shalat, datanglah syetan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya, membantingnya dan mencekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku,” (HR. Nasa’i). Memang jin bisa menampakkan diri.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 41/2