Sebelum manusia berpikir untuk menciptakan kapal terbang, Allah telah memberikan contoh di angkasa luas berupa makhluk-Nya yang bernama burung. Burung yang bisa kita saksikan sehari-hari itu, mampu mengitari udara di atas kita. Seperti sedang bermain-main di awan, burung mengepak-ngepakkan sayapnya. Barulah setelah Allah membukakan ilmu pembuatan pesawat terbang, manusia mampu membuatnya dengan desain mirip burung.
Maha Suci Allah yang telah mendesain sayap burung untuk terbang. Bentuk sayapnya meruncing dan melengkung, mempunyai tepi depan yang tebal dan tumpul serta tepi belakang yang menyempit seperti mata pisau. Seperti inilah sayap pesawat terbang didesain hingga bisa terbang seperti burung. Bentuk seperti itu jelas tidak hanya asal dipasang tanpa tuiuan. Sayap dengan model seperti itu berguna untuk mengatasi hambatan udara yang harus diterjang oleh burung. Bentuk sayap meruncing itu tepat sekali. Seperti kalau berenang di air, kita harus melawan hambatan air supaya bisa berenang maju.
Sementara untuk melawan gravitasi bumi, burung menciptakan daya angkat mengandalkan bentuk sayapnya yang melengkung itu. Bentuk melengkung menghasilkan permukaan atas lebih cembung dan permukaan bawah sedikit cekung atau malah rata sama sekali. Akibatnya, angin yang melewati tepi utama sayap serta permukaan atas mengalir lebih cepat daripada angin yang melewati permukaan bawah sayap.
Perbedaan kecepatan angin di bawah dan di atas sayap itu menghasilkan perbedaan tekanan udara. Tekanan udara pada permukaan atas lebih kecil sehingga terjadi aliran udara dari bawah permukaan ke atas permukaan sayap. Ini sesuai dengan hukum fisika yang menyatakan, angin bertekanan udara tinggi selalu mengalir ke tempat yang bertekanan udara lebih rendah. Itulah yang menyebabkan burung mempunyai daya angkat melawan gravitasi bumi.
Sedangkan jika burung ingin mendaratkan tubuhnya, dia mengurangi kecepatan dengan menutup sayap dan ekornya kemudian mempersiapkan kakinya bak roda pesawat yang siap menjejak landasan.
Begitulah teori ilmiah bagaimana burung bisa terbang. Dan kita saksikan indah berputar-putar di angkasa.
Tetapi, dalam Islam, burung tidak sekadar dilihat sebagai sesosok mahkluk yang begitu saja. Ia adalah makhluk Allah, yang beriman, dan tunduk patuh pada ketetapan-ketetapan Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah memberitahukan hakekat di balik semua teori tersebut. Di mana burung terbang bukan saja karena sayap. Tetapi burung bisa bertahan di udara dan dan tidak jatuh karena kehendak Allah dan kekuasaan-Nya. Allah berkenan menahan nya agar tidak jatuh.
Setelah Allah berfirman tentang bumi yang telah dihamparkan dan dimudahkan untuk manusia. Allah berfirman tentang burung. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk: 19).
Dalam tafsirnya lmam Qurthubi menjelaskan ayat tersebut, “Sebagaimana Allah telah memudahkan bumi untuk manusia, Dia menghamparkan udara untuk burung. Burung itu membuka sayapnya di udara ketika terbang dan menutupkan sayapnya jika hendak berhenti dari terbang. Tidak ada yang menahan burung (tetapdi udara) ketika dia terbang kecuali Allah. Sesungguhnya Dia atas segala sesuatu Maha melihat.”
Lebih tegas lagi, lmam lbnu Katsir berkata, “Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk melihat burung yang berada di antara langit dan bumi, bagaimana Allah menjadikannya bisa terbang dengan dua sayapnya. Tidaklah ada yang menahannya (hingga tidak jatuh) kecuali Allah dengan segala keuasaan-Nya dengan memberikan kekuatan kepada sayap dan memudahkan udara agar burung bisa tetap bertahan terbang di udara.”
Hari ini, berbagai macam jenis pesawat canggih telah ‘bersaing’ terbang dengan burung di angkasa. Dari pesawat pengangkut manusia dan barang hingga pesawat tempur. Dengan semua teknologi canggih itu, masih banyak pesawat yang jatuh. Baik diketahui sebabnya seperti kerusakan pada mesin, atau tidak bisa terdeteksi.
Ini semakin menunjukkan bahwa keberadaan benda-benda yang terbang di angkasa baik itu burung, pesawat ataupun yang lainnya, adalah merupakan kehendak Allah yang menahan benda-benda itu agar tidak jatuh ke bumi. Maha Besar Allah.
Lebih dari itu, bila bagi orang awam burung tak lebih hanya makhluk kecil yang bisa terbang, bagi seorang mukmin yang beriman kepada Allah, burung adalah makhluk yang beriman pula, yang taat melakukan sembahyangnya. lni benar-benar salah satu kegaiban dam yang ada di sekitar kita. Sesuatu yang seringkali tldak diperhatikan oleh kebanyakan orang.
Perhatikanlah, bagaimana Allah dengan jelas menegaskan, burung-burung itu beribadah dan bertasbih kepada Allah, dengan caranya sendiri. Allah SWT. berfirman, “Tidakkah kamu tahu bahwasannya AIIah kepada-Nya bertasbih apa yang di Iangit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nuur: 41).
Jadi, burung yang tengah mengepakkan sayapnya itu sesungguhnya tengah bertasbih kepada Allah SWT. Para ahli tafsir menjelaskan, bahwa yang dimaksud mengetahui cara sembahyang, ialah bahwa masing-masing makhluk mengetahui cara shalat dan tasbih kepada Allah dengan ilham dari Allah SWT.
Di masa Nabi Daud, bahkan dengan tegas dijelaskan di dalam Al-Qur’an, Allah menyuruh burung-burung itu untuk terus-menerus bertasbih bersama Nabi Daud. Allah SWT. berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud.” (QS. Saba’: 10).
Hal ini juga ditegaskan kembali pada ayat yang lainnya. “Maka kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka teloh Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud …” (QS. Al-Anbiya’: 79).
Jadi, seekor burung, sesungguhnya menyimpan kenyataan ghaib, kenyataan bahwa mereka makhluk beriman, yang taat, terus menerus bertasbih. Setiap kali berterbang ia bertasbih. Alangkah sedihnya, bila manusia tidak terbuka hatinya oleh kenyataan di sekitarnya. Tidak tergugah oleh pesan-pesan kegaiban, yang berguna untuk meningkatkan iman, dari makhluk-makhluk yang sehari-hari berkeliaran di sekitar kita.
Seharusnya, kita malu dengan burung-burung yang shalih itu. Mereka tidak saja menjadi inspirasi lahirnya teknologi, tapi juga telah menyontohkan, bagaimana menjadi makhluk yang taat, shalih, bersembahyang menghadap Allah dengan cara yang telah diajarkan.
Seekor burung, benar-benar menyimpan keghaiban dan keimanan. Adakah kita berpikir?
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah