Karamah dan Sihir, Kemuliaan dan Kesesatan

 

 

Hasbi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang remaja ABG. Wajahnya pucat pasi, tatapan matanya sayu, fisiknya lemah sekali. Maklum, sudah hampir 40 hari dia berpuasa. Selama itu pula ia hanya mengkonsumsi beberapa suap nasi putih yang disusul dengan tegukan-tegukan air putih. Walaupun kondisinya tampak begitu memprihatinkan, Hasbi tetap bertahan dan tidak bosan-bosannya dia merapal wirid-wirid yang telah diijazahkan gurunya. Dia yakin sekali saat malam puasa ke-41 hari nanti dia akan bisa bertemu dengan Nabi Khidir. Saat itulah dia akan menerima karamah yang membuat dia mahir berbagai macam bahasa tanpa harus belajar atau kursus terlebih dahulu. Begitulah doktrin yang diterima gurunya.

Lain lagi dengan apa yang dilakukan Badri (bukan nama sebenarnya), dia adalah seorang buruh kasaran dan giat mena- bung. Hal itu ia lakukan usai membaca salah satu iklan di majalah mistis yang menawarkan sabuk Al-Karomah Walisongo seharga Rp. 300.000. Dan barangsiapa yang memiliki sabuk tersebut akan berubah menjadi sakti mandraguna. Dan orang yang ada di sekitarnya menyaksikan sendiri Badri dengan sabuk yang dibelinya tidak mempan terhadap senjata tajam, sehingga dia yakin benar apa yang dialaminya merupakan “karamah” dari Allah SWT melalui sabuk yang dengan susah payah dibelinya seorang “Syeikh”.

Masih banyak lagi orang-orang yang sibuk memburu karamah semisal Hasbi dan Badri  baik dengan cara nglakoni atau melakukan sendiri ritual-ritual khusus. Ada juga yang memilih jalan praktis dengan merogoh koceknya untuk membeli karamah tersebut. Apalagi zaman sekarang semakin banyak media cetak ataupun elektronik yang memuat dan menawarkan berbagai macam karamah dari berbagai macam aliran dan golongan. Ada yang berterus terang dalam iklannya mengatakan: “Ribuan jin dimanfaatkan untuk mempercepat proses keberhasilan anda”. Dan ada juga yang dikemas sedemikian apiknya untuk menghilangkan kesan muatan unsur kesyirikan dalam praktek yang mereka lakukan dengan mengatakan: “Aku tak percaya Nyi Roro Kidul bisa bantu manusia. Jin, syetan, dan iblis itu derajatnya rendah, mengapa dipercaya bisa bantu kita, emang udah edan semua. Aku tak percaya syetan, jin, dan iblis, tapi percaya majas. Karena tidak percaya majas sama dengan tidak percaya diri sendiri, majas penyampai doa tuntunan kesucian jiwa, yang membantu segala problem kita kepada Allah SWT.”

Benarkah apa yang dipelajari Hasbi dan apa yang dibeli Badri serta apa yang ditawarkan iklan media adalah betul-betul karamah yang ada dalam perspektif syariat Islam yang datangnya dari Allah SWT atau karamah (dalam tanda kutip tadi) hanyalah tipu muslihat syetan dan agen-agennya di bumi ini? Yang semuanya itu tidak lain hanyalah manifestasi dari berbagai macam bentuk ilmu sihir. Lalu bagaimana kita membedakan antara karomah yang asli dengan karomah jadi-jadian atau palsu? Untuk itulah mari perhatikan defenisi karamah dan sihir.

Menurut Imam Al-Jurjani dalam kitab At-Tarifat, karamah adalah munculnya kejadian yang luar biasa dari seseorang tanpa diiringi dengan pengakuan kenabian. Kalau kejadian tersebut tidak dibarengi dengan keimanan yang benar dan amal yang sholeh maka akan masuk dalam kategori istidroj (Pemberian kelebihan lantaran dosa). Dan kalau kelebihan karena kenabian maka disebut mujizat (hal: 184).

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Harus diperhatikan kondisi ruh orang yang melakukan hal yang kua luar biasa, jika dia berpegang nya teguh pada syariat Islam dan menjauhi berbagai kemaksiatan maka hal yang luar biasa yang dialaminya adalah karomah, tapi jika pelakunya tidak (komitmen tehadap da ajaran Islam) maka hal itu adalah sihir.” (Fathul Bari 10/223).

