يَا ثَابِتُ، أَلا تَرْضَى أَنْ تَعِيْشَ حَمِيْدًا وَتُقْتَلَ شَهِيدًا وَتَدْخُلَ الْجَنَّةَ (رواه البيهقي)
“Wahai Tsabit, tidaklah dirimu suka apabila engkau akan hidup terhormat, dan terbunuh sebagai syahid serta masuk surga.”
TINGKATAN HADITS
Hadits ini berstatus shahih, sebagaimana dishahihkan oleh Al Hakim dan Adz Dzahabi. Dan keshahihannya itu dikuatkan pula oleh adanya asal hadits di dalam kitab Shahih Bukhari, melalui riwayat Anas bin Malik yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitad At Tafsir, 49, surat al Hujurat, bab ‘janganlah kalian meninggikan suara- suara kalian’ (8; 590).
Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab Dalaail an Nubuwwah, dimana ia berkata; telah meriwayatkan kepada kami Abu ‘Abdullah al-Hafizh; telah meriwayatkan kepada kami Muhammad Ibn ‘lsa ‘Aththar di kota Marwa; telah meriwayatkan kepada kami ‘Abdaan bin Muhammad al-Hafizh; telah meriwayatkan kepada kami al-Fadhal bin Sahal al-Baghdadi, yang lebih populer dengan sebutan al-A’raj; telah meriwayatkan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’ad; telah meriwayatkan kepada kami ayahku dari Ibn Syihah; telah meriwayatkan kepada kami Isma’il bin Muhammad bin Tsabit al-Anshari dari ayahnya, bahwa Tsabit berkata;”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sangat khawatir bakal celaka.” Rasulullah bertanya: “Apa yang menyebabkan engkau celaka?” la menjawab: “Allah telah melarang kami menyukai pujian terhadap sesuatu yang tidak kami kerjakan, padahal aku mendapatkan diriku menyukai hal itu. Juga, Dia (Allah) melarang kami bersikap arogan, padahal aku mendapatkan diriku menyukai keindahan. Dia (Allah) juga melarang kami meninggikan suara di atas suaramu, sedangkan aku adalah orang yang amat nyaring suaranya. “Kemudian Rasulullah pun menjawab dengan kembali bertanya, seperti dalam hadits yang tertulis di atas. la mengatakan: “Benar, wahai Rasulullah.” Ternyata memang benar, bahwa Tsabit hidup dalam keadaan terhormat dan mati sebagai syahid, yang gugur pada saat berperang melawan Musailamah al- Kadzdzab.
KENYATAAN DARI YANG DINUBUWWATKAN