Sering kita jumpai. Ketika seseorang memberikan sesuatu pada saudaranya dia katakan, “Jangan lihat harganya tetapi lihatlah nilai di balik itu.”
Nilai yang dimaksud tentu banyak. Bisa persaudaraan, bisa pertemanan dan seterusnya. Dan semoga juga bermakna keberkahan.
Angka itu penting. Tetapi jauh lebih penting adalah nilai di balik angka. Karena angka yang lebih kecil tetapi diberikan saat orang terdesak dengan urusannya, jauh lebih berkesan dan berharga dibandingkan angka yang lebih besar tetapi diberikan saat dia sedang lapang.
Itulah mengapa, meminjamkan sesuatu kepada orang lain sekecil apapun bernilai kebaikan. Bisa jadi benda itu menjadi tidak berharga pada saat yang lain bagi orang yang dipinjami. Tetapi sangat berharga saat dia memerlukan dan menerima bantuan tersebut.
Begitulah gambaran sederhana tentang pentingnya nilai di balik angka. Keberkahan adalah nilai yang seharusnya dikejar betul oleh setiap muslim. Dalam segala aktifitas hidupnya. Dalam setiap usahanya. Dalam setiap permulaannya dan dalam setiap prediksi akhirnya.
Lihatlah yang diminta Nabi saat memasuki untuk pertama kalinya kota Madinah. Kota yang akan beliau tinggali sampai mati. Kota tempat perjuangan Islam. Kota asal pancaran cahaya keimanan hingga ke seluruh pelosok bumi. “Ya Allah berkahilah kota kami ini, Berkahilah bagi kami sha’ (nama ukuran timbang) nya. Berkahilah bagi kami mud (satu mud sama dengan seperempat sha’) nya. Dan jadikanlah bersama satu keberkahan ada dua keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengawali tempat tinggal dengan keberkahan. Dan hasilnya, keberkahan kota Madinah masih sangat dirasakan hingga hari ini. Keberkahan yang menghasilkan kenyamanan, keamanan, kecukupan, ketentraman, kedamaian dan segala kebaikan.
Keberkahan juga menjadi perhatian saat mengawali hari. Sebagaimana yang disebutkan nabi dalam doanya untuk umatnya. “Ya Allah berkahilah umat (yang memulai) pada pagi hari.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Mengawali waktu dengan keberkahan. Agar setiap detiknya bermakna ibadah. Menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi kita dan orang di sekitar kita. Agar hari ini berakhir dengan kebaikan, kedamaian, kecukupan dan seterusnya.
Demikian juga saat kita menyambut dengan gembira saudara kita yang mengawali hidup berumah rangga. Kita doakan dengan keberkahan pula. “Semoga Allah memberkahimu dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” (HR. Tirmidzi, Baihaqi dan Hakim)
Mengawali harı baru dengan tanggung jawab besar yang baru tidaklah mudah. Keberkahan adalah kunci dari kesuksesan dalam mengemban tanggung jawab tersebut. Bahkan doa tersebut menggantikan ucapan selamat ala jahiliyyah, “Semoga rukun selalu dan cepat punya anak” Padahal rukun dan punya keturunan adalah sebagian kunci kebahagiaan. Tetapi berumah tangga bukan hanya masalah rukun dan anak. Itulah sebabnya keberkahan adalah doanya. Karena keberkahanlah yang akan mengawali semua kebaikan dalam rumah tangga.
Memulai dengan keberkahan. Menjalani dengan ketentraman. Mengakhiri dengan kebaikan.
Karena keberkahan itu membuat hidup ini semakin indah.
Yang membuat sedikit, menjadi cukup. Dan membuat banyak, tidak mencelakakan.
Yang membuat hujan menjadi kesejukan dan menumbuhkan, bukan kebanjiran dan kehancuran.
Oleh : Budi Ashari
Ghoib, Edisi 64 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M