Chairul Umam (Sutradara Senior):
“Ramalan Tidak Perlu Diperhatikan”
Saya pernah diramal oleh seorang bencong (pemain figuran) saat lagi rehat shooting, dia memegangi tangan saya dan berusaha membaca garis tangan. Dia bilang “Nanti kamu bisa jadi orang top.” Kejadian itu pada tahun tujuh puluhan dan peran saya waktu itu masih sebagai pengisi suara. Itu dulu, dan saya pun tidak percaya. Sampai sekarang pun saya tetap begini-begini saja. Menurut saya orang yang suka mendatangi peramal untuk menanyakan nasibnya itu orang-orang yang tidak yakin dengan masa depan mereka atau orang yang putus asa. Padahal kebanyakan peramal- peramal itu hanya menyenangkan para konsumennya. Saya dulu juga sempat suka baca ramalan bintang-bintang (zodiak). Tapi sekadar iseng saja, tidak pernah mempercayainya. Karena merasa tidak ada faedahnya, ya saya tinggalkan. Saya khawatir jadi keterusan, seperti yang dialami sebagian orang yang merasa belum lengkap untuk mengambil langkah, kalau belum baca ramalan bintang. Sebaiknya orang-orang muslim tidak perlu memperhatikan ramalan-ramalan. Lakukan saja apa yang sudah direncanakan, dan jangan lupa dibarengi dengan doa dan tawakkal kepada Allah.
Marwan (Praktisi Media):
“Ramalan Menimbulkan Kegelisahan”
Dulu saya sempat juga mempercayai ramalan bintang (zodiak), tapi malah tidak bagus dampaknya. Muncul banyak kekhawatiran dan kegelisahan. Misalnya dalam ramalan itu disebutkan “Bulan depan akan terjadi preseden buruk pada diri Anda”. Saat memasuki bulan yang diramalkan, timbullah kekhawatiran dan was-was. Sebab sedikit banyaknya, kita tersugesti oleh ramalan yang telah kita baca. Sewaktu itu saya beranggapan semua orang juga melakukan hal yang sama, percaya terhadap ramalan. Akhirnya saya sadar, bahwa baca ramalan seperti itu tidak ada manfaatnya. Yang menentukan nasib kita kan Allah, bukan bintang-bintang tersebut. Jadi kenapa kita mempercayai hal-hal seperti itu. Peramalnya sendiri pun belum tentu lebih baik dari kita, kenapa kita harus percaya dan bergantung dengan ramalannya. Tinggalin dan cuekin saja mereka berikut ramalannya, niscaya mereka akan gulung tikar karena jualannya tidak laku.
Nungki (Mahasiswi S2):
“Ramalan Menimbulkan Nestapa”
Ramalan itu menimbulkan nestapa. Saya pernah diramal oleh seorang peramal yang menggunakan rokok sebagai mediatornya. Kebetulan waktu itu ada keluarga saya yang sakit. Saat saya menjenguknya ketemu teman bersama seorang peramal. Saya iseng tanya seputar jodoh. Dia meramal bahwa jodoh saya sudah dekat, tahun depan katanya. Padahal ramalannya itu pada tahun 2001, kalau ramalan peramal itu benar berarti sekarang saya sudah ketemu jodoh saya. Tapi kenyataannya tidak begitu, padahal waktu itu saya ingin sekali hal itu betul-betul terwujud. Dia juga meramal bahwa saya akan kerja pada bulan depan. Dan ternyata betul, bulan depan saya dapat kerja. Saya sempat juga sih menjalin hubungan dengan seorang laki-laki, saya kira apa yang dikatakan peramal itu akan terbukti lagi. Tapi ternyata tak berapa lama dari perkenalan, hubungan kami bubar, sakit rasanya. Sejak itu timbul pada diri saya antipati terhadap ramalan. Dan saya baru tahu kalau minta diramal itu nggak boleh, saya baru dengar kalau ada hadits yang menyatakan shalat orang yang minta diramal itu tidak diterima selama 40 hari. Maka dari itu, kalau sekarang ada yang mencoba meramal saya lagi, dengan tegas saya katakan sorry ya…!
Dra. Hj. Elsye (Guru SMK):
“Saya Pernah Percaya Ramalan”
Saya kalau ditanya tentang ramal-meramal, saya merasa berdosa (sambil menangis, red) mungkin karena kebodohon saya dan orangtua yang minim pengetahuan agama. Sampai sekarang saya selalu berdoa kepada Allah, minta ampun untuk orangtua dan diri saya. Waktu itu saya tidak tahu kalau ramalan itu dilarang syari’at, sekarang kalau ingat saya merasa berdosa sekali. Karena saya pernah diajak teman ke seorang peramal Cina non muslim. Yaitu sewaktu saya masih kuliah, saya diputus oleh pacar. Saya sempat putus asa, karena kebaikan yang saya lakukan dibalas dengan kejahatan. Ketika saya dapat pacar baru, seorang peramal yang saya datangi mengatakan, “Kamu nanti sama dia cocok-cocok saja, tapi antara kalian nanti akan terjadi pertentangan dan perbedaan pendapat.” Waktu itu saya yakin terhadap apa yang diramalkan. Memang benar, akhirnya saya menikah dengan dia yang sampai sekarang jadi suami saya. Tapi ramalan itu ternyata melenceng dan bohong adanya dan tidak sesuai dengan realitanya, karena alhamdulillah sampai sekarang keluarga saya harmonis, tidak ada permasalahan yang besar dan berarti seperti yang diramalkan. Apalagi yang namanya ramalan bintang (zodiak). Dulu saya sangat percaya, sehingga tidak berani bertindak kecuali sesuai dengan yang tertulis di ramalan bintang tersebut. Tapi itu semua sudah berakhir, alhamdulillah sekarang saya tidak terpengaruh lagi. Saya sudah kapok dan bertaubat, dan tidak akan mengulangi kebodohan tersebut. Sekarang saya terus mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah untuk menebus kesalahan-kesalahan lama.
Warisa (Pedagang Gorengan):
“Saya Tidak Percaya Sama Ramalan”
Saya sudah cukup lama dagang gorengan, dan alhamdulillah hasilnya cukup lumayan. Padahal saya tidak pakai dukun lho mas…. Selama ini banyak juga sih teman yang ngajak saya untuk mendatangi dukun agar dagangan saya laris. Tapi saya tidak tertarik. Begitu juga dengan ramalan-ramalan. Saya pernah tanya kakek saat gonto-ganti pekerjaan, saya tanya tentang dagangan apa yang cocok buat saya. Kakek saya bilang, “Dagangan apa saja boleh asal halal, dan jangan lupa untuk memperbanyak doa. Jaga shalat lima waktu, dan shalat tahajjud jangan ditinggalkan.” Dan itu saja yang selama ini saya lakukan. Pernah ada teman saya yang baru pulang dari Aceh. Dia melihat garis tangan saya, katanya saya orangnya banyak rizkinya dan tidak boros. Tapi saya tidak percaya itu. Mungkin karena ilmu agama saya minim, kadang- kadang ketika melihat orang yang diramal lalu terbukti, saya suka bimbang. Percaya nggak percaya gitu mas…. Maka dari itu saya ingin lebih banyak belajar agama, agar keyakinan menjadi kokoh dan tidak gampang goyah..
Zubaidah (Ibu Rumah Tangga):
“Ramalan Malah Bikin Uring-Uringan”
Saya tidak percaya dengan ramalan-ramalan yang ada, bahkan kalau dengar ada yang melakukan ramalan, hati ini spontan menolak dan mengingkarinya. Orangtua saya sangat disiplin dalam pendidikan agama, saya juga sempat belajar di pesantren, alhamdulillah. Memang terkadang saya iseng, baca- baca ramalan bintang di koran atau majalah. Tapi saya tidak percaya sama sekali. Soalnya baca begituan itu bikin uring- uringan saja. Kalau ramalan yang tertulis bagus, tapi tidak terbukti kan nggondok juga. Dan sebaliknya, kalau ramalannya tidak bagus kan jadi kepikiran. Pokoknya bikin pusing deh. Banyak madharatnya dari pada manfaatnya. Apalagi sekarang kan banyak sekali ramalan-ramalan yang ada, bejibun seperti sengaja dilestarikan. Terkadang timbul rasa khawatir juga, jangan-jangan syetan menyelinap dan mengganggu pikiran, akhirnya jadi percaya ke mereka. Apalagi kalau kita lagi kepepet atau terkena masalah dan musibah, tidak mustahil kita tergiur juga, karena syetan akan mudah memanfaatkan waktu genting itu untuk menggelincirkan aqidah kita.
Ghoib, Edisi No. 31 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M