Sedangkan defenisi sihir adalah amal perbuatan yang dilakukan dengan mendekatkan diri kepada syetan dan dengan pertolongan darinya. Adapun ulama tafsir Fakhruddin Ar-Razi mendefenisikan sihir sebagai berikut: “Setiap perkara yang tersembunyi sebabnya dan dibayangkan tidak seperti aslinya, sehingga tidak ubahnya identik dengan penipuan.” (Al-Misbahul Munir:368).

Keberadaan tukang sihir dan syetan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Tukang sihir adalah agen-agen syetan di bumi ini sebagai instrumen pokok dalam misi penyesatan manusia, mereka tidak bisa bekerja dengan optimal dan maksimal tanpa bantuan syetan atau jin-jin jahat, bahkan mereka tidak bisa berbuat apa-apa dalam mendemonstrasikan suatu keajaiban tanpa campur tangan syetan. Keduanya merupakan “simbiosis mutualisme” dalam kesesatan.

Walaupun pada hakikatnya si tukang sihirlah sebagai obyek penderitanya. Maka tidak heran jika seorang ulama kharismatik Ibnul Qoyyim, salah seorang murid Ibnu Taimiyah mengatakan: “Sihir adalah persenyawaan dari berbagai pengaruh si ruh-ruh jahat dan interaksi kekuatan-kekuatan alam dengannya.” (Zadul Maad: 4/127).

Karomah dan sihir mempunyai keserupaan dari sisi keluarbiasaan yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Keduanya timbul dan nampak setelah pemiliknya melakukan ritualitas-ritualitas peribadatan dan penghambaan. Pemilik karomah beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT dan menjauhi larangan-laranganNya, sedangkan pemilik sihir beribadah dan mengabdi kepada syetan terlaknat dan suka melanggar larangan-larangan Allah dan menyekutukanNya. Semakin ingkar dan kufur si pemilik sihir kepada Allah SWT., maka semakin kuat dan dahsyat kekuatan sihirnya karena syetan semakin interes dan loyal kepadanya.

Karomah dan sihir eksistensinya tidak bisa kita ingkari. Al-Quran dan Al-Hadits menjelaskan keberadaan keduanya dalam kehidupan manusia. Di antaranya adalah firman Allah tentang seseorang yang hidup di zaman Nabi Sulaiman saat dia ingin memindahkan istana Ratu Balqis. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab (Taurat dan Zabur): “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” (An-Naml: 40). Di dalam Shahih Bukhari juga diriwayatkan bahwa seorang shahabat Rasulullah SAW telah mendapatkan karomah dari Allah SWT saat ia ditawan oleh musuh; Bintul Harits berkata: “Demi Allah, pada suatu hari aku mendapatinya makan segenggam buah anggur yang ada di tangannya, padahal tangannya terborgol besi, selain itu di Makkah juga tidak ada anggur.”

Al-Quran juga menegaskan adanya sihir, seperti firman Al- lah SWT: “Maka tatkala tukang- tukang sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: Lemparkanlah apa yang hendak kalian lemparkan. Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: Apa yang kalian lakukan itu adalah sihir, sesungguhnya Allah akan membatalkannya (menampakkan ketidakbenarannya). Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan (terus berlangsung) pekerjaan orang- orang yang membuat kerusakan (Yunus: 80-81). Allah SWT juga menjelaskan eksistensi sihir dalam surat Al-Falaq: 1-5.

Jadi, karamah dan sihir keduanya adalah kelebihan yang dimiliki oleh sebagian orang. Keduanya diakui keberadaannya dalam Islam. Tetapi terdapat jurang pemisah antara keduanya. Karena yang satu kemuliaan dan yang satu lagi kesesatan. Yang satu dari anugerah Allah dan yang lainnya bantuan syetan terlaknat. Maka berhati-hatilah mensikapi kelebihan di zaman mistis ini. Jangan-jangan bukan karamah, tetapi malah sihir.

 

 

Ghoib Edisi No. 11 Th 2/ 1424 H/2004 M, Hal 21

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN