Seorang pegawai asal Jawa Tengah akhirnya membulatkan tekadnya untuk mendatangi kantor Ghoib Ruqyah Syar’iyah (11/04). Ia menyerahkan dua buah jimat yang sudah sekitar tujuh tahun yang lalu dia dapat. Dirinva mengakui, bahwa dari dulu dia menyukai hal-hal yang berbau mistis.
Kesukaannya itu pun dia turuti dengan banyak menelaah wacana-wacana tentang kemistikan. Hingga pada akhimya, ia tertarik ingin mendapatkan sebuah jimat yang dimuat dalam iklan sebuah majalah dalam negeri. Saat itu ia masih duduk di bangku SMU. Dirinya mengaku, bahwasanya niat awal untuk mendapatkan jimat itu adalah agar dirinya lulus ketika mengikuti ujian-ujian di sekolahnya.
Karena, salah satu khasiat jimat tersebut adalah untuk menambah kecerdasan otak. Selang beberapa saat, ia tertarik dengan slogan tentang acara ritual, penggemblengan batin satu hari satu malam di daerah Sragen, ]awa Tengah.
Ketika itu peserta acara penggemblengan banyak sekali, ustadz. kenangnya. Setelah acara selesai, maka semua peserta tadi mendapatkan bingkisan jimat. Batu itu adalah bonus bagi kami, karena telah mengikuti acara penggemblengan batin, lanjutnya.
Ketika pindah ke Jakarta untuk melanjutkan belajarnya di perguruan tinggi, jimat-jimat itu masih digunakannya. Kebiasaannya mengkaji dunia mistis masih ia gemari. Diapun mengakui, sempat melirik majalah Ghoib (sebelum berganti nama menjadi Al-lman), tapi nggak berani untuk membacanya. Ia takut kalau khadamnya marah-marah. Kenapa mesti takut kepada barang-barang yang tidak mendatangkan manfaat maupun madharat?
Berawal dari sebuah kegelisahan hati ketika dirinya hendak berangkat pergi untuk bertugas ke luar jawa. Entah kenapa, beberapa hari sebelum berangkat, dia merasakan kurang nyaman seandainya membawa jimat-jimat itu ke luar jawa. Akhirnya dengan pertimbangan yang matang, ia memutuskan untuk menyerahkannya ke kantor Ghoib Ruqyah Syar’iyah.
Harapan saya, saya cuma ingin lebih tenang dan nggak kepikiran terus dengan hal-hal mistis, jelasnya ketika diwawancarai ulang pekan lalu. Dirinyapun juga merasakan adanya perubahan dalam semangatnya beribadah. Kalau dulu kadang masih berat dan ogah-ogahan ketika hendak melaksanakan shalat atau ibadah lainnya.
Tapi sekarang dirinya mengaku sudah banyak merasakan perkembangan, khususnya yang berkaitan dengan semangat dalam melaksanakan ibadah.
Majalah Al-Iman yang dulu sangar ditakutinya, untuk sekedar dibaca, ternyata kini telah menjadi sebuah inspirasi dan salah satu solusi penting dalam problematika akidahnya. Akan tetapi, itu hanyalah bagian dari asbab, karena hidayah itu tetap ada di tangan Allah. Ia menunjukkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan siapa pula yang Dia kehendaki.
BENTUK JIMAT
Pertama, sebuah kartu. Jimat itu mirip seperri kartu kredit atau kartu ATM, dari segi ukuran maupun bentuk. Di sana ada nama pemiliknya dan nomornya juga. Keduanya ditulis dengan huruf timbul. Selain itu, juga ada rajah yang ditulis dengan huruf arab. Ada juga tulisan ayat al-Quran yang susunannya diputus-putus. Tulisan ayat yang susunannya dirubah di dikelilingi dengan simbol-simbol.
Jimat yang kedua, batu kecil. Bentuknya kerucut. Warnanya belang-belang, paduan antara coklat kekuning-kuningan dan putih. Disimpan di dalam plastik klip kecil.
KESAKTIAN JIMAT
Jimat yang pertama memiliki beberapa kesaktian, meskipun yang sengaja diinginkan sang pemegang pada awalnya hanyalah untuk menambah kecerdasan saja. Diantara kesaktiannya adalah, meningkatkan kecerdasan, penyembuhan berbagai macam penyakit, menurunkan kadar nikotin dan kafein, serta kunci pembuka rizki. Tidak ada ritual khusus untuk memakai dan merawat jimat ini. Cara memakainya, sang pemegang cukup meniatkan apa yang di inginkan dari jimat tersebut.
Sedangkan jimat yang kedua, sebagaimana pengakuan sang pemegang adalah untuk memudahkan terwujudnya keinginan dan cita-cita. Sebelum menggunakannya, maka terlebih dahulu sang pemilik haruslah mengolesinya dengan minyak melati. Setelah itu, barulah ia membaca mantra-mantra khusus dan diakhiri dengan menyebutkan sesuatu yang dia inginkan.
BONGKAR JIMAT
Di tengah-tengah zaman yang penuh dengan persaingan seperti saat ini, maka seseorang bisa melakukan apa saja yang menurutnya bisa mengantarkannya pada apa-apa yang dicita-citakan. Semua orang punya mimpi, dan semuanya ingin mimpinya itu tercapai. Namun, akan sangat berbeda hasilnya manakala mimpi itu diwujudkan dengan melewati proses (yang terkadang memang melelahkan), dengan yang dicapai melalui jalan pintas alias meminta bantuan pada syetan.
Mereka yang menikmati proses mendaki tangga cita-cita tentulah sangat menikmati jerih payah yang telah dilakukannya. Selain itu juga keberkahan hasil yang didapat dari cita-cita itu akan dirasakan oleh mereka yang memang mencapainya dengan sebuah proses.
Kita tahu, yang namanya ilmu itu didapat dengan belajar yang tekun dan sungguh-sungguh, bukan dengan melamun sambil membaca mantra “Bim salabim abra kadabra lalu seseorang yang semula bodoh berubah menjadi cerdas. Waah, kalau begitu caranya, sekolah-sekolah bisa pada tutup, dan perdukunan jadi ramai, lantaran semua orang lebih memilih untuk menjadi pintar tanpa harus belajar.
Ya jelas tidak mungkin lah! Ilmu itu kan cahaya. Bagaimana mungkin cahaya dari Allah masuk ke dalam hati orang yang hatinya menyekutukan-Nya?
Sebenamya hidup itu sangat simpel saja. Tidak perlu harus berbuat yang neko-neko seperti itu. Kalau mau pintar, ya belajar. Kalau mau rizki lancar, ya bekerja. jika mau sehat, ya otomatis harus menjaganya dengan memakan makanan yang bergizi, berolah-raga secara teratur dan sebagainya. Kalau mau menggapai cita-cita, ya harus terbang menghampirinya dengan sayap-sayap usaha dan doa. Yang terakhir, kalau ingin tubuhnya terhindar dari nikotin dan kafein, maka jangan merokok dan meminum minuman yang berkafein. Mudah sekali to Gitu ajakok repot…
Satu hal penting yang perlu kita ingat, jangan mudah tergiur dengan tawaran syetan yang menjanjikan segala sesuatu dengan cepat. Pintar dengan cepat. Kaya dengan cepat. Terkenal dengan cepat. Dan lain sebagainya. Memang awalnya menggiurkan, tapi pada akhimya menjerumuskan. Ingat firman Allah dalam surat al-Baqarah; tentang salah satu karakteristik setan; ”setan menjanjikan kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji, sedangkan AIlah meryanjikan ampunan dan karunianya kepadamu. Dan AIIah Maha Luas (karunia-Nya), Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 268)